Ravin.... Ravindra.... Ravin
Bangun.... Bangun.Apa gua masih di dunia kejam ini?
Apa roh gua yang keluar dari raga ini?
Atau gua masih dalam keadaan tidur namun nggak sadarkan diri?Karena, gua merasakan tubuh ini diguncang sekuat-kuatnya. Kuping gua juga, mendengar beberapa orang memanggil gua untuk segera bangun, namun terdengar samar.
Gua berusaha membuka kedua mata. Apa iya gua udah dipanggil oleh Tuhan, atau masih tetap di dunia kejam ini? Walau masih sedikit buram dan penasaran.
Ketika gua membuka mata lebih lebar, tiba-tiba air deras meluncur membasahi wajah gua. Tak hanya itu, hidung gua jadi tersumbat gara-gara air sialan itu.
"Kan benar kata gua, si Ravin bangun kalau di siramin air seember gede."
"You very....very crazy."
"Astaghfirullah, nggak boleh seperti itu ka Evans. Walaupun, Ravin ketiduran di taman seharusnya kakak bisa bangunin dia dengan cara baik-baik."
Gua tersentak mendengar Malik ngomong bahwa, sebenarnya gua ketiduran.
Jadi yang tadi, Ethan ngatain buruk tentang bunda itu .... Cuma mimpi buruk gua aja??, batin gua sambil menggaruk rambut lurus gua.
AAKKHHH SSIIALAN!!!
***
Bel sekolah berbunyi lebih cepat, karena majelis guru mengadakan rapat untuk ujian semester kelak. Dari ruang kelas gua melangkahkan kaki begitu cepat menuju parkiran motor.
Gua memasukkan kunci motor, dan pergi begitu saja tanpa menoleh 3 murid yang dari tadi berdiri di depan parkiran motor.
Pada saat itu, gua tahu 3 murid itu ialah Evans, Joshua, dan Malik sudah berdiri di dekat parkiran motor namun gua abaikan.
Kenapa lagi Lo Rav? Semoga lu nggak ada problem lagi, batin Evans sedikit cemas.
Akhirnya, gua sampai di teras rumah, dan menyimpan motor ke bagasi samping rumah. Melangkah menuju pintu yang kini tertutup rapat tidak renggang seperti kemarin sore.
Membuka dan seluruh ruangan bersinar terang oleh lampu ruangan. Mata terus melirik di setiap ruangan kemana Bunda berada.
PLAKK...PLUKK...TUNG
Terdengar dari arah dapur, lalu menuju kesana dengan keadaan diam. Ternyata, Bunda sedang memasak untuk makan malam. Gua bersembunyi di balik pintu dan melihat punggung Bunda.
Mimpi siang tadi, menghantui benak gua hingga sekarang. "Apa benar Bunda ngelakuin itu di belakang gua? Jika ia untuk apa Bunda ngelakuin itu?," gumam gua yang merasakan mimpi itu kenyataan.
Kkrruukkk....krruuukkk, tiba-tiba perut gua berbunyi hingga gua ketahuan oleh Bunda.
Perut pake bunyi segala lagi, nggak bisa di ajak kompromi dah lah, batin gua sedikit kesal.
"Eh, kamu kapan pulang nya?? Kok kamu nggak ngomong, malah sembunyi di balik pintu??,"
"Hmm, nggak kok Bun. Ravin baru nyampe rumah, terus Ravin denger plakk plukk tung dari dapur. Lalu, Ravin bergegas melihat ada apa di dapur. Kirain kucing garong lagi menangkap tikus, ternyata bunyi Bunda lagi masak makan malam rupanya,"
"Owhh gituhh ya, bisa dipercaya nggak nih omongan kamu?? Kamu Kan tukang boong," sendok kayu yang Bunda pegang bergerak menunjuk ke arah gua dengan memalingkan kepalanya.
"Iya Bun, two sweerr. Percaya deh sama Ravin, Ravin nggak boong," menunjuk 2 jari sebagai janji.
"Iya deh, kali ini Bunda percaya sama kamu. Sana kamu mandi, nanti keburu malam lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
I, You and Cyberspace (On Going)
Novela JuvenilSejak Ayah dan Bunda nya berpisah ketika Ravin berusia 13 tahun. Setelah remaja 17 tahun, Kehidupan Ravin banyak berubah dan juga diikuti oleh sifat yang suka ugal-ugalan, berantem di sekolah, dirundung oleh Abang tirinya disekolah, pulang larut mal...