3 Januari 2014.
Hazel Dan Hael, adalah sepasang sahabat yang telah bersama-sama sejak mereka berada di sekolah dasar.
Hazel Dan Hael berbeda 2 tahun, yang artinya Hael lebih tua dari Hazel.
Tepat pada tahun ini, hazel sudah berada pada bangku kelas 5, sedangkan Hael berada pada bangku kelas 1 SMP.
"Hael, besok kan sekolah pertamamu, apakah kamu gugup?" Tanya Hazel dengan gula-gula karet yang berada pada mulutnya.Hael menggelengkan kepalanya "engga, ngapain juga aku harus gugup? Emangnya aku seperti kamu apa" ejeknya.
"biasanya kan orang yang baru naik kelas akan merasa gugup atau pun takut, kenapa kamu tidak? Aneh sekali" perempuan itu menggelengkan kepalanya, menurut nya, semua hal yang baru itu adalah hal yang paling menakutkan.
Hael, mengambil buku yang berada pada meja belajarnya "aku dulu pernah menuliskan hal-hal apa saja yang tidak boleh aku takutkan"
"coba kamu baca" suruhnya, jujur saja, Hazel sangat ingin tahu tentang hal-hal yang di hilangkan oleh Hael.
"Biar aku mencoba agar tidak takut juga"Hael menggelengkan kepalanya, yang artinya ia tidak mau membacakannya.
"Aku gamau, nanti kamu akan ikut-ikutan denganku juga"Basel menatap tak suka kearah Hael "aku tidak ikut-ikutan, aku hanya pengen tahu aja biar aku bisa mempraktekkan nanti"
"Ya sama saja dong!"
"Dasar orang pelit!" Cibirnya
__
Hari pertama bagi Hazel dan juga Hael.
Disini Hazel sudah berada pada kelas 4 SD, ia juga sudah menemukan teman-teman sekelasnya.
"Halo semuanya perkenalkan nama saya Hazel" ia berucap dengan bibir yang gemetar dan juga tubuhnya yang tidak tahu kenapa tidak bisa diam."Hahahaha kamu ini tersengat aliran listrik? Semuanya gemetar" ejek seorang perempuan yang duduk di sebelah pojok belakang.
Hazel menatap tak suka kearahnya. Perasaannya kini seperti campur aduk, matanya sudah berkaca-kaca seperti akan menangis
"Lihat! Si Hazel udah mau nangis! Cengeng banget hahahaha" ejek seseorang lagi yang tak lain adalah teman dekat dari perempuan yang tadi
"Sudah-sudah, semuanya diam!" Pekik guru Dian, yang di bikin pusing dengan anak-anak kelasnya.
"Kalea, kamu sekarang minta maaf ke Hazel, Dan kamu juga Brev, minta maaf ke Hazel!" suruh guru Dian.
"Gamau Bu!" Kalea dan Brev, mentah-mentah tidak mau mengucapkan kata permintaan maaf kepada Hazel.
Keluarga Kalea adalah donatur di sekolah ini, sehingga tidak ada satu guru yang bisa melarangnya. Tetapi sekarang lihatlah, guru Dian yang notabetnya adalah guru baru di sekolah Angkasa, kini bisa memarahi ataupun melarangnya.
"cepat Kalea dan juga Brev. Kalian tidak boleh seenaknya begitu dengan Hazel. Cepat meminta maaf sekarang!" Suruhnya lagi.
Kalea dan Brev pun berjalan menuju ke depan, kedua perempuan tersebut menatap kearah Hazel Dan guru Dian dengan tatapa tidak suka.
"gue minta maaf" ucap Kalea tanpa melihat kearah Hazel sedikit pun.
"gue juga."
guru Dian mengggeleng kepalanya, tidak habis pikir dengan kedua anak yag berada di depannya ini.
"Hazel kamu duduk di dekat Emma ya" tunjuk guru Dian kearah sepasang tempat duduk yang berada pada bangku nomor dua.
"hallo salam kenal ya, Emma." ujarnya memberi salam. perempuan dengan rambut seapanjang bahu itu tersenyum kearah Hazel dengan sangat sopan.
Emma adalah perempuan yang pendiam di kelasnya, dari sekitar banyak anak-anak yang lain, hanya Emma lah yang paling pendiam.
"Halo Emma, salam kenal juga aku Hazel" Hazel mengulurkan tangannya kearah Emma yang di balas dengannya.
Emma yang pendiam, sering sekali mendapati ledekan dari teman-teman kelasnya, tetapi Emma tidak takut, malahan perempuan itu akan memukul orang yang meledeknya.
Disini, Emma dan juga Hazel sedang berada di kantin, sambil menikmati makanan mereka masing-masing.
"enak ga?" Tanya Emma.Hazel mengangguk antusias, jujur saja makanan di kantin ini sangat enak menurutnya.
"nasi goreng nya enak Em, punya kamu enak ga?""Enak juga"
"kamu anak pindahan dari mana Zel? Kenapa bisa bersekolah disini?" tanya Emma.
Hazel nampak berpikir dan kemudian ia menaruhkan sendok makannya dan menatap kearah Emma
"Waktu aku kelas 1 sampai kelas 3 SD, aku bersekolah di merpati, tetapi mama sama papa memindahkan aku kesini. Aku ga pernah tanya si kenapa mereka pindahin aku kesini"Emma mengangguk mengerti "kenapa ga kamu tanya aja?" Emma mengernyit heran.
"aku lupa terus" jawabnya "nanti baru aku coba tanya lagi" lanjutnya sambil mengunyah nasi goreng yang berada pada mulutnya.
___
Hari ini jam pulang sekolah telah tiba. Hari pertama bersekolah di sekolah baru ternyata melelahkan bagi Hazel. Ia harus bersosialisasi dengan orang-orang baru yang sangat menyebalkan baginya, kecuali Emma.
Emma sangat baik kepada Hazel, sehingga membuat Hazel nyaman bersekolah disana, walau memang banyak anak-anak yang tidak menyukai keberadaan Hazel.
Di depan gerbang sekolah, Hazel sedang menunggu papa nya untuk menjemputnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, Hazel mengelap keringat nya yang bercucuran karena di depan gerbang sekolah tidak ada tempat berteduh untuk menghindari sinar matahari."Papa darimana aja? Hazel udah nunggu dari setengah jam yang lalu" Hazel berjalan ke arah Fredrick-papanya.
Hazel sangat kesal karena ini pertama kali baginya, papa nya sangat terlambat untuk menjemputnya.
"Maaf ya sayang nya papa, tadi di kantor lagi meeting sebentar" Fredrick mengusap kepala Hazel, Dan membuka pintu mobilnya untuk anak perempuan nya itu masuk."ini udah ga lagi sebentar papa, setengah jam loh ini aku nunggunya"
Frederick terkekeh, ia melihat Hazel dari kaca mobilnya, yang memperlihatkan wajah Hazel yang cemberut
"Yaudah, anak papa mau apa? Biar ga bete lagi"Hazel menggelengkan kepalanya "aku mau pulang aja, aku mau bertemu dengan Hael"
"yaudah, kita pulang ya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Novela Juvenildua sahabat kecil yang tumbuh bersama dalam sebuah kota kecil yang tenang. Mereka adalah pasangan tak terpisahkan, berbagi segala hal dari tawa hingga air mata. Namun, ketika remaja menghampiri mereka, perasaan Hazel mulai berubah. Hazel menyadari b...