"Meskipun dianggap pusat kasih, hati juga merupakan tempat dimana rasa kehilangan menggelayuti, membentuk dinding yang tak mudah dihancurkan."
- Faradinna Putri
Aku tersenyum mendengar jawaban Fara, "Ohh jadi itu yang dia rasakan saat bersamaku," kataku dalam hati.
"Aku juga senang bisa berteman denganmu, Ra. Kamu membuat banyak momen menjadi lebih spesial."
Fara mengangguk sambil tersenyum, "Terima kasih, Finn. Aku harap kita punya hubungan persahabatan yang baik."
"Iya, benar. Semoga kita bisa terus bersahabat seperti ini," Aku menyunggingkan senyum.
Setelah momen di taman itu, aku teringat permintaan dari Adik untuk membeli permen kapas, maka aku mengajak Fara untuk mencari dan membelinya.
"Oh iya, Ra. Adikku minta dibelikan permen kapas. Mau ikut cari?"
"Tentu, kita cari bersama-sama. Di pasar malam pasti ada banyak booth yang jual permen kapas."
Kami pun berjalan menyusuri area pasar malam, mencari booth yang menjual permen kapas. Di sepanjang perjalanan, kami berbincang-bincang tentang berbagai hal yang membuat suasana semakin menyenangkan. Sesekali, kami tertawa melihat atraksi dan kegiatan di sekitar kami.
***
Setelah kami berhasil membeli permen kapas, kami memutuskan untuk pulang karena malam semakin larut. Aku teringat sesuatu dan mengajak Fara ke suatu tempat.
Aku dan Fara melangkah menuju ke kedai bakso yang terletak di sekitar alun-alun. Di sana, kami memesan beberapa bungkus bakso untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga Fara dan juga untuk Ibu dan Ayahku di rumah. Suasana kedai yang ramai dan harum aroma bakso membuat momen kami semakin menyenangkan. Setelah selesai, kami pun bersiap meninggalkan alun-alun menuju rumah dengan membawa harum bakso sebagai kenangan malam ini.
Sambil berjalan menuju parkiran motor, suasana malam yang sejuk mulai terasa. Aku menyadari bahwa Fara hanya mengenakan pakaian tidak cukup tebal, jadi aku memberikan jaketku untuk dipakainya agar tidak kedinginan.
Aku tersenyum ramah ke arah Fara sambil berkata, "Coba pakai jaket ini, Ra. Malam ini terasa cukup dingin, takutnya nanti kedinginan."
Fara mengangguk sopan, "Terima kasih, Finn. Kamu peka juga." Dia mengenakan jaket itu dengan senyum.
Saat naik motor, aku memberi isyarat kepada Fara untuk berpegangan dengan erat. Aku sengaja berkendara dengan kecepatan yang rendah supaya tidak terlalu dingin. Tetapi ditengah perjalanan, hujan turun dengan deras. Aku melihat sebuah swalayan dan berhenti di sana untuk meneduh sejenak.
Kami duduk di teras swalayan tersebut, dan kemudian aku menawari Fara apakah dia mau minuman hangat. Fara tersenyum dan menerima tawaranku. Aku pergi ke dalam swalayan untuk membeli dua cangkir teh hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa yang Terpendam
RomanceSebuah pertemuan tanpa kesengajaan, menikmati hari-hari bersama, menempuh pendidikan dan mengusahakan impian masing-masing. Canda tawa suka duka tak lupa juga cemburu mewarnai persahabatan mereka. Semesta menjadi saksi atas rasa mereka. Apakah takdi...