Deo Anggara

25 8 0
                                    

Malam itu yang kejam terasa sangat dingin ,Tancaban gas di dorong keras penuh emosi dengan tangan bergetar yang mencoba mengendalikan stir mobil . Sorot mata itu menajam ke arah depan , harapan gila berharap takk ada hari esok , sampai sebuah cahaya lampu dari truk mobil terlihat mendekat dari jarak berlawanan arah .

Tidd...

Suara itu terasa terus menggema di gendang telinga Deo , darah mulai bercucuran dari kepalanya akibat benturan dan pecahan dari kaca mobil yang parah , matanya sudah terpejam namun masih terdengar suara-suara keramaian dan jeritan orang-orang yang melihat kejadian itu .

entah apa yang terjadi pada matanya yang terasa sangat perih untuk dibuka bahkan untuk sekali saja dibuka tapi tak mampu , senyumannya terukir jelas terasa sangat ikhlas saat dirinya digotong keluar dari mobil . sirine ambulans kini mengelilingi daerah itu yang kini terasa menegangkan dan menakutkan.

"semoga" ucapan itu langsung terseka karna nafasnya yang sangat terasa sesak , harapannya mungkin hampir terwujud namun ,

Dia berjalan di tepi pantai melihat ke arah dimana laut terlihat sangat luas , secerca cahaya keluar dari antara tengah-tengah lautan . gaun putih yang cantik dan rambut yang dibiarkan bergoyang oleh riuhnya angin , pemilik tubuh itu hanya terlihat sampai lutut dengan kaki yang terendam oleh air laut , senyuman tulus keluar membisikan kalimat yang tak terduga .

"Mas bahagia ? semoga yaa, boleh minta sesuatu gak ?"

jeda.

"tolong bertahan buat hal-hal kecil yang belum kamu coba , bertahan buat mereka . karna yakinlah papah bertahan cuman buat kamu" lambaian tangan itu membuat deo langsung mengejar namun berbarengn dengan lambaian itu perlahan cahaya juga ikut meredup lalu keadaan dipantai itu kembali seperti sebelumnya .

Memukul air tak ada habisnya hanya saja rasa perih membuat si pelaku merasa kesakitan akibat cipratan keras yang dilakukan , Deo berteriak sekuat mungkin .

"kenapa tuhan bawa Diara juga bunda , kenapa aku gak boleh ?" Tangisan laki-laki itu bisa mengisi seluruhnya , berkali-kali dia bertanya mengapa dunia selalu bersikap jahat dan dingin padanya . 

Entah darimana asal suara yang didengar oleh Deo sekarang , suara yang sama lembutnya membawa dia yang kini mengikuti arah keluar dari lautan menuju pantai . 

"Nak , jangan terlalu jauh"

"Sayang , bunda kangen sama kak Deo"

***

"Kasih , Nanti Dinner di luar yuk" ajak Tristan dengan senyuman merekah seperti ada sesuatu yang akan diberikan pada Kasih .

Namun , percakapan itu terhenti saat baru saja Kasih hendak berbicara . Suara dering telpon itu keluar dari handphone Kasih .

Kasih menggoyangkan handphonenya ke arah Tristan lalu berdiri bergegas pergi tanpa memberitahu siapa yang menelpon itu tapi Tristan hanya mengangguk karna tau Kasih juga masih memiliki privasi .

Dikejauhan Kasih mengernyitkan keningnya mendengar suara seberang yang sangat terdengar lemah sedikit serak , Kasih sedikit senang akhirnya dia dapat menelpon kakaknya setelah beberapa pekan tak dapat dihubungi . Sekarang pun yang dipakai untuk menelpon adalah nomor mommynya .

"Kak Deo ? Kemana aja , aku coba telpon tapi nomor kak Deo gak aktif . Aku coba tanya Daddy sama mo—" Kasih hampir saja keceplosan .

"Maksudnya aku coba tanya Daddy sama bunda mereka suka ngalihin pembicaraan"

Terdengar sedikit tawa .

"Mommy maksudnya dek ? Umm" Jeda "betah banget sampai gak mau kesini buat ketemu kakak ? I Miss you"

Kasih sedikit tak mengerti , terakhir Kasih meminta pada daddy-nya untuk ke Belanda malah dilarang sekarang Kak Deo nyuruh buat ke sana ? Sebenarnya apa yang terjadi disana , rasanya kayak mereka nutupin sesuatu dari Kasih dan tahan Kasih untuk gak kesana sebelum mereka benar-benar siap buat jelasinnya .

"Kak ?"

"Hmm" Saut Deo.

"Semuanya baik-baik aja kan ? Aku cuman ngerasa kalian nutupin sesuatu dari aku"

Tawa dari seberang kini sedikit miris .

Hening sejenak , sepertinya Deo menghela nafasnya untuk memulai kalimat yang benar-benar ingin dikatakannya agar adiknya itu tidak penasaran lagi .

"Sedikit perubahan , sebenernya kamu gak perlu ke Belanda . Karna kakak bakal ke indo secepatnya"

Senyum senang Kasih kini keluar namun seluruh  pertanyaan malah langsung keluar dari kepalanya . Harus bagaimana sekarang , Daddy yang mau bertemu dengan om Septian . Kak Deo ? Pulang ?.

"Tolong kalau nanti kita ketemu , tolong tetep jadi kamu sekarang tapi maaf kalau nanti kamu kecewa" jeda lagi "I Miss you . I will soon come to you my princess . Love you"

Telpon itu langsung saja diputuskan , Kasih langsung berbalik ke arah dimana Tristan ternyata masih terdiam di tempat yang sama tanpa sedikitpun gerakan .

Senyuman Tristan yang semula sangat menggemaskan sekarang terasa sangat berat untuk Kasih , apa itu senyuman untuk terakhir kali ia lihat ? Bukan apa-apa , tapi apakah setelah semuanya terbongkar hubungan mereka akan tetap baik-baik saja . Mungkin antara mereka akan baik-baik saja , tapi dari orang tua Tristan . Apakah om Septian akan separah itu membenci ayahnya seperti apa yang sudah Kasih bayangkan .

Kasih memaksa tersenyum membuang semua pertanyaan itu , mencoba untuk tak memperlihatkan keadaan sebenar yang terjadi padanya .

"Dinner ? Berarti aku harus nyiapin dulu buat penampilan aku nanti" ucap Kasih yang langsung kembali membawa topik yang semula Tristan bicarakan dengannya .

"Okee , Aku juga mau persiapan buat nanti . Lihat aja nanti , The point is, I will make you a very happy queen tonight"

Kecupan manis itu terasa hangat mendarat di kening Kasih .

"Yaudah aku pulang dulu yaaa , Papayyy"

Kasih melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan Tristan dengan senyuman merekah lalu berbalik dengan senyuman yang sudah luntur dengan alasan antara sedih senang , KACAU .

... Bersambung

Tokoh barunya silahkan dinikmati alurnya

VOTE DULUUUU

Makasih banyak buat yang udah baca dan vote

OPPORTUNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang