2

776 115 0
                                    

Sepuluh hari setelah berpulangnya almarhum putra kedua Yasmin dan Argan masih ada tamu yang melayat namun tak sebanyak kemarin, para pelayat diarahkan ke rumah orang tua almarhum atas instruksi Argan demi menantunya.

Hanin harus beristirahat sesuai perintah dokter, mengingat keadaannya yang lemah dan bisa drop kapan saja.


"Ibu terlihat lelah, istirahat dulu." Eshan menatap ibunya. "Ada papa di depan," kata pria itu lagi.


Mana mungkin Yasmin bisa tidur saat ada tamu di luar. "Nanti Ibu minum vitamin, jangan khawatir."


Yang dilihat orang lain termasuk putranya sendiri Yasmin lelah karena dari pagi hingga sore selama sepuluh hari ini sibuk menyambut kerabat yang melayat, namun baginya sendiri rasa terpukul yang tak sanggup diungkapkan dengan kata-kata. Tangisnya tidak di depan pelayat, tapi saat menghadap Tuhan dalam doanya meminta hatinya rela dan mengikhlaskan sang putra. Kesedihannya pada nasib menantu yang sedang hamil, Yasmin ikut terpukul dengan keadaan Hanin.


"Hanin baru keluar rumah sakit nanti Ibu yang masuk kalau terlalu diforsir."


"Cuma ngobrol aja, Eshan." ibu tersenyum pada putranya namun di mata Eshan betapa lelah senyum ibunya. "Mereka tidak datang setiap hari."


Soalnya selama sepuluh hari ini ia melihat ibunya begitu aktif, pria itu juga meragukan waktu istirahat sang bunda karena setiap pagi selama beberapa hari ini dia memperhatikan beliau.


Eshan tak menahan lagi langkah ibu yang terus berjalan ke depan menyusul papa bergabung dengan tamu.


Karena tak tahu apa yang mau dikerjakan Eshan kembali ke kamar tapi bibi memanggilnya.


"Maf mas Eshan, Bibi lupa. Ini Jambu pesanan mba Hanin, malah Bibi bawa ke sini. Minta tolong ya Mas dibawa ke sana."


Karena bibi tampak buru-buru Eshan tidak bertanya lagi dan mengambil plastik yang diberikan bibi.

Sebelum pergi ke rumah sebelah pria itu membuka dan menelan ludah melihat merahnya buah tersebut. Ia mencomot satu buah tersebut dan menggigitnya. Dan...."Astaga, kenapa asam sekali!"


Melanjutkan langkah pria itu segera menuju ke rumah sebelah untuk menyerahkan buah tesebut.


"Assalamualaikum," ucapnya mengetuk sekali dan langsung membuka pintu, saat tak ada jawaban Eshan memanggil lagi.


"Ada orang?" tidak mungkin tidak ada kan, apa sedang tidur? Tapi ada mama Sarah, ke mana beliau?


Eshan terus berjalan hingga ke dapur dan memanggil mama Sarah namun tak ada jawaban juga. Rumah yang hampir sama luas dengan rumah orang tuanya yang beberapa hari lalu dipenuhi pelayat kini tampak sepi, bahkan pemiliknya tak kelihatan.

Ipar Sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang