Apartemen

12 4 0
                                    

"Kalian ? Kalian pu—" ucapan Kasih langsung berhenti saat melihat seorang laki-laki tersenyum dengan tatapan mata yang lurus kedepan seperti tatapan kosong — Itu , Deo .

Kasih sudah tak bisa berucap saat tubuhnya melemas melihat tatapan mata yang kosong dan tubuh yang terduduk di kursi roda . Tatapan mata yang berbeda , bahkan Deo tersenyum tak menatap langsung ke arah Kasih . Deo tak melihat ke arahnya , memang berbicara pada Kasih tapi tatapannya benar-benar berbeda .

Kasih meremas keras bunga buket yang sedari tadi dua pegang dengan rasa bahagia itu berubah menjadi rasa kecewa dan sedih . Seorang perempuan yang mendorong kursi roda milik Deo yang benar-benar asing bagi Kasih itu tersenyum lalu mendorong kursi roda Deo ke arah sofa .

Saat Raymold hendak menghampiri Kasih , tubuh kasih langsung terduduk dengan tatapan penuh tanya pada ayahnya , seperti ingin cepat-cepat membuka rahasia yang mereka tutupi Raymold tersenyum dengan rapuh .

"Dad ? Ada apa ?" Kasih menepis raih tangan dari Raymold lalu berdiri dengan penuh senyum dan tawa padahal pipinya sudah penuh dengan cucuran air mata .

"Prank ? Bilang semuanya prank kan ?" Kasih menghampiri Deo dengan cepat .

Plakk...

Dengan tiba-tiba Kasih menampar Deo dengan keras , semuanya menohok kaget melihat Kasih . Tak sampai itu Kasih menarik kaki Deo diturunkan ke bawah pijakan kursi roda dengan paksa seperti tanpa perasaan .

"BANGUN !! JANGAN PURA-PURA !! BANGUN GUE BILANG !!"  Kasih menyentak dengan air mata yang terus menerus menangis bahkan mulut Kasih bergetar saat meneriakkan ucapannya secara lantang dan bersikap paksa pada Deo .

Kaki Deo terlihat terdiam saat Kasih memaksanya untuk berdiri dari duduknya , senyumnya hilang meninggalkan jejak rapuh tanpa berani menyela pembicaraan Kasih .

Deo menggeleng menjawab semua suruhan Kasih , penolakan yang membuat Kasih langsung kembali runtuh tak berdaya sampai menunduk dengan kepala yang ditidurkan tunduk ke paha Deo .

"Maaf" Deo hanya kuat berucap satu kata , suaranya bergetar . Segukan tangis Kasih semakin terdengar , tak ada yang berani berbicara setelah kata maaf Deo untuk Kasih keluar melewati telinga-telinga mereka .

Memeluknya . Tidak , Kasih memukul-mukul bagian perut Deo . Tidak keras , tidak menyakitkan tapi hati mereka sakit . Jika pandangan orang luar sangat baik terhadap keluarga mereka , mungkin salah besar karna kenyataannya ada seseorang yang tidak diberitahu apa yang terjadi dengan keluarganya dikejauhan bahkan rahasia besar — yang pada akhirnya harus benar-benar terbongkar .

"Crazy, you guys are driving me crazysemua pergi hanya menyisakan mereka berdua , sebelumnya mereka sudah mengira ini akan terjadi . Deo sudah meminta mereka untuk memberi ruang bagi mereka Deo dan Kasih .

Namun berbarengan dengan itu , Kasih menyeka air matanya memeluk bunga buket yang masih setia dipegang olehnya sedari tadi dan mengambil handphone yang ada pada sakunya . Entah apa yang akan dilakukan oleh Kasih sekarang .

Deo juga terdiam , tak tau apa yang dilakukan oleh adiknya dihadapannya . hujan diluar rumah juga dibarengi kilatan petir yang menembus gorden yang belum sepenuhnya ditutup .

Dia melihat beberapa pesan dari Tristan dan pemberitahuan dari pihak apartemen Tristan bahwa pemadaman listrik sedang dilakukan .

Kasih berdiri hendak pergi mengkhawatirkan Tristan yang baru saja pindah ke apartemen bertujuan meningkatkan kemampuan untuk lebih menghalau trauma yang masih tersisa .

"Kasih" panggil Deo yang merasa bahwa Kasih akan pergi meninggalkannya .

"Gue butuh waktu buat semuanya , gue harus pergi" Deo memang tak bisa melihat sekarang tapi saat Kasih benar-benar mau pergi Deo bisa meraih tangannya , Kasih mengernyitkan keningnya tak mengerti mengapa kak Deo bisa tau dimana posisi tangan Kasih .

Kasih menangis lagi sekarang , bahkan matanya sudah sangat terlihat sembab dengan warna merah pucat karna gosokan akibat menyeka air mata dengan kasar .

Mungkin ini yang dinamakan dengan feel antara saudara . Mungkin karna itu Deo bisa merasakan dimana posisi tangan Kasih dan bisa meraihnya .

Rumah yang kedap suara terhadap luar pun tak bisa membendung suara hujan yang sangat deras , Deo memberi isyarat dengan menggelengkan kepalanya untuk tak pergi keluar .

"Hujannya deres dek , bahaya" ucap Deo berharap Kasih mengurungkan perginya namun terasa Kasih menepis kembali tangan Deo , kini jauh lebih lembut dari yang tadi .

Kasih menyetarakan tingginya dengan Deo yang terduduk di kursi roda menepuk kedua tangan Deo , ini bukan Kasih adik Deo tapi Kasih sebagai psikiater yang mencoba menenangkan .

"Gue kecewa sekarang , tapi gue mau penjelasan dari Lo juga kak . Sekarang gue harus pergi , jangan khawatir" Kasih menepuk tangan Deo lalu kembali berdiri dan langsung berjalan untuk cepat-cepat pergi ke apartemen menghampiri Tristan .

"Kemana ?"

"Gue rasa Lo pasti tau semuanya , Tristan dia butuh gue sekarang" ringkas Kasih menjauh dan benar-benar pergi .

Saat Kasih sedang fokus menyetir dengan kecepatan hampir penuh di licinnya jalan dan derasnya hujan , penuh khawatir karna dia tau Tristan juga mengalami ketakutan di kegelapan .

Telpon dari Tristan terus berdering , Kasih langsung mengangkat telepon dengan suara yang  bergetar masih terbawa suasana menyakitkan tadi .

"Hujannya..deres..bahaya..Aku—" suara Tristan juga terdengar bergetar , bahkan pengucapannya terbata-bata sekarang .

"Atur nafasnya ya , telponnya jangan dimatiin . Flashlight handphonenya nyalain biar ada cahaya walaupun sedikit" Kasih menaruh handphonenya .

Ckittt....

Handphone yang semula disimpan di atas car storage . Langsung terjatuh ke bawa dan handphonenya langsung mati .

Tristan yang merasa panik karna mendengar suara tabrakan dan telpon yang tiba-tiba mati . Tristan mencoba menelpon kembali dengan tingkat kepanikan yang semakin meningkat , jantungnya berdebar dengan kencang dan merasa sakit diulu hati .

(Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan) tuuttt...

Tristan yang menelpon Kasih kembali sambil mencoba keluar dari kamarnya langsung terjatuh dan tidak sadarkan diri

"Kasih"

Sementara di bagian tempat Kasih berada , telpon dilakukan kepada Tristan yang malah mengeluarkan teks bahwa nomornya berdering .

Bersambung....

OPPORTUNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang