"Jika saya tak suka mungkin sudah pergi dan lupa dan jika saya disini mungkin kamu tidak sebodoh itu untuk tak mengerti"
.
.
HAPPY READINGLangit malam terlihat sangat indah namun suasananya dingin pintu kaca yang langsung memperlihatkan balkon kamar masih terbuka dengan gorden yang tidak berhentinya bergoyang kemiri dan kekanan karna ulah angin.
Matanya masih menatap kosong ke dalam satu arah , tak ingin beranjak kemanapun . Tristan sendirian sekarang di kamarnya rasanya tak enak hati membangunkan kasih hanya untuk menemaninya , dia lebih baik memilih untuk tak tidur malam ini daripada mengganggu tidur orang.
Tristan masih selalu bertanya pada Tuhan , saat dia meloncat dari pesawat itu mengapa dia dihidupkan kembali tidak berakhir seperti orang-orang yang berada di pesawat itu.
Setiap kehilangan orang yang Tristan sayangi katanya orang itu pergi dibawa Tuhan karna tuhan sayang pada mereka dan rindu , terakhir kali Tristan mendengar perkataan itu saat Omanya meninggal dan ya , mama-nya bilang pada Tristan "Tuhan sayang sama Oma , rindu sama Oma jadi Tuhan bawa Oma kepangkuannya. Oma harus tenang disana bersama Tuhan dan kamu sayang Oma berarti harus mengikhlaskan dia ya agar dia tenang dan tidak bersedih" ini yang mana ucapkan pada Tristan waktu itu , perkataan itu masih teringat dalam pikiran Tristan , suara itu masih terdengar jelas tanpa potongan sedikitpun.
Sekarang dia terisak-isak , sesak dalam dadanya mulai berdatangan seiring dengan sebuah air yang keluar dari sudut matanya . Entah takut apa yang dia alami sekarang , apa rindu dengan Oma karna ucapan mama yang teringat kembali atau rasa traumanya datang lagi malam ini.
Yang diinginkannya sekarang hanya ketenangan karna untuk membunuh dirinya sendiri dia tak mau dibenci oleh Tuhan , Rasanya ingin mati tapi juga enggan untuk meninggalkan orang-orang yang menyayanginya walau keadaan tak normal muncul darinya seperti ini.
Tristan terduduk dilantai terus mengucap — tolong beri celah untuk Tristan tidur dengan tenang malam hari ini , tolong beri Tristan mata yang lelah dan mimpi indah tanpa mengingat kembali kejadian menakutkan itu lagi. Hanya itu permintaan Tristan malam ini.
Matanya kini tertuju pada sebuah pisau dia atas piring bekas memotong buah tadi sore , sepertinya Kasih lupa menyimpan kembali ke dapur dan tertinggal di kamarnya.
Tristan beranjak menghampiri pisau kecil yang terlihat berkilau karna saking tajamnya sampai dari kejauhan lun terlihat bagaimana dan seruncing apa pisau itu sampai Tristan menyergap membawa pisau namun terhalang karna ringkasan tangan Kasih.
Terduduk dilantai lagi , dengan suara bergetar dipaksa mengucap pada kasih memeluknya berucap meminta maaf.
"Maaf" Lirih Kasih sambil mengusap punggung lebar milik Tristan dengan tangan kasih yang kecil namun sangat menenangkan. Rasanya mata Tristan sangat berat untuk dibuka dan ingin tertidur.
"Maaf , harusnya saya gak ninggalin kamu sendirian . Maaf" Lagi-lagi dan Lagi untuk keberapa kalinya itu sudah tak terhitung , Kasih kini tersenyum tanpa menghembus nafas kasar.
Kasih beranjak dari duduknya menutup pintu balkon kamar dan menurunkan suhu AC sambil merapikan kasur mendiamkan Tristan yang masih terduduk di lantai yang dingin tanpa diajak bicara lagi oleh Kasih karna percuma saja Tristan akan tetap terdiam.Namun sepertinya Kasih tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berbicara pada Tristan .
"Emm , ke kasur ya dingin disini" Kasih memegang kedua bahu Tristan dan tersenyum ke arah pemilik wajah yang sekarang terlihat dingin sekali tanpa raut apapun lagi."Minum obat dulu baru tidur , jangan lupa doa sebelum tidur biar mimpi indah . Jangan takut apa-apa lagi , saya ada disini buat kamu , Kasih ada disini buat Tristan" Dengan lihai Kasih memberikan pelayanan terbaik pada Tristan dengan baik namun masih tidak ada ekspresi.
Tristan sedikit meringis melihat tangannya yang sedikit berdarah sekarang dan semakin mengepal erat dengan bahu yang naik turun dengan cepat akibat dadanya yang sesak karna nafas yang susah diatur.
Saat melihat itu Kasih langsung membuka laci lemari ke tiga yang berada didekat kasur dan mengambil P3k untuk mengobati tangan Tristan.
"Ini cuman darah biasa , jangan takut ya aku hilangin dulu lukanya" Kasih tak sedikitpun ngeuh dengan perkataannya sendiri.
"Aku ?" Tanya Tristan membuat Kasih mengernyitkan dahinya dan baru tersadar bahwa dirinya tak sengaja mengucap kata 'Aku'.
"Kuku jari kamu udah pada panjang, besok saya bantuin potongin kuku kamu ya selain rapi bisa juga biar kamu gak terluka lagi kayak gini" Kasih mengalihkan pembicaraan.
"Kalau kamu lagi merasa gak tenang gosokin kedua telapak tangan kamu sembari tarik nafas dan buang secara pelan-pelan jangan ngepalin tangan sampai berdarah kayak gini , jangan ngeremas rambut kamu juga nanti sakit bisa rontok juga kan bahaya"
"Maaf tadi saya gak sengaja" Kasih menyalakan Tv yang berada dikamar Tristan sekarang , memperlihatkan sebuah film yang sedang menayangkan pesawat tempur membuat Kasih seketika reflek mematikan Tv yang baru dinyalakannya itu.
"Saya tau film itu , para penumpang selamat dan awak kapal terbang pun selamat namun ada salah satu pilot yang mati karna serangan jantung saat masih berada di pesawat . Harusnya seperti itu tapi ternyata itu hanya film , nyatanya semua orang dalam pesawat yang saya kendalikan tidak selamat dan hanya ada salah satu orang yang selamat yang bahkan dia pantas untuk mati karna melepas tanggung jawabnya meloncat berharap melupakan semuanya"
Resensi film yang ternyata malah terjadi pada dirinya dengan situasi yang sama dan takdir yang berkebalikan diucapkan rinci oleh Tristan membuat Kasih tak enak hati karna dia malah semakin mericuhkan suasana.
Tapi Kasih senang , Tristan sedikit tenang walaupun berbicara dengan suara yang sedikit bergetar dan tangannya yang berkeringat dingin terus keluar dari tangannya.
"Gapapa kalau gak sengaja , tapi saya suka kalau kita saling memanggil aku-kamu . Tapi itu hanya pantas untuk orang terdekat dan laki-laki spesial yang dicintai kamu bukan ? Saya tidak pantas ya"
'kamu yang aku cintai Tristan , tapi aku pikir aku gak belum pantas buat kamu karna Daddy belum memberi tahu rahasia yang seharusnya om Septian papah kamu tau' bisiknya dalam hati yang hanya terdengar oleh dirinya dan Tuhan.
....Bersambung
Semoga masih ada yang stay ya buat nunggu cerita ini
Thank youuuu and wopyuuuu 💗🐊