05

15 2 0
                                    

POV AUTHOR

Di sisi lain Nakilla sedang mengatur nafasnya sebab saat membuka matanya dia hampir tenggelam jika tidak langsung berenang kepermukaan. Sambil melihat sekeliling yang hanya terdapat air dan ada pulau kecil yang dia pijaki sekarang.

Pulau nya sangat kecil mungkin hanya muat untuk 15 orang dewasa saja. Sekarang nafasnya sudah kembali normal, Nakilla berdiri dan mulai mengelilingi pulau itu walaupun tidak menemukan apa-apa karena ya, itu pulau nya sangat kecil.

"Ini dimana coba? Perasaan tadi danau yang gue datangi nggak seluas ini." Karena lelah hanya dengan berkeliling ditempat yang sama Nakilla kembali duduk.

Disaat asik memandangi air yang mengenai kakinya, langit yang mulanya sangat cerah berubah mendung dan memberi kesan dingin yang mencekam.

"Duh, ni langit ngapa berubah dah, nggak suka gue tuh kalau kek gini." Ucap Nakilla sambil mengusap tangannya karena kediningan.

"Kayaknya mau hujan deh, tuh empat curut dimana sih? Nggak ada niatan untuk nolongin gue gitu? Atau senggaknya lapor ke polisi biar gue di jemput, hadeh gini amat punya teman."

GRAAAW

Terdengar suara mengaum yang berat dan menggema. Air yang semulanya tenang kini bergelombang dahsyat. Melihat air seperti itu Nakilla menjadi semakin takut dan langsung berpindah ke tengah tengah pulau.

"Apa ini? Apa yang terjadi?" Nakilla tentu bertanya-tanya kerena dia sungguh tidak memahami keadaan saat ini.

Tak lama kemudian keadaan kembali tenang seperti sediakala. Langit juga sudah kembali cerah seperti saat pertama kali Nakilla datang ke pulau kecil itu.

Dari kejauhan Nakilla melihat ada sesosok yang berjalan kearahnya, sangat aneh entah kenapa Nakilla menjadi tidak tenang dan takut. Hei, siapa yang tidak takut? jika kalian berada diposisi Nakilla kalian juga pasti akan merasakannya. Sebab yang dipijaki sosok itu bukanlah tanah melainkan air. Bukankah sudah dia bilang kalau daratan hanya tempat yang ia pijaki.

Semakin sosok itu datang semakin pula Nakilla memejamkan matanya dengan erat bahkan dia sampai terduduk dan memeluk kakinya. Biar lah dia dipanggil penakut karena memang itu yang dirasakannya sekarang. Suara decakan air yang dipijak semakin jelas didengar dan digantikan suara orang yang berjalan diatas pasir.

Saat suara langkah sosok itu berhenti didekatnya suasana menjadi hening tidak ada suara satu pun. Karena sudah merasa aman Nakilla mulai membuka matanya. Yang Nakilla lihat adalah sosok naga biru yang besar. Melihat pemandangan didepannya Niklla hanya bisa bengong dan terdiam.

'apa ini nyata? Ini di depan gue ada naga? Bukannya naga udah punah? Tapi ini apa?' Batin Nakilla bertanya-tanya.

"Halo gadis kecil." Ucap sosok naga tersebut dengan suara yang berat.

"Apa? Naga bisa ngomong? Daebag, ini harus dikasih tau sama Aletta ini pasti dia iri hohoho." Entah dimana rasa takutnya tadi kini Nakilla malah merasa senang.

"Eh tunggu Lo beneran naga? Ntar Lo imitasi lagi kan nggak seru nanti yang gue pamerin ke Alett malah barang imitasian doang." Entah kenapa yang dipikiran Nakilla itu naga palsu padahal dia bisa melihat dengan jelas kalau naga itu kini melayang.

Five doorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang