01

23 3 1
                                    

Gue dan keempat sahabat gue pergi piknik, ala ala cewek bumi gitu. Kami bagi bagi tugas ada yang bawa makanan, minuman, camilan, dan tentu harus ada tikar untuk kami duduk.

Kami berlima rencananya mau piknik di taman dekat komplek rumah kami, karena di sana ada danau buatan gitu dan cantik. Tapi karena banyak orang, jadinya nggak ada tempat untuk kami duduk dan berakhirlah kami mencari tempat lain.

Rumah kami? Pasti itu pertanyaan yang muncul dari kepala kalian bukan? Jawabannya iya, kami berlima tinggal di rumah yang sama, karena kami udah dekat dari kecil dan orang tua juga ngizinin. Daripada kami sendirian di rumah mending tinggal bersama aja ya kan?

Oh ya btw, kami perginya pakai satu mobil aja biar nggak ribet dan kami make mobilnya Searlait.

Setelah satu jam keliling cari tempat untuk piknik, akhirnya kami memilih Taman Hutan Nasional aja biar adem aja gitu.

Setelah sampai dan selesai makirin mobil kami lanjut masuk ke dalam hutan sambil membawa barang barang yang kami siapkan untuk piknik ini.

Kami berjalan beriringan dan diselingi candaan dan celotehan Nakilla yang nggak terima bias nya di bilang plastik sama Rea, padahal dirinya sendiri juga suka sama yang modelan cowok oppa oppa gitu.

Akhirnya kami sampai ditempat yang menurut kami bagus ditepi sungai yang mengalir dengan tenang dan jernih sampai dasarnya bisa kami lihat.

Tidak menunggu lama kami segera menggelar tikar yang di bawa dan menyusun makanan.

"Oi, Alet lo jangan jauh jauh yak jalannya ntar ilang lo siapa yang susah nanti ha?" Et dah tu orang baru juga gue jalan dikit udah marah marah aja.

"Iya iya, lo kek emak gue aja tau nggak Re teriak mulu kerjanya" Dengan ogah ogahan gue balik lagi dengan mulut yang komat komit dah kek dukun aja.

"Udah nggak usah berantem kita kesini untuk healing bukannya berantem" nah ini nih yang gue suka dari Sienna di tuh baik pengertian the best lah.

Kami lanjut aja ngobrolnya dan tentu ada aja yang kesal karena ulah gue hahah. Dan tentunya Sienna yang jadi penengah.

Nggak terasa waktu udah berjalan aja dan hari udah mau gelap. Akhirnya kami udahin aja acara piknik ala ala nya.

Di perjalan pulang, gue dan Rea kami ribut karena masalah cowok fiksi. Iya cowok fiksi.

"Lo itu, nggak usah terlalu ngehalu nya Al mending lo cari aja yang pasti pasti kek gue" dengan centilnya dia kibasin rambutnya ke belekang.

"Elo itu nggak tau gimana mereka yang cool dan kuat kayak pangeran atau cowok bangsawan gitu" nggak terima dong gue enak aja nyuruh gue ninggalin cowok fiksi gue, sorry ye...

"Lo dibilang nggak mau dengerin ya, mereka itu nggak nyata mending yang nyata nyata aja" ih gue kesel tuh sama ni orang.

Tapi baru aja gue mau nyanggah lagi, Searlait tiba tiba nyuruh kami semua diam dan berhenti.

"Ssst, kalian dengar nggak kayak ada suara suara aneh gitu?" Tanya Searlait ke kami semua.

Awalnya kami nggak ngeh gitu tapi lama kelamaan suara itu terdengar juga. Gue, Searlait dan Nakilla yang emang bisa bela diri udah pasang kuda-kuda untuk jaga jaga.

Tapi, tunggu di tunggu suara itu juga nggak berakhir tapi malah makin keras dan beberapa menit kemudian sumber dari suara itu juga nggak keluar dan suaranya perlahan berhenti.

Karena tidak ada tanda tanda akan bahaya lagi, karena emang suaranya udah berhenti kami lanjut perjalanan kami yang terhenti. Sekarang suasana jadi hening, hanya suara dari serangga, burung dan suara langkah kami yang terdengar.

Five doorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang