6

4 4 0
                                    

hari ini Hazel dan Emma sedang berada di salah satu cafe yang berada di kota Jakarta setelah menyelesaikan banyak tugas dan ulangan ke hari yang berikutnya.

"nanti gue kalo libur sekolah pengen nonton konser Taylor Em" ucap Hazel

"tiba-tiba banget lo? abis kesambet apaan?"

Hazel menunjukkan handphonenya yang sedang memperlihatkan betapa banyak orang-orang yang sedang menonton konser milik Taylor Swift.
"seru bat gila, gue pengen nonton"

Emma berdecih, ia tipikal orang yang tidak suka dengan konser-konser seperti itu, ia lebih memilih untuk bermain handphone setiap hari atau bermain skateboard bersama cowoknya.

"lo mah harus coba Em, gue jamin deh lo ketagihan"

"gak, makasih."

Hazel tiba-tiba saja berdiri, membuat Emma melihatnya aneh "gue mau buat whistlist untuk  tahun pertama gue di SMA" ujar Hazel

"isinya apa aja coba?" tanya Emma

Hazel nampak berpikir keras, apa yang harus ia isikan untuk menjadi whislist nya di tahun ini sampai tahun kelulusannya.
"yang pertama tuh gue pengen nonton konser tentunya. tapi yang kedua gue belum kepikiran sih" jawab Hazel.

"cari pacar"

ucapan dari Emma membuat Hazel melongo "gila aja lo, nanti juga jodohnya dateng sendiri"

"ya kalo lo ga maju-maju gimana mau dateng sendiri anjir masa lo cuma diem doang?" heran Emma.

Hazel menggeleng kuat "gamau gamau, gue kan cewe jadi harus punya kodrat dong!"

"main jadi cegil dulu ngapasi? banyak tuh yang cosplay cegil langsung dapet" ucap Emma.

Hazel mencibir "itu mah bukan cegil! tapi ga ada malu!" balasnya dengan wajah yang jijik.

Emma hanya bisa pasrah, padahal mungkin saja kalau Hazel mengikuti katanya ia akan bisa mendapatkan pacar. Walau memang kata cegil tidak beda jauh dengan orang yang tidak ada malu.

"lagian lo aneh-aneh aja Em, gue mending main aman aja deh dari pada harus jadi cegil-cegil yang kayak lo maksud itu!" kata Hazel.

"dan Emma, setiap orang punya caranya sendiri dalam mencari pacar. Jadi, kalau gue memilih untuk menjadi dirinya sendiri, itu juga sah-sah saja, kan?" sahut Hazel sambil tersenyum lembut mencoba memberikan dukungan pada Emma.

Emma menggeleng pelan. "Tapi lihat deh Zel. Siapa yang lebih sering dapat perhatian dari cowok-cowok? Bukannya itu lebih menguntungkan daripada cuma diam aja?" ia memperjuangkan argumennya dengan keras.

Hazel menimbang-nimbang kata-kata Emma sejenak sebelum akhirnya berkata, "Mungkin benar, tapi gue lebih memilih untuk menunggu seseorang yang bisa menerima gue apa adanya, tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain."

"Tapi kalau terus begini, lo bisa saja ngelewatin kesempatan yang bagus, Zel. Siapa tahu salah satu dari mereka adalah orang yang cocok buat lo" seru Emma. mencoba membujuk Hazel.

Hazel mengangguk perlahan. "gue ngerti maksud lo, Hazel. Tapi gue percaya kalo saat yang tepat akan datang, dan gue ga perlu mengorbankan diri gue sendiri hanya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain."

hari sudah semakin sore, Hazel dan Emma yang masih berdebat karena hal kecil yang tadi akhirnya memilih untuk pulang.

Mereka berjalan bersama-sama di jalanan yang mulai ramai, tetapi suasana antara mereka terasa tegang. Langit senja memberikan sentuhan warna oranye keemasan di cakrawala, menciptakan pemandangan yang indah namun tak mampu mengusir ketegangan di antara mereka.

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang