Bersiap!

4 2 0
                                    

"Hai! Samlekom," sapaku dengan ceria, disambut senyum hangat oleh mereka yang aku sapa.

Namun, Ibu tidak bisa menahan tawa melihat gaya sapaanku. Dengan nada lembut, Ibu memberikan saran, "Kakak, jangan lupa ucapkan salam dengan benar ya. Nanti adek ikut-ikutan dengan gayamu yang unik ini."

Aku tertawa kecil dan memberikan senyuman pada Ibu, "Iya, Maaf ya. Samlekom, Bu!"

Ibu hanya mengangguk sambil tersenyum. Adek kecilku yang duduk di sebelah Ibu pun ikut-ikutan memberikan sapaan dengan gaya yang sama, "Samlekom, Kakak!"

Kami semua tertawa melihat tingkah kocak adek kecil. Ibu merangkulnya dengan penuh kelembutan, "Adek, kita ucapkan dengan benar, ya? Assalamualaikum."

Adek kecil pun merespon dengan cengengesan, "Assalamualaikum!"

Semuanya tertawa ceria melihat keceriaan adek kecil.

"Ayah masih lembur lagi, Bu?"

Ibu mengangguk sambil menyentuh pelan pundakku, "Iya, Kakak. Ada proyek besar di kantornya, jadi Ayah harus bekerja lembur untuk menyelesaikannya. Dia berjanji akan pulang secepatnya begitu pekerjaannya selesai."

Aku mengernyitkan dahi mendengar bahwa Ayah masih belum pulang dan harus lembur kerja. Meskipun Ayah sibuk dengan pekerjaannya, aku merasa sedikit kecewa karena belum bisa berbicara dengannya setelah seharian tidak bertemu.

Setelah mendengar kabar Ayah yang masih lembur, Ibu menyuruhku untuk bergegas mandi dan sholat, sementara dia akan menyiapkan makan malam. Aku pun langsung merespons dengan antusias,

"Baik, Bu! Aku langsung mandi dan sholat dulu ya."

Aku segera menuju kamar mandi dengan langkah cepat, berusaha untuk segera menyelesaikan semuanya. Mandi menjadi momen yang menyegarkan setelah seharian beraktivitas. Setelah itu, aku segera menuju ruang sholat untuk menunaikan sholat maghrib.

Ketika selesai sholat, aku merasa lebih tenang dan kembali ke ruang makan. Aroma harum masakan yang sedang disiapkan oleh Ibu membuatku semakin lapar. Aku duduk di meja makan sambil menunggu makan malam yang lezat dari tangan Ibu.

Ibu tersenyum saat melihatku, "Semoga Ayah cepat selesai ya, Nak. Ayo makan dulu, nanti kita simpankan untuk Ayah."

***

Setelah makan malam yang lezat, aku merasa puas dan melihat bahwa jadwalku kosong untuk sementara waktu. Dengan senang hati, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu luangku dengan bermain game kesukaanku. Aku duduk di depan komputer, memasang headset, dan terjun ke dalam dunia virtual yang menyenangkan.

Waktu berlalu begitu cepat saat aku terbiasa dengan permainan. Aku menikmati setiap momen, berinteraksi dengan teman-teman dalam permainan dan melupakan sejenak tentang lemburnya Ayah. Namun, ketika melihat jam di sudut layar, aku menyadari bahwa sudah cukup larut malam.

Tiba-tiba, Ibu memanggil dari ruang keluarga, "Kak, sudah cukup mainnya ya. Lebih baik kamu istirahat dan tidur sekarang."

Aku menghentikan permainan dan mengangguk, "Iya, Bu. Aku akan segera tidur. Terima kasih ya."

Aku menutup permainan dan merapikan peralatan. Setelah itu, aku menuju dapur untuk mengambil minum dan ketika aku melewati ruang keluarga, Ibu memberikan senyuman lembut.

Ibu: "Tidurlah dengan nyenyak, Kak. Semoga Ayah cepat pulang."

Aku menjawab, "Terima kasih, Bu. Selamat tidur juga."

Dalam pelukan ranjang yang nyaman, aku merasakan kelelahan dan kantuk yang menghampiri dengan cepat. Tak lama kemudian, aku terjatuh dalam buaian mimpi yang membawa aku ke dunia yang penuh warna dan keajaiban.

Rasa yang TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang