Hei. Laci, gagang ... kalian mendengar suara aneh?
Gagang menjawab lebih dulu. Iya. Itu suara dari luar, kah?
Lho, bukannya itu suara dari dalam?
Aku dan gagang baja nirkarat terdiam heran.
Kemudian, lemari ini bergetar. Muncul suara berdebum sebelum kedua pintu lemari terbuka ke arah yang berlawanan.
"Ugh!"
Tunggu. Se-seorang gadis? Muncul dari dalam lemari ini? Apa tidak salah?
Gadis itu berambut panjang, berpipi agak tembam, dan gerakannya cukup lincah. Ia bahkan langsung berguling dan bangkit dengan pose kuda-kuda; waspada.
"Hah? Kok saya bisa ada di sini? Ini di mana, ya?
Mendapati tiada orang lain di sekitarnya, gadis itu terus mengedarkan pandangan. Meneliti.
"Wah! Hologram!" serunya begitu berhadapan dengan layar holo yang tengah memutar musik orkestra. Kedua matanya lantas berbinar. Mulutnya membulat. Disentuhnya layar itu dengan ujung jari....
"Akses ditolak."
Ia berjengit mundur. Sebelah wajahnya mengerut heran.
"Aw!" Begitulah reaksinya begitu ia mencubit dirinya sendiri. "Gila. Ini nyata?" tanyanya seraya menepuk-nepuk pipi sendiri. "Aku menjelajah ke masa depan? Lewat lemari?!" Ia pun berkacak pinggang dan memutar tubuh. Tampaknya ia mulai mengerti bahwa ruangan ini merupakan kamar seorang perempuan. Gadis bergaya tomboi itu lalu membuka-tutup lemari ini, barangkali mencari cara untuk kembali.
"A-rin-di." Ia membaca nama yang berbentuk sebuah stiker di pintu lemari. "Hm. Nama yang bag—"
Seseorang dengan langkah ringan memasuki ruangan ini. Ah, kuharap mereka tidak bertengkar.
Nah. Itu Arindi yang baru saja kembali dari ruang tengah. Selagi gadis asing itu bersembunyi di balik salah satu lemari, Arindi membereskan meja yang masih agak berantakan oleh perlengkapan melukisnya.
"Arin ... di?"
Ndi membalikkan badan dan terkesiap. Detik kemudian, kau melangkah maju. "Rin? Kamu Erina?"
"Ha-hai. Saya ... ehm, aku ... ehm, gue ... Sherina. Lo Arindi, kan?"
Ndi mengangguk samar. "I-iya. Astaga! Sherina! Ini sungguhan dirimu? Asal kau tahu, kakak kembarku ngefan berat sama kamu!"
Ah, syukurlah. Anehnya, mereka saling kenal.
"Oh ya? Wah, oke. Bagus." Sher mengusap-usap kedua telapak tangannya, canggung. "Ini kamar kamu?"
Ndi mengangguk ceria. "Betul. Ini kamarku. Kau ... kenapa bisa ada di sini?"
Sher tersenyum canggung sebelum berkata, "aku mau jawab pertanyaan kamu, tapi kamu pasti nggak percaya."
"Santai aja. Aku pasti percaya, kok."
"Aku ... ini aneh banget, tapi aku tadi tiba-tiba keluar dari lemari putih itu." Sher lantas menunjuk kami.
"Oh, waw! Astaga. Sebelumnya kau ada di mana?"
Sher berusaha menjelaskan. "Aku lagi menginap di sebuah vila, terus waktu aku mau ngerapiin barang-barangku yang ada di dalamnya, ternyata kosong! Kayak ... tiba-tiba tuh sekat-sekatnya hilang gitu aja. Karena aku penasaran, aku masuk ke lemari itu dan ... akhirnya nyampe sini. Gila gak, sih?"
Ndi berusaha mencerna info tersebut seraya menggeret sebuah kursi. "Hmmm. Kau pasti sangat terkejut. Duduklah dulu."
"Aduh, nggak usah repot-repot, Ndi. Duduk lesehan lebih enak."
Keduanya pun lantas duduk di atas karpet berbulu. Keduanya bersandar pada dinding dan sesaat tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Sebelum duduk, Ndi memastikan agar kedua pintu lemari ini terbuka. Agaknya mereka memang menunggu keajaiban susulan.
"Ndi, ini di mana?"
Kau lantas menjawab pertanyaan Sherina. Kelopak mata gadis itu kian lebar mendengar kata Nusanesia.
"Hah? Nusanesia? Ini pulau apa?"
"Janiman. Dari buku sejarah yang aku baca, dulu pulau ini terpisah—Jawa dan Kalimantan."
"Haaah?" Sherina terkesiap sekaligus kagum. "Aku mau nanya ini tahun berapa, tapi aku belum tentu siap dengan jawabannya," ujar Sher. "Biar aku tebak aja, deh. Dua ribu seratusan?"
Ndi mengangguk.
"Buset, jauh banget. Gila, gila. Indonesiaku sekarang jadi Nusanesia?" Sher seolah bertanya pada dirinya sendiri.
Ndi kemudian mengoperasikan layar holo melalui suara. Layar itu lantas memberikan info singkat seputar berdirinya Nusanesia beserta segenap info pelengkap.
"Waaaw. Kalau begini, sih, aku bakal betah di sini. Ckckck. Bahaya nih, Ndi."
Kau tertawa. Sebagai tuan rumah—ralat, tuan kamar—dirimu lantas menawarkan makanan dan minuman.
"Ah, minuman aja. Nggak usah repot-repot, Ndi."
Kau tersenyum. "Kalau ini, kau pasti suka."
"Wah? Donaaat!"
Kali ini, permintaanmu terkait donat itu kau sampaikan pada asisten rumah tangga berupa manusia sungguhan. Sebisa mungkin kau mencegah Mel dan Mo mengetahui keberadaan Sherina. Untunglah hidangan itu bisa segera tersaji.
Cakrawala menggelap. Lampu-lampu di kamarmu otomatis berganti, menyuguhkan cahaya yang lebih hangat.
"Keren banget! Oh ya, saudari kembarmu mana?"
Kau mendesah panjang. "Dia sedang bermalam di luar kota, sayangnya." Meski awalnya ragu, kau lantas membeberkan permasalahan keluargamu. Sherina menyimak dengan saksama. Ia sampai berhenti mengunyah.
"Astaga. Kau dikurung oleh ibumu sendiri? Keterlaluan! Kalian harus melaw—"
Seseorang mendekat. Kau mengenalinya sebagai langkah sang ibu.
"Se-sepertinya itu ibuku, Sher. Ayo, lebih baik kau bersembunyi."
Kau kemudian meminta Sher untuk membungkuk dan masuk ke dalam lemari—yang memiliki lebih sedikit sekat.
"Arindi. Kau sudah tidur? Ibu mau sedikit minta tolong."
"Y-ya, Bu."
Kau lantas beranjak ke ruangan lain. Setelah beberapa menit kemudian, kau kembali dan menghambur ke arah lemari.
Kau terkesiap. Sherina tak lagi berada di sana—ia kembali menjadi sosok bordiran pada sebuah kaus dengan dominasi warna putih.
Kaus itu, pemberian dari Nda.
Barangkali, kehadiran Sherina bukan untuk saudarimu, melainkan untukmu. Demi mendongkrak semangatmu untuk melawan Olivia Ravanti.
Aku, laci, dan gagang bahkan sepakat dalam hal tersebut.
◊▷◁◊
Tema hari kedua puluh empat: Buatlah cerita di mana tokoh utama ceritamu bertemu dengan karakter favoritmu! karakter bisa diambil dari buku, komik, film/serial, atau game. (Karakter yang digunakan keep family friendly yaa).

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pengamat
Science FictionWinner DWC NPC 2024 ●●● Ketika aku utuh, aku sangat ramah. Namun, bila aku terbagi menjadi kepingan, aku bisa sangat membahayakan. Siapa aku? Aku hanya sang pengamat. ●●● [Karya ini diikutsertakan dalam Days Writing Challenge NPC 2024]