Tiga - Street Food

1.3K 100 2
                                    

"Sayang..."

Terdengar samar-samar suara Callie memanggil dari dalam kamar mandi.

"Iyaa? Kamu ada panggil yang?" aku memastikan suara Callie karena tertutup suara shower yang mengalir kencang.

"Aku pengen siomay simpang sana yang..."

"Hah?" aku bangkit dari kasur dan berjalan ke depan pintu kamar mandi. "Kamu ngomong apa sih by?"

ceklek
Pintu kamar mandi terbuka sedikit, menampakkan pucuk kepala seorang gadis yang memiliki mata coklat, menatapku dengan menyernyit.

"Aku pengen siomay simpang."

Aku memandangnya datar. "Kamu bisa selesaikan mandi dulu tau, aku ga kemana-mana..."

"Ya tapi aku pengen sekarang!"

"Maksud kamu, aku disuruh pergi beli siomay terus pas kamu udah selesai mandi, siomaynya udah sampe jadinya kamu tinggal makan?"

Callie tertawa geli. "Hehehehe ga juga sih ayang, tapi kalau ayang berbaik hati boleh.."

"Dasar!" aku menjitak jidatnya. "Selesaikan dulu mandinya atau aku ngode minta aku mandiin nih?" aku tersenyum jail.

"AAAA TIDAAAKK GABYY MESUMM!!" Callie langsung menutup kembali pintu kamar mandi dan melanjutkan mandinya.

Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya sembari tertawa. "Lucu banget pacar aku." batinku.

.
.
.
.
.

Pada akhirnya, kami berdua keluar untuk memenuhi permintaan Callie. Aku malah senang gini sih, bisa jalan-jalan walaupun cuma sekedar beli makanan.

Langit menunjukkan semburat warna jingga khas matahari akan tenggelam. Aku mengendarai motor matic dengan kecepatan 40km/jam, membonceng passenger princess dibelakangku yang sedang celingak-celinguk melihat pedagang kaki lima jualan dipinggir jalan. Aku tau apa yang ada di pikirannya sekarang.

"Masih pengen siomay by?" tanyaku setelah melihat wajah kebingungan Callie dari spion motorku. Pasti Callie sedang bimbang mau berhenti atau tidak untuk memborong jajanan sepanjang jalan yang kami lalui.

"Emm..." Callie bergumam. "Ayang, rasanya aku pengen semuanya ih..."

Aku tertawa sembari tangan kiriku menepuk-nepuk pelan punggung tangan Callie yang melingkar di perutku. "Aku tau banget pikiran kamu, aku liat daritadi soalnya."

"Ih..." Callie mencubit pelan perutku. "Daripada kamu merhatiin aku, mending kamu liat jajanan apa yang kita beli hari ini."

"Ah kamu mah seporsi siomay juga ga abis, kita kan selalu makan bareng berdua by..."

"Ya tapi seblak kayaknya enak by.. telor gulung juga tuh ih mau ayang..." Callie mulai merengek.

"Boleh, tapi harus habis dimakan ya?"

"Iya... Tenang aja ayang, kan biasanya kamu  selalu kuat menampung hehehe..." Callie tertawa sambil mengeratkan pelukannya.

"Yeu... itumah aku selalu dipaksa kamu..."

Kami telah sampai di samping gerobak siomay yang biasa mangkal untuk jualan. Aku menepikan motor lalu berteriak, "Bang, siomay satu yak, kaga pake tahu sama telor!"

plak
Helmku digeplak Callie dari belakang.
"Kamu ih, kebiasaan kalo mesen makan jarang turun dari motor.. ga sopan tau.." Callie mengomeliku sambil turun dari motor.

"Gapapa kak..." Abang siomaynya tertawa. "Dibungkus atau makan di tempat?"

"Bungkus bang..." jawabku cepat.

Aku menatap Callie dengan ekspresi manyun lalu membantunya membuka pengait keamanan helm yang dipakai olehnya.

"Makasih cantik..." Callie mengedipkan sebelah matanya dengan gemas sambil melepas dan menyerahkan helmnya padaku. "Kamu tunggu sini ya, aku mau keliling hunting jajan."

"Oke Callie yang lebih cantik..." Aku mengacungkan kedua jempolku sambil tersenyum lebar. Kedipan matanya tadi seolah menghipnotisku untuk langsung menuruti perkataannya.

Callie langsung berjalan ke gerobak jajanan lain dengan langkah yang sedikit melomat-lompat, persis seperti anak kecil yang diperbolehkan ibunya untuk mengambil kinder joy.

"Adeknya kak?" tanya abang siomay dengan basa basi.

Aku mengambil kursi untuk duduk dekat abangnya. "Mirip adek saya ya bang? tapi sebenarnya dia lebih tua dari saya sih..."

"Waduh... beda berapa tahun kak?"

"Setahun doang sih bang.. masih ada pare bang?" Aku bangkit, melihat isi panci siomay.

"Udah abis kak.. kakak sih datengnya telat..."

"Yah... yaudah deh.."

"Abang dari jam berapa sih jualan emangnya?"

"Jam 12 kak... ini udah mau pulang sebenernya..."

"Oalah.. untung belum pulang, itu si pacar saya ngidam siomay soalnya..."

"Pacar?"

"Hah?" aku tersadar salah bicara. "Iya, pacarnya temen saya tadi..."

"Ohh.." Ia tampak tertawa canggung. "Kaget saya..."

"Hehehehe iya bang..." aku ikut tertawa canggung.

"15.000 kak.." tanpa kusadari, ia sudah selesai membuat pesananku.

Aku menyerahkan uang pas padanya lalu cepat-cepat kabur dari sana. "Makasih bang.." ucapku yang langsung diiyakan olehnya.

Aku langsung menaiki jok dan mengendarai motorku, menyusul pacarku. Aku yakin dia pasti nyangkut di salah satu tempat, ikut ngerumpi bareng ibu-ibu disana. Soalnya pacarku paling pandai memancing orang cerita dengan satu kalimat basa-basinya.

"Ah itu dia." batinku.

Benar saja, Callie sampai duduk diantara ibu-ibu yang mengerumuninya. Obrolan mereka tampak serius, bisa dilihat dari mimik wajahnya.

"Callie!" Panggilku sambil melambai-lambaikan tanganku agar dilihat olehnya.

Callie langsung bangkit dari duduknya dan berpamitan dengan orang-orang yang mengerumuninya. Aku mengernyitkan dahi, "Kenapa dia langsung buru-buru bangkit?"

"Ayang, ayo cepat pulang." Callie menepuk pundakku seolah melecutkan pecutan ke bokong kuda agar jalan. "Baru kali ini aku ga betah banget dikerumunan kayak tadi..."

Setelah menggantungkan beberapa plastik makanan, Callie langsung duduk dibelakangku sambil menerima helmnya.

"Kenapa sayang?" aku meng-gas motorku dan meninggalkan tempat itu.

"Masa aku dijodohin sama anak mereka, ya kubilang aja kalau aku lesbi."

Aku kaget. "Hah? Yang bener aja?!"

"Rugi dong!" sambutnya dengan tawa. "Aku gasuka tau yang, kan aku udah punya kamu..." Callie memasukkan kedua tangannya kedalam saku hoodie milikku lalu memelukku dengan manja.

"Ya bener sayang... Tapi kamu gaperlu bilang dengan gamblang gitu tau..." Aku ikut tertawa. "Btw tadi aku juga kelepasan bilang kalau kamu pacarku ke abang siomay tadi..."

"Oh ya? Kamu ih ngomelin aku, tapi kamu juga sama aja..." Callie kembali mencubit perutku. "Ngebut dong yang, aku udah laper..."

"Siap tuan putri..."

Sepanjang perjalanan pulang, kami bernyanyi bersama.

Menatapmu sayonara - JKT48

TENTANG KITA [CELLA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang