Aku tidak pernah berpikir bahwa arus deras kehidupan akan membawaku ke titik ini sejujurnya. Bukan sebuah kebanggan, hanya saja aku tidak sedikitpun mengharapkan semua ini. Sejak kecil aku selalu berada di tempat itu, bersama ibu. Tidak ada hal-hal lain, hanya sebuah kediaman kecil di desa terpencil. Tepatnya sendiri sebenarnya aku tidak tahu. Ibu tidak pernah memberitahuku. Jika dipikir-pikir, apakah aku sedekat itu dengan ibu? Aku merasa dia menceritakan banyak hal, tetapi kebanyakan tidak bisa aku ingat. Hal-hal mengenai Vir, Ilmu, dan kesaktianku saja yang aku ingat. Apakah ibu pernah menceritakan hal lain? Seperti bagaimana aku lahir? Apakah ada yang menyambutku selain dia? Karena aku merasa dia adalah seorang wanita penyendiri.
Apakah aku mempunyai semacam kerabat? Aku tidak pernah tau. Bagaimana masa kecil ibu? Bagaimana ibu hidup? Siapa orang yang ibu cintai? Kemana ayah? Apakah ibu pernah menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu padaku? Tidak, aku tidak ingat. Bahkan wajahnya sekalipun tidak aku ingat dengan jelas. Terakhir aku melihatnya, wajahnya sudah dirobek dan tidak dapat kukenali. Orang-orang yang mengelilinginya, aku membakar mereka. Semuanya berawal dari situ. Kemarahan, rasa ingin menghancurkan, nafsu untuk melampiaskan segala yang menusuk hatiku, dan kebingunganku. Rasanya aku sudah menutup mataku selama 10 tahun terakhir ini dan baru kali ini aku membuka mataku. Aneh. Sebenarnya apa maksud semua ini? Apa rencana Tuhan untukku? Ibuku selalu menyebut-Nya, tetapi apakah ia benar-benar ada?
Aku tidak tahu. Namun, harapan agar terbebas dari belenggu yang mencekik ini terus aku upayakan. Fakta bahwa aku lahir pasti memiliki makna untuk dunia ini, bukan? Apakah dengan membunuh orang-orang itu menjauhkanku dari menemukan makna eksistensiku? Bagaimana dengan aku ke depannya? Apa yang ingin aku lakukan sebenarnya?
Dalam kegelapan itu, aku terus bergumam kepada diriku sendiri. Tentang hidupku, penyesalanku, dan kebingunganku akan masa depan. Banyak orang yang sudah aku bunuh dan setiap tetes darahnya mengakar menjadi penyesalan di hatiku. Di dunia yang tidak kuketahui ini, di dunia yang luas ini, akan jadi apa aku?
"Kau akan jadi sesuatu yang belum bisa kamu bayangkan." Dalam kesunyian dan pekatnya gulita, seseorang menjawabku. "Siapa kamu?" Kedua mataku mencoba membuka meskipun terasa tidak menggerakkan mataku sama sekali. "Aku adalah kamu, Raif Altair." Seseorang datang menyerupaiku, dari postur tubuh dan struktur muka. Hanya saja jauh lebih tua dengan kulit yang sedikit keriput dan beberapa helai uban di rambutnya. Kedua matanya berwarna merah darah. Dia juga jauh lebih tinggi dariku. "Atau mungkin lebih tepatnya," dia memotong jarak di antara kami secara perlahan, "aku adalah api di dalammu."
Tepat setelah dia mengatakannya, pemandangan gelap gulita yang aku lihat ini berubah seketika menjadi pemandangan yang jauh lebih mengerikan. Langitnya berwarna oranye dan dibiasi oleh asap kelabu. Rumah-rumah terbakar serta hijau hutan yang diwarnai ulang oleh si jago merah. Bau daging asap berasal dari manusia yang terbakar hingga teriakan mereka yang membawa kengerian. Aku seolah dipaksa menatap semua itu. "Beginikah kamu melihat dirimu sendiri, Raif?" Pria tua itu seolah sedang mengguruiku. "Api di dalam dirimu, beginikah kamu mengintepretasikannya?" Pertanyaan itu mudah saja aku jawab, keyakinanku sejak dulu tidak berubah, "Iya. Api adalah kehancuran." Keyakinanku selama 22 tahun menjawab itu. Bagiku api menghancurkan dan merupakan sumber kesengsaraan.
"Maka, begitulah kamu akan memandang dirimu sendiri, Raif." Dia sedikit mengerutkan matanya padaku kemudian tersenyum kecil. "Menurutmu, kenapa Tuhan menciptakan Neraka, Raif?" Neraka? Bukannya jawabannya sudah jelas? "Menghukum para pendosa."
Senyumnya padaku seolah semakin bersinar, ia seperti ingin memberikan pandangannya padaku dengan sungguh-sungguh, "Kamu tidak salah, itu hanyalah fungsi praktikalnya." Dia tidak membatah jawabanku, melainkan menambahkannya, "Bagiku alasan Surga dan Neraka tercipta itu sama, Raif. Itu semua karena kasih sayang Tuhan." Apakah neraka tercipta karena kasih sayang? Itu, sedikit tidak mungkin. Tapi kenapa? Apa maksudnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Balik
FantasySebuah sejarah yang terlupakan pada zaman mistis, di dunia yang kaya akan pengetahuan dan kekuatan. Zaman emas untuk transendensi. Di dunia yang tampak damai di permukaannya, ada seorang pemuda bernama Raif Altair yang menyembunyikan rasa bersalah d...