"Kak Yoshi mana bun?"
Haruto menghampiri sang bunda yang sibuk menjemur pakaian di teras belakang. Cuaca sedang cerah pagi ini dan semoga akan tetap cerah. Haruto duduk di kursi teras, mengucek matanya yang masih perih karena bangun tidur.
"Kakakmu gak pulang dari semalem."
Mata Haruto langsung terbuka lebar. Rasa kantuknya tiba-tiba menghilang. Yoshi tidak pulang semalam. Ke mana?
"Loh kirain bunda kamu tau."
Haruto menggeleng. Kemarin habis dari rumah Hyunsuk, Haruto pulang dianter Junghwan. Waktu itu Yoshi masih ada di rumah Hyunsuk bersama anak kelas sebelas lainnya. Mana tau Haruto kalo kakaknya itu belum pulang.
"Kak Yoshi gak bilang ke bunda dia tidur di mana?"
Sang bunda berbalik, menatap anak semata wayangnya dengan tatapan penuh selidik. Hal itu membuat Haruto salah tingkah. Dalam benak Haruto, bagaimana kalau bunda tau.
"Kalian lagi berantem ya?"
Haruto menggeleng ribut. Agak panik karena ternyata sang bunda bisa membaca pikirannya. Padahal beberapa hari ini sikap keduanya sudah menjelaskan keadaan mereka.
"Enggak bun. Lagi banyak tugas aja, jadi jarang berdua."
Haruto langsung berlari masuk rumah saat tangan sang bunda sudah terangkat siap untuk menjitak kepalanya.
"Bunda, Haru main ke rumah Junghwan dulu ya. Bye bunda, muah!"
○○○
Kata Pak Yunhyeong, besok kita suruh ke kantor menemui beliau
Ada apa ya kok gue takutJeongwoo melempar ponselnya ke atas kasur. Hari libur bukannya tenang malah disuruh overthinking. Kenapa lagi itu guru manggil Jeongwoo. Tidak puas apa menyiksanya dengan soal fisika yang sangat kurang ajar itu.
Jeongwoo merebahkan tubuhnya di samping sang ponsel yang tergeletak mengenaskan. Memilih memejamkan matanya dan membatalkan acara mainnya bersama Doyoung, Haruto, dan Junghwan.
Tadinya dia pikir akhir pekan seperti ini waktunya dia untuk bersantai menikmati masa mudanya. Mungkin bisa, tapi gara-gara pesan sialan itu membuat moodnya memburuk dan berakhir dia tidak ingin keluar rumah.
"Mau nangis aja rasanya."
○○○
"Bi, kalo ada temen Asa yang dateng. Bilang Asa lagi gak ada."
Asahi menaiki tangga menuju ke lantai dua rumahnya. Berlanjut ke lantai tiga, letak kamarnya berada. Bukan kamar tidur, tapi kamar tempat dia menaruh semua barang-barangnya. Dia menatap banyak barang yang terletak berantakan dalam ruangan besar yang terasa sempit itu.
Kakinya dia arahkan ke meja panjang yang terisi banyak barang. Tangannya meletakkan sesuatu yang dibawanya dari bawah ke atas meja itu. Mengamatinya sebentar lalu turun ke lantai dua, ke kamar tidurnya.
Asahi berdiri di balkon kamarnya. Menyaksikan dua orang temannya yang sedang berdebat dengan satpam rumahnya. Asap keluar dari mulutnya yang baru saja menyesap benda bernikotin di tangannya. Dari tempatnya, dia bisa melihat jelas keadaan di bawah. Namun dia memilih membiarkannya karena tidak ada yang boleh masuk ke rumahnya kecuali penghuni rumah ini.
Pandangannya bertemu tatap dengan salah satu temannya. Namun Asahi tetap diam, membiarkan temannya terus meneriaki namanya. Dia tetap santai sambil menyesap rokoknya.
"Mana mungkin gue biarin kalian liat semuanya. Gue gak mau kalian jauhin gue."
○○○
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BOYS!
FanfictionDi sebuah sekolah bernama SMA Harta, terdapat dua belas siswa yang tidak saling kenal akrab, tapi selalu terhubung. Kedua belas siswa tersebut memiliki peran masing-masing untuk nama sekolah. Ada yang berhasil membanggakan sekolah dan ada pula yang...