Olivia berbaring diatas ranjang kesayangannya, menatap sendu ke arah langit-langit atap kamarnya yang sangat cantik dihiasi lampu hias warna-warni. Olivia terlihat sedang memikirkan sesuatu.
'mengapa sang kekasihnya tidak ada kabar sama sekali. Sejak kemarin'
Olivia memijatkan dahi nya, kepalanya terasa sangat pusing memikirkan Arjuna.
Olivia hanya wanita biasa, yang sama pada umumnya gemar sekali overthinking, memikirkan banyak hal, sama seperti yang sedang ia lakukan saat ini, memikirkan hubungan dirinya dan Arjuna. Hubungan yang sudah tidak ada komunikasi lagi, sudah tidak ada waktu satu sama lain lagi, awalnya Olivia berfikir bahwa hal itu terjadi karena mereka baru saja memasuki sekolah menengah atas, dan akan membaik seperti semula, tetapi lama kelamaan hubungan nya terasa hambar dan tidak kunjung baik.
Olivia melirik ke arah jam dinding yang terpajang disebelah jendela, dan menghela nafas dengan malas. Sibuk memikirkan hubungannya, tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 18.00.
Olivia beranjak dari atas ranjang nya dengan malas, kaki nya melangkahkan ke arah pintu. Lengannya menggengam handle pintu.
Mendengar suara pintu terbuka, lalu tertutup kembali, membuat seorang wanita sedikit paruh baya itu menengok ke arah sumber suara. Terlihat sang anak gadis yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Hai nak, sini duduk." Mamahnya Olivia menyambut kedatangan Olivia dengan meleparkan senyuman ke arah Olivia.
Olivia mengatur nafasnya agar teratur sempurna, lalu tersenyum ke arah mamahnya.
"Hai mah, udah pulang dari kapan?"
"Baru ko sayang." Ucap mamah nya yang masih terus memperhatikan Olivia yang sedang menuju ke arah nya.
Olivia berjalan gontay ke arah mamahnya, lalu menjatuhkan tubuhnya dengan malas diatas sofa panjang berwarna putih. Tatapan Olivia sedikit sedu, Ia terus tersenyum menatap mamahnya, namun bisa ditebak oleh mamahnya bahwa itu adalah senyuman palsu.
"Ada apa Olivia? Apa ada masalah?" Mamahnya Olivia tersenyum dan sedikit mengelus pucuk kepala sang anak.
"Hm tidak ada ko mah, semua baik." Olivia tersenyum, dengan senyuman terpaksa. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah TV.
Olivia memang berbohong, perasaannya tentu saja sedang tidak baik-baik saja karena memikirkan Arjuna.
Mengingat sang anak itu sedikit tertutup, mamah Olivia pun tidak memaksanya untuk bercerita, tetapi ia mampu melihat dengan jelas bahwa anak semata wayang-nya ini sedang tidak baik.
Mamah Olivia menoleh ke arah Olivia yang sudah sibuk menatap layar TV. Ia tersenyum melihat Olivia, mamahnya percaya bahwa anaknya ini selalu bisa mengatasi apapun itu masalah yang dihadapinya.
Adzan magrib sudah terdengar, Olivia dan mamahnya segera mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Olivia kembali memasuki kamarnya, setelah menjalankan ibadah sholat magrib. Ia meraih ponsel berwarna putih yang sedang tergletak begitu saja di atas ranjang, Ialu membuka pasword yang terpasang dan mengecek seluruh notifikasi yang masuk, jarinya bergulir-gulir diatas layar, berharap ada pesan dari Arjuna. Wajahnya sedikit menekuk, bibir nya maju dengan sempurna, tidak ada notif satupun dari Arjuna, membuat Olivia melihat ponsel itu dengan naas. Namun beberapa menit yang lalu ada sebuah pesan masuk dari teman satu sekolah nya saat SMP.
Lili okta
Liv lu masih pacaran kan ya sama Juna?
Iya li masih, ada apa li?
Olivia menyipitkan kedua mata nya untuk membaca baik-baik isi pesan yang dikirim kan Lili, dahi nya mengkerut kebingungan, untuk apa Lili menanyai hal itu, pikir Olivia.
Serius Liv?
Gue denger-denger si Juna lagi deket sama cewe lain.
Mata Olivia sedikit membulat membaca pesan itu, ia terdiam sejenak, pikirannya semakin buyar, kepalanya terasa banyak orang yang sedang berlalu-lalang didalamnya.
Gamungkin Juna gitu,
Btw lu udah liat langsung?Belum si, semoga aja hoax
Nanti gue cari tau ya livOlivia menghembuskan nafasnya dengan halus, sedikit membuat dirinya tenang. Ia duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke arah tembok yang berada di hadapannya.
Olivia segera mengalihkan pandangannya, ia mengusap kasar wajahnya, dan kembali memainkan ponsel yang kini di genggaman tangannya, jari jempolnya kembali bergulir mencari kontak Arjuna.
Sudah beberapa kali Olivia telpon Arjuna, namun tidak diangkat, beberapa pesan juga sudah dikirimkan masih tidak ada balasan apapun juga. Ia meletakan ponsel di atas meja, lalu membaringkan tubuh nya diatas ranjang.
'Aneh banget, kalo mau putus kan bisa bilang, jangan ngilang.' Olivia berdecak kesal dengan situasi yang kini ia hadapi, tidak pernah seperti ini sebelumnya Arjuna.
🧚♀️
Hallo everyone!🤍
Terimakasih sudah baca+vote cerita aku, stay tune untuk chapter selanjutnya yak!😻😻
YOU ARE READING
TRUST ISSUE (revisi)
RomanceTrauma itu seperti selamat dari kecelakaan, namun cacat seumur hidup. Mungkin sebagian orang bisa sembuh dari lukanya, tapi tidak dengan rasa traumanya. Olivia Salsabila, gadis berusia 16 tahun yang mempunyai sebuah rasa trauma yang cukup mendalam...