"Untuk apa diciptakan kata berani kalau gak mulai untuk berani mengungkapkan"
.
.
HAPPY READING
Tuttt...tutt
Kasih beberapa kali menelpon nomor daddy untuk menanyakan apakah ayahnya itu akan pulang hari ini. Baru-baru ini Raymold pergi lagi ke luar negeri , entah apa yang diurusnya karna setiap Kasih meminta penjelasan tentang apa yang dilakukannya selain bertemu dengan istri dan anak laki-lakinya itu malah suka mengalihkan topik.
"Halo dad , jadi pulang hari ini ?" Belakangan ini Kasih dan Raymold melakukan silent treatment pada masing-masing karna perkara fakta yang semakin lama ditutup akan semakin buruk. Namun pada akhirnya Kasih sebagai anak memilih mengalah dan membuka topik , kalian tau kasih tak ingin hubungan seorang anak perempuan dan ayah merenggang.
"kayaknya gak bisa , mungkin minggu depan daddy pulang" tak biasa seperti ini Kasih ingin mengulang kembali obrolan yang berada di telpon waktu dua hari lalu dan tak ingin mengucap dengan nada tinggi atau memaksa menekan ayahnya untuk mengungkapkan semua kepada septian.
"terserah daddy mau kapan ngomong jujur sama om septian tentang aku , mommy , kak deo bahkan bunda nalla" dengan nada suara sedikit meringis Kasih berharap menghentikan kedinginan ini.
"kenapa bawa-bawa nalla ?" suara ketus itu terdengar untuk pertama kalinya.
"dia ibu kak deo , orang yang diikhlaskan rasanya bersama orang lain oleh om septian demi daddy biar persahabatn kalian gak hancur sampai om septian menerima perjodohan orangtuanya demi daddy dan bunda nalla tetap jadi pasangan tanpa gangguan dari om septian" ucapan yang kasih lontarkan pada Raymold membuat orang yang berada diseberang itu terdiam seribu bahasa.
"i miss you dad , aku butuh daddy kayak dulu jangan diem-dieman kayak gini. soal daddy yang sering pulang pergi gak kayak biasanya , ada apa dad kenapa mommy juga nutupin sama aku ? apa yang terjadi disana ? aku gak mau aku acuh" ringkasnya kembali berharap penjelasan dari ayah cionta pertama seorang anak perempuan.
"minggu depan daddy jelasin semuanya ya , maafin daddy Kasih . i miss you too my princess" Lagi ? dia selalu saja terus menerus menumpukan jawaban , permasalahan pun sampai 25 tahun berlalu belum terungkapkan sampai dilatar belakangi ketidakadilan untuk salah satu pihak dan pihak lainnya.
dia menggaris bawahi semuanya untuk kebaikan tapi lama kelamaan seperti roti yang awalnya berkualitas baik dismpan lama lalu menjadi basi dan semakin buruk keadaannya dan jika diberikan maka akan terjadi keracunan bahkan kematian.
mungkin dari sini kalian sudah mengerti perumpamaannya.
"lagi ? sampai kapan ? apa sampai daddy bisa jawab lewat seminar , jika seminar pun. ada pertanyaan mendadak maka jawabannya tidak bisa ditunda dan harus waktu itu . tidak bisa daddy menjawab pertanyaan di acara seminar itu menunggu seminar selanjutnya" Kasih menghela nafasnya ,lelah pada dirinya sendiri , harusnya barusan dia tidak berkata seperti itu.
"fine dad , i'm sorry"
Kasih mematikan telpon itu ,menghentikan semuanya bahkan sebelum mendengar ucapan dari daddy-nya lagi. mungkin itu sangat tidak sopan tapi emosi Kasih sedang tidak bisa ditahan dengan mengeluarkan ungkapan-ungkapan tekanan.
Helaan nafas yang terdengar sangat menyesakan , Kasih terduduk kembali ke sofa yang berada di ruang tamu rumah Tristan. Tadi Tristan sedang ingin membuat teh untuknya maka itu dia mengambil kesempatan untuk menelpon Raymold.
Tiba-tiba saja rambutnya dipuk-puk dan diusap acak oleh pemilik tangan yang besar yang ternyata adalah Tristan.
"Kenapa ?" Tanya singkat Tristan yang ternyata juga bisa membaca raut wajah Kasih.
"Gak apa-apa , Kamu abis keramas ?" Kasih mencium warna harum saat Tristan duduk bersandar didekatnya setelah menyimpan dua cangkir yang berisi teh manis hangat.
"Tadi pagi , anter ke barbershop ya udah mulai gondrong soalnya . Beneran gapapa ?" Ringkasan pertanyaannya lagi.
"Kenapa-kenapa sedikit" Kasih memeragakan tangannya antara telunjuk dan jempol yang sedikit mendekat.
"Aku juga mau cat rambut"
Rasanya kata aku-kamu sudah menempel hampir satu Minggu , nyaman juga tapi masih belum ada yang berani mengungkapkan perasaannya namun selalu memberi simbol . Mereka peka tapi rasanya lucu jika terus begini.
"Sebenarnya aku ngerepotin kamu gak sih ? Maaf ya , jujur aku butuh kamu sampai kapanpun" Tiba-tiba percakapan malah mendalam tanpa aba-aba.
"Aku juga minta maaf soal waktu malam itu , aku udah teledor . Maaf Tristan , Tristan maafin Kasih kan ?"
Tristan hanya mengangguk tersenyum manis dengan matanya yang membulat seperti anak kucing.
... bersambung