12

114 11 0
                                    

"Kak Yoshi, ajarin Haru naik motor dong."

Yoshi itu belum sepenuhnya sadar dari kantuknya. Dia baru saja keluar dari kamar dan ingin mencuci muka di wastafel dapur. Tiba-tiba sura Haruto memaksanya sadar dari kantuk. Pasalnya permintaan Haruto ini terlalu tiba-tiba. Kenapa tiba-tiba sekali. Biasanya Haruto lebih suka naik motor dengannya.

"Emang mau naik motor ke mana?"

Yoshi mengambil gelas kosong dan diisinya dengan air dari dispenser. Memilih duduk di kursi makan bersama Haruto. Menemani sang mama yang sedang memasak untuk sarapan dan bekal Haruto.

"Ke sekolah."

Yoshi mengamati wajah adiknya dengan lekat. Seperti ada sesuatu yang berbeda dari adiknya. Di depannya, sang adik sedang sibuk bermain hp. Tidak biasanya Haruto main hp selama di rumah, terutama ketika ada dirinya atau sang mama di dekat dia.

"Emang kenapa kalo bareng sama kakak?"

Haruto masih tetap fokus pada layar hpnya. Entah sedang melihat apa, ini hal baru untuk Yoshi. Wajah Haruto juga terlihat sangat serius, seperti tidak ada yang bisa mengganggu konsentrasinya melihat sesuatu di layar hpnya.

"Gakpapa. Pengen aja naik motor sendiri, biar bisa keluar bareng temen-temen Haru."

Selagi Haruto fokus pada hpnya, Yoshi menoleh pada sang mama yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka. Yoshi menanyakan tentang Haruto, tapi sepertinya sang mama juga tidak tau. Menghela nafas, Yoshi kembali menatap Haruto.

"Kan bisa sama Jeongwoo."

"Bukan sama mereka!"

Brak!

Yoshi berjingkat hingga kursi yang dia duduki bergeser ke belakang. Haruto membanting hpnya ke atas meja. Kaget karena sejak kapan Haruto kasar seperti ini. Selama Yoshi kenal Haruto, anak itu selalu lemah lembut dan bersikap manja padanya. Bertahun-tahun tinggal bersama Haruto, baru kali ini Yoshi mendengar Haruto meninggikan suaranya, selain karena anak itu yang kesal setelah dia ledek.

"Haru kenapa?"

Bukan apa-apa Yoshi bertanya seperti itu. Pasalnya saat ini Haruto menatapnya dengan tatapan nyalang. Tidak seperti adik manisnya yang selalu menatap lembut atau kagum padanya. Yoshi memang tidak berharap adiknya mengaguminya, tapi kenapa harus menatapnya seperti ini. Di mana tatapan penuh bahagia yang selalu adiknya berikan itu. Yoshi ada salah kah?

Tanpa menjawab, Haruto langsung berlari masuk kamarnya kembali. Pintu kamarnya dia tutup dengan mendorongnya kencang hingga menimbulkan dentuman keras dan berhasil mengagetkan dua orang yang berada jauh di dapur. Yoshi tidak menyusulnya, karena sepertinya anak itu sedang tidak bisa diganggu.

Sedangkan Haruto, di dalam kamarnya dia duduk di balik pintu. Menekuk lututnya dan bibirnya menahan suara isakan yang membuat tenggorokannya sakit. Tangannya selalu mengusap airmata yang mulai bermunculan. Tidak boleh, matanya tidak boleh bengkak atau Yoshi dan mamanya bisa mengintrogasinya.

"Kenapa susah sekali, hiks!"

○○○

Hari senin, sejujurnya hari yang paling tidak disukai Jeongwoo. Karena dia harus panas-panasan mengikuti upacara bendera. Kulitnya sudah gosong, mau segosong apalagi. Nanti dia kena ledek adiknya terus kalau kulitnya semakin gelap.

"Boleh skip aja gak upacaranya?"

"Eh hari ini kan pengumuman siswa berprestasi. Jangan skip, nanti lo gak bisa tebar pesona ke ciwi-ciwi."

"Itu mah elo!"

Jeongwoo menoyor kepala Doyoung. Sedangkan Doyoung sendiri malah tersenyum tidak jelas. Iya jadi sekolah mereka itu setiap sebulan sekali di waktu upacara akan memanggil siswa yang sudah berhasil mengharumkan nama sekolah mereka. Nah Doyoung dan Jeongwoo jadi salah satu dari siswa berprestasi itu. Dan kesempatan ini bisa Doyoung gunakan untuk tebar pesona dan memperbanyak daftar penggemarnya.

HELLO BOYS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang