BAB 2 BEST FRIEND'S

76 46 4
                                    

....

Tinggal 20 menit lagi, ulangan matematika berakhir. Gua perhatiin Murid-murid sebagian mengantar kertas jawaban di atas meja. Namun nggak dengan gua. Dari awal hingga bel berbunyi aja masih belum kelar ngerjain ulangan yang sedikit membingungkan menurut gua

Kenapa ulangan matematika kali ini, nggak bisa dicerna oleh otak gua sih?? Ulangan sebelumnya, gua bisa ngerjainnya tepat waktu. Apa karena, kemarin malam pulang dan tidur larut malam ya? Apa gua yang bego, dengan jari gua terus menggaruk-garuk kepala belakang karena merasa kebingungan.

Setelah gua lihat-lihat lagi. Ternyata, ada perubahan soal secara acak. Dari angka, hingga pertanyaan yang dilampirkan.

"Kirain gua yang bego, rupanya emang soalnya aja yang bikin gua bingung. Pantesan gua nggak ngerti... Syukur deh." Gua merasa sedikit lega.

Sebisa mungkin gua menjawab pertanyaan yang nggak dimengerti. Benar atau salah itu belakang.

Akhirnya, kelar juga ulangan gua sebelum guru keluar dari kelas.

Terselesainya ulangan pertama ini, gua merasa beban yang gua kerjakan sedikit berkurang hahaha.... Ketawa kecil timbul dari hati gua secara nggak disengaja.

Gua bangun dari bangku, dan bergegas menuju meja guru yang berada paling depan.

Ketika gua berada meja guru, tiba tiba bahu gua tersandung salah satu murid dikelas gua. Gua memandang sekilas ke wajah yang menyandung bahu gua. Oh ternyata dia orang nya.

Gua langsung berbalik arah, meletakkan kertas jawaban gua di atas meja, dan pergi ke tempat duduk gua tanpa menoleh lagi kearah murid itu.

***

Hari ini gua nggak di bekali nasi goreng buatan Bunda, melainkan 3 bungkus roti isi coklat berukuran mini, sudah ada di dalam tas ransel gua.

Mungkin Bunda kecapean, jadi nggak sempat masak nasi goreng nya untuk gua, batin gua sambil membuka bungkus roti coklat.

Gua buka sebungkus roti berukuran mini dengan hati-hati, tiba-tiba sebuah kenangan lelucon terlintas dari benak gua, waktu gua membuka sebungkus roti

waktu itu, gua pernah membuka sebungkus roti dengan ceroboh. Setelah gua lihat bungkus rotinya, ternyata rotinya malah hilang entah kemana. Gua merengek karena roti nya hilang dan nggak uang lebih untuk membeli lagi. Untung aja, teman gua baik terhadap, dia memberikan sebagian roti nya kepada gua. Gua yang nggak ada rasa malu, mengambil langsung dari tangan nya nggak mengucap terimakasih.

Kenangan itu sulit dilupakan, setiap ingin melupakan malah muncul lagi haduh...

Untung nya, roti mini gua nggak kepental seperti waktu dulu. Jadi bisa deh gua makan dengan tenang.

Btw Tumben teman-teman gua belum nongol dari tadi. Biasanya udah muncul gangguin gua makan siang. Maybe, mereka lagi libur gangguin gua kali.

"Akhirnya, tanpa gangguan dari mereka gua bisa makan dengan tenang," senyum tipis iblis timbul di bibir gua.

Ketika gua mengunyah roti, tiba-tiba ada seseorang memanggil gua dari kejauhan dengan nada intonasi tinggi. Bibir bawah gua mengeluh sedikit darah karena nggak sengaja kegigit.

"WOIII RAVINDRA SHANKAKALA!!!," gua menoleh arah suara tersebut.

Baru juga diomongin, sudah muncul tuh mereka, dan berdiri di samping pintu kelas. Emang nasib gua sial hari ini.

"NAMA GUA BUKAN RAVINDRA SHANKAKALA," Balas gua karena kesal.

Mereka melangkah memasuki kelas juga menghampiri gua dengan tertawa.

"Santai bro, kita kan manggil lu aja. Bukan nya ngajak ribut. Lagian tumben lu nggak ke kantin sama kita."

"Gua nggak bawa uang saku. Sebagai gantinya, Bunda gua nyiapin bekal roti untuk gua,"

"Emang cukup untuk sore nanti??," tanya salah satu teman gua.

"Sebenarnya nggak cukup sih sampai sore. Tapi gua usahain cukup sampai sore," jawab gue sambil mengunyah roti pelan-pelan.

"Hahaha iya deh Shankakala, eh maksudnya shankala,"

"Kalau manggil gua shankakala lagi, gua tonjok lu pada!! Paham?!!" dengan nada sedikit tegas karena kesal.

Mereka menjawab dengan anggukan kepala. Tapi, gua nggak yakin pada mereka. Pasti mereka akan memanggil gua dengan sebutan shankakala lagi.

***

Gua kenal mereka, sejak gua masuk di SMAN ini.

Yang pertama, Joshua Karan biasa gua panggil Shua. Teman sekelas gua yang di gemari oleh kaum hawa dengan bahasa Inggris dan ketampanan nya itu.

Dikelas, ia menjabat sebagai ketua kelas, dan menjadi kepercayaan baik guru maupun teman-teman nya. Dia salah satu murid pindah dari luar negeri dikelas gua pada semester 2.

Tak hanya itu, sebagian mata pelajaran bisa ia kuasai walaupun sedikit. Untuk Bahasa Inggris nya juga begitu fasih, banyak teman-teman nya minta tutor bagaimana bisa fasih dalam bahasa Inggris

otak orang bule beda dengan otak Indonesia, seperti langit dan bumi, batin gua.

Yang kedua, Malik Al-Mubarok. Gua panggil Mal. Teman kelas sebelah gua. Seperti namanya dia fasih dalam ilmu agama, baik dari tanda baca Al-Qur'an, hukum Islam dan lainnya.

Banyak kaum hawa yang terkagum-kagum dan adem, apabila mendengar ia membaca lantunan ayat Al-Quran. Gua dan teman-teman yang mendengar kannya juga, sama yang dirasakan oleh kaum hawa itu.

Mal juga pernah menjuarai di berbagai acara baik Di sekolah maupun nasional, untungnya ia menang dan mendapat banyak notaris yang diberikan.

Yang ketiga, Evans Oktaviano. Biasa gua panggil Vans atau Evan. Gua kenal Vans, di taman kanak-kanak.

Dari Taman kanak-kanak hingga SMA, satu sekolah terus. Jadi gua agak bosen ketemu dia, hingga rumah kita aja nggak berjauhan sekitar 20 menit nyampe.

Vans juga punya akun YouTube sendiri. Banyak murid-murid mengenal dirinya, Dari adik kelas maupun kakak kelas.

Dengan Hobi nya yang suka bernyanyi, dan bermain alat musik sebagai konten nya banyak yang views dan like video yang Vans peroleh. Tak hanya itu, ia mendapatkan uang dari hasil kontennya itu.

Sekarang ia menjadi seorang penyanyi solo yang  terkenal di seluruh Indonesia maupun mancanegara. Dia juga ditawarkan di beberapa acara dari cafe hingga konser.

Gua kagum, apa yang teman gua punya dari dulu hingga sekarang masih di pertahankan. Gua hanya mendukung mereka yang terbaik dari kejauhan, tanpa mereka tahu.

"WOIII lu kenapa bengong aja, lu ada problem kah??," Tanya Vans sambil mendekat kan muka nya kearah gua yang membuat gua enggan menjawab.

"Nggak kok, gua nggak ada problem. I'm Okey," Jawab gua santai.

"Hahaha iya dah shankakala," lagi lagi gua melirik Vans, dan Vans tahu bahwa ia hanya bercanda.

Kamu semua tertawa termasuk gua dengan terbahak bahak.

Dari kejauhan, gua melihat ada sepasang mata melihat kami berempat dari luar jendela kelas. Gua tahu pasti dia yang melihat kami.

Apa yang lu mau dari gua, Ethan Bastian Buana.

***

HAPPY READING YAAA☺️☺️
SEMOGA ANDA SENANG :))

I, You and Cyberspace (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang