16. Perempuan jahat

216 94 135
                                    

"Ko bisa ya, perempuan merusak kebahagiaan sesama perempuan lainnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ko bisa ya, perempuan merusak kebahagiaan sesama perempuan
lainnya."


Pukul 02.10

Jarum jam terdengar jelas didalam kamar yang sudah gelap, hanya diterangi dengan cahaya bulan yang masuk, dan pantulan dari lampu yang berada di luar kamar.

Olivia terbangun dari tidurnya, piyama yang ia gunakan sudah basah karena air keringat yang berkucuran. Olivia menarik nafas dengan dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar, lengan kirinya meraih sebuah lampu kecil untuk dinyalakan, sedangkan lengan kanannya sibuk memegangi dada yang terasa sesak.

"Lagi?" Ia merubah posisi menjadi duduk, tatapannya kosong ke arah lampu kecil yang berada diatas meja sebelah ranjang, suasana hatinya sangat muram.

Sudah beberapa hari ini Olivia selalu memimpikan peristiwa perselingkuhan yang dilakukan oleh Papahnya dan juga Arjuna. Papahnya merupakan cinta pertama Olivia, dan Arjuna seseorang yang berhasil mengobati luka Olivia yang disebabkan Papahnya, namun kini kedua lelaki itu sama saja. Bagaimana bisa orang terdekatnya yang sangat Olivia cinta bisa sehebat itu menciptakan luka untuknya?

Dadanya terasa sangat sesak, tetesan air mata keluar dari mata yang masih terasa berat, Olivia biarkan air itu mengalir membasahi pipi miliknya tanpa mengusapnya.

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Lengan kekar berwana coklat susu milik Rangga, meraih Alarm disamping tempat tidurnya dengan malas. Perlahan, Rangga membuka kedua matanya, sudah ada sinar matahari yang memasuki sela-sela kamarnya.

Huammm...

Rangga segera bangkit dari tempat tidur miliknya, lalu merenggangkan tubuhnya sejenak. Dengan handuk berwarna merah yang sudah melingkar di leher, kaki Rangga melangkah gontay menuju kamar mandi.

Didalam kamar mandi, Rangga menghabisi waktu selama satu jam.

Postur tubuh yang gagah milik Rangga kini sudah dibaluti dengan seragam sekolah, jari jemarinya sibuk mengoleskan minyak rambut. Wajahnya tersenyum melihat pantulan dirinya dibalik cermin.

"Ganteng gini, masa iya Olivia ga demen." Rangga terus mengamati dirinya didalam cermin itu, ia membalik balikan tubuhnya agar dapat dilihat dengan jelas.

Rangga berjalan mendekati meja makan yang sudah ada Luna, Bunda, dan Ayahnya yang sedang menyantap sarapan miliknya masing-masing.

"Hallo semua, morning." Suara ceria Rangga membuat semua menoleh ke arahnya. Rangga sudah mengenakan seragam sekolah, sepatu, serta ransel yang hanya sebelah saja ia panggul. Langkah kaki jenjang milik Rangga semakin mendekati Luna, lalu mengecup keningnya dan mengacak-acak poni milik Luna dengan gemas.

"Molning abang." Ucap Luna yang tidak kalah ceria, tatapannya terus tertuju ke arah Rangga dengan senyuman yang terukir diantar wajah mungilnya.

TRUST ISSUE (revisi) Where stories live. Discover now