"mungkin dulu saya pantas untuk dicintai , tapi sekarang saya benar-benar tidak pantas untuk dicintai"
~tristan wirahardjaAir yang ada di kolam itu sangat jernih namun saat Tristan memasukan kakinya pada kolam itu , airnya langsung meleburkan bayangan .
Kolam yang cukup besar di dekat taman yang berada di belakang rumah , Tristan sedang terduduk sambil memainkan air . Sangat bosan hari ini , saat waktu itu Tristan sudah sangat di tidak bolehkan keluar dari rumah karna keadaannya .
Hari ini Kasih sedikit telat datang ke rumah karna ada yang perlu di urus di rumah sakit , susu serta roti tawar yang sudah di olesi dengan selai kacang kesukaannya yang diantarkan oleh Rania sambil menghampiri Tristan yang berdiam di sisi kolam .
Anginnya cukup kencang sekarang , membuat kulit sedikit bercucuk karna angin yang menyentuh sedikit menusuk pagi ini . Embun sudah hilang saat waktu tepat pukul 06.00 dan matahari baru muncul yang sedari tadi hanya berdiam di belakang awan .
Tristan tersenyum manis pada Rania membawa roti tawar itu lalu memakannya sembari dilanjutkan dengan meminum susu , tegukan yang membuat jakunnya bergerak ke bawah dan ke atas .
Rania senang melihat anaknya yang kini jauh lebih baik , Rania tidak pernah tau bahwa setiap malam Tristan selalu terjaga dari tidurnya karna takut akan mimpi yang buruk datang padanya .
Tristan melarang Kasih untuk memberi tahu kepada mamanya agar mamanya tidak khawatir , setiap malam anggukan kasih yang masih ragu untuk merahasiakannya .
"Pagi Tristan , Tante ." Suara lembut itu langsung terdengar oleh Tristan dan kakinya langsung naik dan menghampiri Kasih . Rania hanya terdiam sambil menggelengkan kepalanya melihat anaknya yang berlari seperti anak kecil menghampiri Kasih .
"Tumben ke luar" ucap Kasih sambil menyentuh dahi Tristan memeriksa karna kesehatannya yang menurun membuatnya rentan terkena demam .
Kasih tersenyum juga ke arah Rania , "jangan lama-lama diluarnya anginnya kenceng" lalu Rania pamit pergi dari sana dan meninggalkan mereka berdua .
Tristan mengangguk mendengar perintah mamanya itu , paper bag yang agak besar dijinjing lalu digoyangkan oleh Kasih .
Memegang tangan Tristan mengajaknya untuk masuk ke rumah karna tubuh Tristan yang sedikit lebih dari hangat dan juga tidak panas membuatnya khawatir Tristan tiba-tiba demam lagi .
Saat hendak ke ruang tamu , Tristan dan Kasih melewati kamar pembantu yang terdengar seperti ada suara alarm .
Suara alarm yang nyaring membuat kepala Tristan langsung berdenyut-denyut dan nyeri pada bagian dada kirinya , Tristan terduduk ke lantai berwarna cokelat itu sambil menundukkan kepalanya sembari memegang erat sakit kepalanya .