Setiap 4 tahun sekali, semua orang di dunia menyambut hangat ajang olimpiade. Semua orang pastinya akan dipenuhi dengan antusiasme dan semangat yang membara untuk bertanding maupun untuk menonton persaingan sengit di berbagai bidang olahraga. Namun berbeda dengan Sea Tawinan, seorang atlet badminton omega yang berasal dari Thailand. Dirinya selalu dipenuhi dengan kecemasan dan kegelisahan untuk menghadapi pesaing pesaingnya dari berbagai macam negara. Walaupun ia bermain bersama pasangannya - seorang omega muda bernama Mark Pakin yang terkenal dengan peringkat badminton nomor 1 di Thailand - tidak mengurangi rasa kecemasannya yang berlebihan.
Bayangkan sepasang omega asal Thailand, melawan pasangan ganda putra negara - negara lain yang dimana mayoritas adalah Alpha. Sekalipun perawakannya pasangan ganda Thailand ini yang tinggi - tinggi dan berotot, tidak kalah dengan perawakan alpha - alpha lainnya, kemampuan mereka masih dipandang sebelah mata karena status omega mereka. Pandangan tersebut sering membuat Sea insecure, dan mempengaruhi performanya. Terlebih ketika ia dan Mark debut pada ajang olimpiade 2016 kemarin di Rio, mereka kalah melawan pasangan dari Indonesia, dan China. Alhasil Thailand mendapatkan perunggu, tetap sebuah penghargaan untuk Thailand. Akan tetapi, kedua pasangan omega tersebut tidak puas dengan hasil tersebut yang tidak sesuai target - emas untuk Thailand.
Oleh karena itu selepas olimpiade 2016, Sea dan Mark selalu berlatih lebih giat untuk mencapai targetnya pada olimpiade 2020 di Jepang. Setiap hari, dari pagi hingga malam Sea menjalani harinya untuk berlatih, baik berlatih dengan Mark dan pelatihnya maupun sebatang kara. Fokus utamanya hanya berlatih, berlatih, dan berlatih tanpa henti walaupun tubuhnya telah berteriak lelah. Sampai - sampai Mark menyebutnya orang gila yang berlatih tanpa mengenal waktu. "Sea, gw tau lu pengen yang terbaik buat pertandingan selanjutnya. Tapi lu sinting kalau gini terus."
Hingga suatu Minggu, tangan Sea berlumuran darah di tengah - tengah lapangan. Mata kosongnya menatap buku - buku jarinya, hingga setetes darah mengenai kelopak matanya. "ASTAJIM SEA TAWINAN!" seru Mark.
Yup! Seorang Sea Tawinan, seorang atlet badminton yang sedang melakukan smash andalannya tapi malah raketnya yang nge-smash jidatnya sendiri sampe berdarah. Ya... walaupun seorang atlet handal, tapi pasti ada titik lengahnya...
"Gw gapapa Mark, cuman luka kecil ajaa. Nanti juga berhen-,"
"Goblok ato goblok? Pala lu luka kecil! Muka lu mandi darah bjir! Dah ga usah banyak bacot ah!" seru Mark yang gemes sama pasangannya ini, menyeret Sea keluar dari lapangan.
–
Alhasil Mark membawa Sea ke rumah sakit terdekat, dan Sea langsung diarahkan ke salah satu ruangan kecil. Di dalam ruangan tersebut, tercium bau khas karbol rumah sakit. Namun selain itu, terdapat aroma bunga melati yang cukup kuat dari seorang alpha yang duduk di hadapannya. Sungguh unik bagi Sea untuk mencium scent berbasis floral dari seorang Alpha. Soalnya scent floral lebih identik dengan Omega. Penasaran dengan sosok Alpha tersebut, ia mengamatinya dari atas hingga bawah. Alpha tersebut memakai pakaian kerah, dilengkapi dengan jaket putih dan sebuah kartu nama yang menggantung pada saku dadanya - tertulis dengan jelas dr. Jitaraphol Potiwihok, Sp.D.V.E.
Setelah sang Alpha selesai mengetik sesuatu pada komputernya, ia memandang serius padanya. Kemudian, tangannya terangkat ke arah dahinya. Selama penanganannya, Sea tidak berani memandang lurus kepadanya, takut pandangan mereka bertemu dan membuat suasana menjadi canggung. Ia bingung harus memfokuskan pandangannya kemana, bola matanya bergerak kanan kiri. Tidak ada satu katapun keluar dari mereka berdua. Walaupun Sea merasakan kepedihan pada lukanya, ia bukanlah seseorang yang vocal. Dokternya pun selama penanganan tidak berbicara apapun. Hingga akhirnya suara berat sang Alpha membuyarkan keheningan, "Lukanya sudah saya obati. Saya juga resepkan salep ya. Oleskan setiap hari sampai bengkaknya reda."
"Terima kasih banyak Dok." ucap Sea dengan kecil seperti sebuah bisikan.
"Sama - sama." balas sang dokter, sambil mengetik sesuatu pada layar komputernya. Keheningan lanjut beberapa saat hingga sang dokter berkomentar, "Tawinan Watthanasetsiri. Nama panggilanmu Sea?"
"Iya Dok..."
"Hmm. Nama yang indah. Cocok sama scent kamu." puji sang dokter, diiringi dengan senyuman. Seketika wajah alpha yang dingin, meleleh semanis gulali hanya dengan seutas senyumannya. Sea langsung tersipu malu.
"Terima kasih Dok. Uhh... Scent dokter juga harum..." balas Sea dengan malu - malu. Matanya tidak berani memandang reaksi sang dokter. Alhasil Sea tidak dapat melihat senyuman Sang Dokter yang melebar hingga matanya ikut tersenyum.
Hening kembali menyambut mereka, dan terpecahkan lagi dengan sang dokter uang mempersilahkan Sea untuk keluar dari biliknya. Tanpa basi basi lagi, Sea langsung keluar menduduk. Melihat Sea yang sudah keluar, Mark yang dari tadi menunggunya, langsung menghampiri Sea. "Weh, nape kuping lu merah banget? Kuping lu juga berdarah?"
"Enggaaa! Gw gapapaa gapapaa," ucap Sea dengan terbata - bata.
Mark sekarang memandang aneh Sea, kupingnya merah, ditambah aroma pheromone-nya keluar sangat intens daripada biasanya. Melihat ke arah ruangan yang barusan Sea tempati, Mark mencium sekilas bau bunga melati. Aneh, sangat aneh. "Lu... Jangan - jangan suka...,"
Sebelum Mark menyelesaikan kalimatnya, Sea langsung memotongnya dengan panik, "GA! Udah-udahhh! Ayo kita bayar!"
Mark terkekeh seperti mempergoki sebuah rahasia besar seorang Sea Tawinan yang masih jomblo seumur hidupnya. Tiba - tiba Mark teringat sesuatu yang penting, "Oh ya. Tadi bokap lo telpon gw, suruh bawain lo pulang abis ini."
'Shit! Kenapa bokap bisa langsung tau masalah ini? Mati gw! AAAA!
KAMU SEDANG MEMBACA
AT LAST (Jimmy Sea ABO AU)
Romance//abo/fluff/ mature relationship// Sebuah cerita sederhana bagaimana Jimmy, seorang dokter bertemu dengan atlet badminton.