Chapter 2

196 13 0
                                    

Hari sudah petang, Radit pun sudah kembali ke rumahnya, ia mendapati kedua orang tua nya tengah duduk di sofa ruang tengah, lantas Radit pun menghampiri mereka berdua.

"Ma, pa, radit pulang.." Ucap Radit sembari menghampiri kedua orang tua nya lalu duduk di sofa.

"Adit, makan dulu nak, terus istirahat." Ucap Fannie.

"Iya ma, bentar lagi." Ucap Radit sembari meletakkan kepalanya di sandaran sofa.

Keheningan melanda mereka, hingga..

"Radit.." Panggil Navarro.

Radit pun berdehem dan menoleh ke arah sang ayah "Apa pa?" Tanyanya.

"Soal perjodohan yang kemarin papa bahas," Ucap Navarro menggantungkan kalimatnya.

Radit pun mengerutkan keningnya "kenapa pa?" Tanya Radit penasaran.

"Nanti minggu kamu akan bertemu dengannya, kita akan malam dengan calon mu itu, bagaimana?" Tanya Navarro.

Radit pun menghela nafasnya "Terserah papa, percuma juga radit nolak papa ga bakaln denger." Ucapnya.

"Yasudah kalo begitu." Ucap Navarro sembari tersenyum tipis.

Radit pun memilih untuk pergi ke dalam kamarnya.

~•~

"Eh dit, gimana cewe yang di jodohin sama lo itu? cantik ga?" Tanya David antusias.

"Dasar lu, giliran sama cewe aja ribut lu." Ucap Reyhan.

Radit pun menghela nafasnya "Gak tau." Jawabnya singkat.

"Lah kok gak tau?" Tanya David heran.

"Ya orang gue aja belum ketemu gimana mau tau kocak." Ucap Radit.

"Ntar kalo lu udah ketemu kasih tau siapa ya bro." Ucap David sambil senyum iklan pasta gigi.

"Aelah elu, pasti mau di embat kan, dasar playboy." Ucap Raga dengan tidak santainya.

"Iri bilang." Ucap David tak terima.

"Siapa yang iri sama lu, geer amat." Ucap Raga.

Saat david dan raga sedang asyik berdeat, farraz melihat ada seorang gadis sedang berjalan menghampiri mereka. "Oii." Ucap farraz kemudian teman temannya itu melihat ke arahnya. "Tuh." Ucapnya singkat sembari menunjuk gadis yang sedang berjalan ke arah mereka menggunakan dagunya.

Mereka berempat pun langsung menoleh ke arah yang farraz tunjuk "Itu, bukannya.." Ucap reyhan menggantung kalimatnya.

Dan benar saja gadis tersebut berhenti didepan meja mereka. "Permisi, maaf menggangu.." Ucapnya lalu melirik satu per satu dari kelima sekawan itu. Hingga tatapannya berhenti disalah seorang disana. Radit.

"Ini," Gadis tersebut menyodorkan sebuah hodie berwarna navy pada radit "Makasih." Lanjutnya.

Radit sempat terdiam sejenak lalu berdehem "Ya." Jawabnya singkat.

Gadis tersebut hanya mengangguk lalu membungkuk an badannya untuk berpamitan. Saat ia hendak berbalik suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Hei, your name?" Tanya David yang membuat gadis tersebut kembali berbalik.

"Aruna. Aruna Denallie." Jawabnya dan langsung pergi dari sana.

Saat gadis yang diketahui namanya adalah aruna sudah pergi, keempat temannya itu -Reyhan, Raga, Farraz, Radit- langsung menatap ke arah david. "Ngapain lu nanyain namanya?" Tanya raga.

David mengangkat bahunya acuh "Gapapa, pengen tau aja." Jawabnya.

"Gajelas lu." Ucap Farraz yang membuat david langsung menatap tajam ke arahnya.

RADINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang