KRIKK....KRIKK....KRIKK....
"Berisik banget nih alarm, menganggu jam tidur gua aja," ga gua hiraukan alarm itu berbunyi. lama-kelamaan mati sendiri juga tuh alarm, Batin gw.
"Nak....bangun. Sudah jam berapa ini?? Memang kamu tidak sekolah kah??,"suara perempuan paruh baya yang terdengar sayup, memanggil gua untuk bangun.
"Nggak," dengan mata gua masih terpejam.
"Ha?! Kata kamu hari ini ada ulangan 2 ma... 2 mapp... Eh 2 mapel maksud nak," dengan suara lebih lantang dari awal memanggil gua.
Setelah hal itu, gua bangun dari tempat tidur, dan segera ke kamar mandi. Gua baru ingat hari ini ada ulangan Matematika dan Bahasa Indonesia. Gara-gara kemarin malam gua balapan sama teman gua, pulang larut malam, dan nggak sempat belajar untuk ulangan hari ini.
Dari mengenakan seragam sekolah, mengambil tas ransel, hingga memasang sepatu itu, gua lakukan secara terburu-buru. Sehingga gua kelupaan membawa kunci motor dari belakang pintu.
Ketika gua masuk lagi ke rumah, tiba-tiba Bunda berdiri di depan muka gua, dan untungnya jantung gua ga copot dibuatnya.
Bunda menggantungkan kunci motor kearah gua. Bukan nya di kasi langsung kunci motornya pada gua, malahan disembunyikan di belakang badannya.
"Bundaaa, kasi kunci motornya ke Ravin ya, Ravin udah telat nih Bun. Nanti gerbang sekolah nya tutup lagi kayak kemarin. Please ya Bun", kepala gua menunduk sengaja cara permohonan agar dikasi kunci motor sama bunda kayak kemarin.
Pasti Bunda kasi ke gua kayak kemarin lagi hehe, batin gua dan sedikit ketawa.
Kali ini, Bunda nggak langsung kasi kunci motornya ke gua, tapi Bunda memberi sebuah perjanjian pada gua dulu.
"Kamu mau kunci nya ka?? Kalau kamu mau kuncinya, kamu harus janji dulu ke Bunda?"
Kepala gua langsung menengak dan melihat kearah Bunda.
"Apa itu Bunda?"
"Kamu harus janji ke Bunda, mulai sekarang kamu jangan ikut balapan maupun taruhan lagi ya."
"Tap...tapi...Bun—"
"Untuk kepentingan kamu juga nak, Bunda ga mau kamu kenapa-napa. Keselamatan kamu penting bagi Bunda. Bunda sekarang cuma ada kamu nak, selain kamu bunda ga punya siapa-siapa lagi. Coba kamu pikir dan pahami kondisi Bunda ya, Bunda mohon sama kamu," kepala Bunda perlahan menunduk sebagai tanda bahwa bunda sesayang itu sama gua.
Gua nggak bisa melihat Bunda sedih, apalagi sampai menetes air mata nya. Hati gua langsung terpukul, dan menganggap diri gua belum bisa membuat Bunda senang.
Akhirnya, gua memutuskan untuk menyetujui perjanjian Bunda, walau disisi lain gua memikirkan :
Uang dari mana untuk memenuhi kebutuhan keluarga, selain uang dari balapan dan taruhan yang gua dapatkan.
Wajah Bunda kembali senang karena mendengar keputusan gua sampaikan. Gua yang melihat Bunda senang, gua pun ikut senang. Tiba-tiba gua memeluk Bunda, dan mengusap rambut Bunda yang hampir memutih.
Bibir gua mendekat di kiri Bunda dan berkata:
"Ravin janji pada Bunda, Ravin akan jadi anak yang bisa membahagiakan Bunda. Mematuhi apa yang Bunda perintahkan kepada Ravin. Ravin juga janji, suatu saat nanti Ravin akan menjadi orang yang sukses, dan memenuhi kebutuhan keluarga kita kelak."
Tangan Bunda mengelus punggung gua dengan lembut secara tiba-tiba. Cara Bunda mengelus, nggak berubah dari gua masih anak-anak. Helusan Bunda, gua akui sebagai obat penghangat dan penenang ketika gua ada masalah apapun.
***
Nama gua Ravindra Shankara, umur gua 17 tahun. Gua bersekolah di SMA terkenal dan juga sekolah impian dari dulu di jakarta yaitu SMAN 8 Jakarta.
Banyak yang nanya-nanya ke gua, bagaimana cara lolos di SMAN impian Rav? Minta tips nya dong Rav bisa lolos kayak lu?
Pasti lu punya bakat ya atau ada teman lu yang di sana?Kenapa gua bisa lolos di SMA terkenal di Jakarta, karena gua ambil dari nilai Non-Akademik yang gua miliki.
Waktu SMP, gua aktif dalam ekstrakurikuler keolahragaan diantaranya basket dan voli.
Setelah gua mendaftar bagian dari keanggotaan tim, ternyata gua gabung keanggotaan tim basket.Setelah gua gabung tim basket tersebut, ternyata banyak keberhasilan gua dan tim peroleh, kami juga memenangkan beberapa tingkat perlombaan dari tingkat sekolah hingga tingkat nasional.
Dulu, Tim kami sebagai tim terpopuler pada masanya, karena telah membanggakan serta mengharumkan nama sekolah dengan meraih notaris dari tim kami perolehkan.
Tiba kecelakaan yang menimpa gua, tepatnya pada tangan kanan gua waktu itu. Dokter mengatakan bahwa untuk tangan kanan gua, nggak bisa melakukan aktivitas yang menambah cedera.
Setelah pernyataan dari dokter, awalnya gua nggak terima apa yang dokter katakan. Mungkin dokter hanya bercanda atau prank gua aja. Namun, pernyataan dokter tetap sama di awal tanpa ada perubahan kata satu pun.
Pihak sekolah dan tim gua tahu hal itu.
Karena, mereka nggak mau tim basket mengalami kekalahan, dengan berat hati mereka terpaksa mengeluarkan gua dari tim basket itu.Sebuah tidak adil yang terjadi pada diri gua, takut nya kekalahan pada perlombaan maklum dalam pertandingan ataupun perlombaan, tapi bagi mereka kekalahan suatu hal yang memalukan dalam perlombaan ataupun pertandingan.
Dari situlah gua vakum dari bidang Non-Akademik terutama basket , dan sekarang lebih gua fokus ke bidang Akademik supaya apa yang gua impikan bisa tercapai.
***
Akhirnya gua sampai juga di parkiran motor sekolah. Setelah parkir motor, gua segera bergegas menuju ruang kelas 11-C yang nggak jauh dari kantin sekolah.Untung nya, mapel belum dimulai, dan guru masih belum ada dikelas. Banyak murid-murid mempersiapkan untuk ulangan hari ini. Gua pergi ke tempat duduk berposisi paling belakang dekat jendela kelas.
Bagi gua, nyaman aja sih duduk di samping jendela kelas bisa menghirup udara di pagi hari maupun sore hari. Lagian melihat suasana di sebalik jendela sungguh menyenangkan.
Gua terfokus salah satu murid jago dalam melempar bola basket ke keranjang bola. Gua melihat begitu senang. Gua ingin seperti dulu, bisa bermain basket lagi bersama tim gua. Namun, itu hanya kenangan indah yang sulit dilupakan dalam ingatan gua
"Kapan gua seperti itu lagi bersama teman baru gua." Batin gua.
Gua segera mengeluarkan buku catatan dan buku cetak untuk diulangankan. Untuk ulangan pertama ialah mapel matematika. Dengan waktu bisa dianggap singkat, gua berusaha tenang dan rilex memahami satu persatu rumus yang telah di pelajari.
Setelah beberapa menit gua memahami rumus yang akan di ulangan kan, tiba-tiba guru masuk ke kelas 11-C. Nggak lupa juga kami memberi salam, berdoa agama masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelas, dan melaksanakan ulangan dengan tenang.
"Semoga ulangan hari ini, mendapatkan nilai memuaskan."
***
HAPPY READING YAAA☺️☺️
SEMOGA ANDA SENANG :))
KAMU SEDANG MEMBACA
I, You and Cyberspace (On Going)
Teen FictionSejak Ayah dan Bunda nya berpisah ketika Ravin berusia 13 tahun. Setelah remaja 17 tahun, Kehidupan Ravin banyak berubah dan juga diikuti oleh sifat yang suka ugal-ugalan, berantem di sekolah, dirundung oleh Abang tirinya disekolah, pulang larut mal...