8. Madu atau Racun

275 32 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


• Pluto •



Tubuhnya terdorong hingga menabrak dinding kamar mandi yang lembab, mereka membawa dirinya ke salah satu kamar mandi yang sudah jarang sekali terpakai.

Mereka memang mencari tempat sunyi demi memperlancar aksi mereka. Padahal pada pukul segini semua siswa pasti sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.

Satu tangan kasar mencengkram lehernya namun bukan mencekik, membiarkan laju nafas berada tetap di jalur semestinya.

"Buka celana lu sendiri." Pemuda yang duduk di atas wetafel memerintah, dengan gemetar tangan kurus itu melepas sabuk yang mengunci celana dan menariknya secara perlahan dengan tubuh masih menempel pada dinding.

Celana itu terjatuh seperti dedaunan di musim gugur, menampakkan dua kaki telanjang yang jenjang. Sangat indah hingga lelaki yang duduk di atas wastafel menganga takjub namun sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Luarnya indah tapi dalemnya busuk." Mendengar itu dia menelan ludah di kerongkongannya dengan susah payah, yang dikatakan lelaki itu memang benar adanya. Kakinya tak sempurna seperti yang diagung-agungkan oleh orang, ada bekas luka bakar yang hingga saat ini masih membekas.

"Lu tau kesalahan lu apa?" Maniknya menoleh pada satu suara perempuan dari belakang tubuh yang mencengkeram lehernya. "Sekarang berani natap gue?" Dengan cepat dirinya menatap pada lantai kotor kamar mandi.

"Apa kesalahan lu gue tanya!"

"Punya ... temen." Perempuan itu menggeleng merasa kurang puas dengan jawaban dari dirinya, kedua tangan di lipat di bawah dada. Menatap nyalang pada kedua maniknya yang menunduk.

Dengan bibir merah semerah darah ia berdecih kesal, rambut hitam legam bergaya wolf cut, jangan lupa kuku panjang yang ia warnai hitam pekat.

"Banyak banget berita yang masuk ke telinga gue tentang lu, pusing tau ga." Wanita itu menyugar helaian rambut yang hanya sebahu dengan kuku yang menyala-nyala. "Mereka bilang lu ini lah ... lu itu lah, Babi. Kenapa ga lapor ke San aja yang jelas-jelas Guard lu?"

Dirinya maju selangkah lebih dekat, meletakkan kuku sepanjang jalan kenangan itu pada keningnya hingga perih ia rasakan. "Terus lu apa peluk-peluk dia?"

Seonghwa menggeleng kaku, merasa jika yang dikatakan perempuan itu tidak sepenuhnya benar, dia bahkan sama sekali tidak membalas dekapan Hongjoong.

"Lu kira gue ga tau? Mau ngegoda dia? Jalang emang."

Pluto [Joonghwa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang