Chapter 2 - Flashback

21 14 0
                                    

~Hanya seorang penakut yang bisa bertindak berani. Tanpa rasa takut itu tidak ada yang bisa disebut berani🌹~
________________________________________________

<<Flashback on>>

Jakarta, Indonesia

Terlihat seorang anak kecil dengan pakaian lusuh sedang duduk di tepi jalanan yang sepi. Dia duduk dengan menekuk kakinya hingga menyentuh dada lalu menenggelamkan kepalanya ke kedua lututnya. Sesekali ia melirik jalan sekitar, untuk mengetahui apakah ada seseorang yang melintas atau tidak.

"Apa yang kau lakukan," tanya seorang gadis kecil yang sangat cantik.

Anak kecil itu langsung menatap gadis kecil yang ada di depannya. Tubuh yang sedikit berisi, kulit yang putih dan terlihat halus, dengan rambut emas yang berterbangan karena tertiup angin, dengan memakai bando di kepalanya di tambah gadis kecil itu mengenakan dress selutut berwarna biru muda.

Cantik, batinnya.

Gadis cantik di depannya itu, menatap dia dengan datar.

"A-aku ... aku tidak tau," jawabnya terbata.
"Ikutiku."

Tanpa sepatah kata lagi, gadis cantik itu pergi dari sana dan mendekati mobil hitam yang terparkir di seberang jalan. Anak kecil itu sangat bingung. Tapi, tidak mungin dia di sana terus untuk waktu yang lama.

Apakah mengikutinya itu pilihan yang baik?pikirnya.

Setelah banyak berpikir, dia akhirnya mengikuti gadis itu. Dengan hati yang takut, dia menaiki mobil itu dan duduk di samping gadis cantik itu. Apa ini benar, ragu batinnya. Kemudian mobil itu jalan meninggalkan tempat yang baru saja dia pijaki.

Tak lama kemudian, mobil itu sampai di sebuah mansion yang sangat besar. Dia keluar mengikuti gadis itu. Saat sampai di depan pintu, para maid menyapa gadis cantik itu sambil membungkukkan badannya.

Gadis itu pergi begitu saja tanpa membalas sapaan para maid dan memasuki sebuah ruangan. Saat di buka pintu itu, terdapat seorang suami istri dan 2 anak kecil laki-laki dengan paras yang hampir mirip.

"Aku ingin kalian mengadopsinya," ucap gadis itu tanpa ragu.
"Kau gila?" tanya pria dewasa dengan nada sedikit marah dan mata yang tajam, yang diketahui itu adalah ayahnya.
"Menurutmu?" tanyanya kembali dengan santai dan tatapan yang tak kalah tajam.
"Apa yang kau pikirkan?" kembali bertanya.
"Nothing," jawabnya gadis cantik itu dengan raut wajah datar.

Mereka beradu pandangan dengan tajam sebelum pria dewasa itu menundukkan kepalanya sambil menghela nafas.

"Kau gila?" tanyanya sang ayah.
"Syaratnya."
"Apa maksudmu?" bingungnya.
"Aku akan pergi dan ini syaratnya," jelas gadis itu.
Seperti sudah mengerti balasan sang anak.

"Terserah saja," ucap sang ayah dan pergi. "Aku tidak akan mengadopsinya. Tapi, aku akan meminta mereka untuk mengadopsinya," sambungnya sebelum menghilang dari balik pintu.

Mereka yang berada di sana juga pergi dengan ekspresi yang entah kenapa seperti terdapat kebingungan dan kekecewaan di dalamnya.

"Kau bersiaplah. Kita berangkat malam ini," titahnya.
"Tunggu," cegah gadis kecil itu.

Gadis cantik itu hanya terdiam.

"Apa yang kau lakukan? Dan kenapa kau melakukan ini?" tanyanya penuh kebingungan.

Gadis cantik itu hanya diam dan tak berbicara sedikit pun. Gadis kecil itu menghelakan nafasnya.

"Baiklah. Kalau begitu, setidaknya beritahukan namamu," ucapnya.

"Terkadang kita harus merelakan sesuatu yang kita sayangi untuk mendapatkan sesuatu. Seperti itulah kehidupan di dunia ini. Jika kau kehilangan orang yang kau sayangi di dunia ini, maka kau akan mendapatkan sesuatu sebagai balasannya. Dan,"-gadis itu berbalik kemudian menatapnya-"Keysa. Keysa Amaranta Xander, itulah namaku."

Gadis kecil itu sontak tersenyum lebar dengan gembira. Dia langsung menggemggam kedua tangan Keysa lalu berkata, "Aku Bennedetta Catherina. Salam kenal Key, semoga kita bisa bersama selalu ya. Aku akan terus berada di sisimu. Jangan khawatir dan percayalah kepadaku."

<<Flashback off>>

•••••••••

Sekian dulu untuk chapter kali ini.

Jangan bosen ya untuk terus baca cerita ini.

Jangan lupa vote juga ya✨

Terima kasih❤

FORTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang