8

105 14 2
                                    

Btw, ini bukan bxb ya. Takut aja ada yang salah ngira soalnya di chapter "cast" sama hastagnya ada pasangan-pasangan gitu. Itu cuma buat menandakan hubungan awal pertemuan mereka sebelum bertemu ber-12.

Hehe

○○○

Yedam dan Jeongwoo hari ini ada bimbingan olimpiade bersama Ryujin dan Yeji juga tentunya. Sudah dua jam mereka mantengin soal-soal latihan di buku masing-masing. Kan beda mapel, jadi ngajarinnya satu-satu. Dan otak Jeongwoo sudah mendidih, sebentar lagi pasti akan meledak.

"Oke bimbingan kali ini sampai di sini saja. Olim kurang dua minggu lagi, minggu depan bimbingan terakhir. Tetep semangat, oke?"

Kalimat panjang lebar dari Pak Yunhyeong tidak Jeongwoo dengarkan. Yang Jeongwoo tau bahwa dia akan segera mengakhiri penderitaan ini. Bayangan empuk kasur miliknya sudah berseliweran di pikiran Jeongwoo. Ingin segera pulang, mandi air hangat, dan tidur sampai pagi. Indahnya.

Hari ini Jeongwoo naik motor. Sesuai janjinya kemarin, dia tadi pagi menjemput Yedam dan membawakan anak itu helm yang dia pinjam dari tetangganya. Sekarang keduanya berjalan melewati lapangan indoor. Dan berhenti karena mendengar suara sorak ramai dari dalam.

Karena Jeongwoo kepoan, maka dia mengintip untuk mengetahui ada apa di dalam. Matanya melebar ketika tidak sengaja menemukan objek familiar. Rebahannya dia urungkan, kakinya melangkah memasuki lapangan. Dan Yedam mau tidak mau harus mengikuti Jeongwoo. Dia tidak mau pulang naik angkutan umum atau paling parah jalan kaki.

"Mau ngapain sih?"

"Ada pertandingan. Kayaknya seru."

"Astaga, gue capek Jeongwoo. Ayo pulang aja. Itu cuma anak tenis meja latihan buat perlombaan minggu depan."

Jeongwoo berhenti. Badannya berbalik, menatap Yedam yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kok tau?"

Rolling eyes. Yedam menatap malas pada Jeongwoo. Dia benar-benar capek setelah bimbingan selama dua jam. Jiwa dan raganya butuh istirahat. Dan sekarang Park Jeongwoo malah mengajaknya menonton anak olahraga berlatih. Yang benar saja, Yedam sudah gerah sama dirinya sendiri. Ingin berendam di air hangat dan menenangkan pikiran.

"Gue kan pengurus OSIS."

Jeongwoo hanya mengangguk. Dia lupa kalo Bang Yedam adalah si paling perfect. Dan bukannya menuruti Yedam, Jeongwoo justru kembali melanjutkan langkahnya ke tengah lapangan.

"Tapi gue mau ketemu temen dulu, Dam. Kalo lo nunggu lama, lo pesen ojek aja."

Yedam kan jadi kesel ya. Yedam udah terlanjur bilang sama sopirnya kalau dia mau naik motor bareng Jeongwoo. Ya sengaja aja Yedam bilang tidak ada yang bisa jemput. Yedam cuma penasaran bagaimana rasanya naik motor. Apalagi bareng Jeongwoo.

"Gak bisa lah. Lo kemarin udah janji mau nganterin gue pulang."

Yedam berlari dan naik ke punggung Jeongwoo. Sembarangan memang manusia satu ini. Untung pertahanan Jeongwoo kuat. Kalau Jeongwoo oleng, mereka berdua bisa jadi tontonan bagi semua orang yang ada di lapangan. Jeongwoo juga kan yang malu.

"Berat anying!"

Tidak merasa bersalah, Yedam malah semakin mengeratkan pelukan di leher Jeongwoo. Tangan Jeongwoo jadi bergerak menopang pantat Yedam, Jeongwoo takut kecekik kalau tiba-tiba Yedam melorot.

"Turun dulu. Sakit punggung gue kena tas."

Yedam langsung melompat dari gendongan Jeongwoo. Sialan, pantatnya dicubit kecil sama Jeongwoo. Yedam naik ke punggung Jeongwoo lagi setelah tas Jeongwoo pindah ke depan. Mereka berjalan mendekat kerumunan.

HELLO BOYS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang