Chapter 7

746 56 2
                                    

Waktu menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit tepat. Suara sepatu yang cepat memenuhi keheningan GOR. Pada lapangan yang hampir tidak ada nyawa, Jimmy berlari ke arah kamar mandi dengan 5 kantong es di tangannya dan satu emergency kit. Aroma khas laut pagi bercampur dengan manisnya air kelapa mulai menyebar di udara. Jimmy semakin panik, mempercepat jalannya. Setelah ia sudah mendekati tujuannya, ia melihat seorang Alpha yang sedang memantau kamar mandi omega dengan gerak gerik yang rancu. Terlebih mulai muncul aroma dominan sandalwood.

Dengan amarah yang besar, mata Jimmy melototi tajam alpha dihadapannya. Selain tatapannya, pheromonenya mulai terpengaruh. Harumnya jasmine ditambah dengan aroma tajam cardamom yang pedas dan citrus mulai menyerang aroma lawannya. Ia siap jika harus beradu fisik, walaupun melanggar kode etiknya untuk Sea.

Alpha dihadapannya mulai melayangkan tinjunya ke arah Jimmy dengan waktu yang sangat cepat hingga Jimmy tidak sempat terhindar sepenuhnya. Hingga lebam muncul di sampling bibirnya. Namun dengan pengalamannya sejak ia kecil, ia langsung menghajar perut sang alpha hingga terjatuh di lantai. Segera Jimmy membalikkan sang Alpha tersebut agar mukanya bersentuhan langsung dengan lantai. Butuh energi yang banyak untuk mengekang Alpha dibawahnya, dan menyiapkan Flunitrazepam pada emergency kit. Akhirnya Jimmy menyuntikkan zat tersebut pada bagian lehernya. Perlahan - lahan Alpha beringas yang tadi menyerangnya, sekarang lemas dan tertidur di lantai GOR.

Tanpa waktu berlama - lama, Jimmy langsung masuk ke dalam kamar mandi yang berlogo omega. Sekarang, emosi kekhawatirannya muncul lebih intens daripada amarahnya. Isakan sudah terdengar di indra pendengaran Jimmy, "Sea!"

"Hia..." lirik suara Sea dari salah satu bilik. Dan salah satu bilik terbuka, menunjukkan Sea yang meringis kesakitan di lantai dingin. Matanya sudah merah dipenuhi air mata yang mengalir deras. "Hia... aku takut," isaknya.

Sungguh, Jimmy tidak tega melihat Sea yang harus menghadapi kesakitan dan ketakutan seperti ini. Jika bisa, ia ingin mengubah posisi mereka agar Sea bisa bebas dari kesengsaraannya sekarang. Hilang sudah aroma cardamom-nya. Hanya jasmine dan citrus yang mendominasi sesuai dengan emosinya pada saat ini.

Tanpa berpikir lebih panjang lagi, Jimmy langsung lari menghampiri Sea. Memeluknya dengan erat, "Aku disini Sea. Jangan takut. Kamu tidak sendirian lagi."

Jimmy merenggangkan pelukannya sedikit, satu tangannya menyeka mata Sea yang basah, dan mengecek suhu tubuh Sea. Panas.

"Hiaa... Kamu kenapa." tanya Sea, mengatupkan tangannya di pipi Jimmy. Mata ronanya sudah mengarah kepada Jimmy. Jari - jari lentiknya mengusap pelan sudut bibir Jimmy yang sudah membengkak. Tanda atas pertarungannya.

"Hiraukan aku dulu Sea, keadaanmu sekarang lebih penting. Kubantu ya." Ucap Jimmy, mengompres perut dan dahi Sea yang sudah memanas. Jimmy berusaha untuk menurunkan suhu badannya dengan kantong es yang ia bawa, dan cool fever yang ditempel di dahi Sea. Setelah itu, satu tangannya menggendong lututnya, dan satunya di punggung Sea.

"Kuantar ke rumahmu. Ok?" Sea mengangguk lemah, ia masih berjuang untuk menahan rasa nyerinya pada tubuh bagian bawahnya. Belum lagi udara yang terasa sangat panas untuknya. Tapi, menghirup aroma melati yang mengelilinginya membuat otot - otot tegangnya menjadi lebih rileks. Tanpa ia sadari, wajahnya sudah bertemu dengan tenguk Jimmy yang merupakan sumber aroma harum yang menenangkannya.

-

Malam itu bisa dibilang malam tergila oleh Jimmy. Ia benar - benar mencoba untuk menyetir dengan kepala dingin. Ada satu orang yang harus ia jaga, dan ia tidak boleh mengutamakan insting alpha-nya untuk melukai orang yang ia cintai. Alhasil Jimmy dapat bernapas lega setelah ia sampai di rumah Watthanasetsiri. Ayahnya, Mix Sahaphap sudah berada di depan gerbang bersama dengan adiknya, Phuwin. Mereka membantu Sea untuk dapat berhibernasi selama masa heat-nya.

Dan yup! Jimmy alhasil juga harus libur dari pekerjaannya karena harus berhadapan dengan rut-nya yang terangsang dari kejadian malam itu. Belum lagi ia harus juga berhadapan dengan surat peringatan pertamanya, karena mencelakai seseorang. Tapi asalkan Sea baik - baik saja, Jimmy akan menghadapi semua konsekuensinya.

Tapi ada satu hal yang bisa di-highlight dari kejadian ini. Jimmy baru kali ini tidak merasakan mual saat bertemu dengan pheromone Sea pada masa - masa puncaknya. Selain itu, ini juga pertama kalinya rut yang terangsang oleh pheromone seseorang. Bisa dibilang, Jimmy semakin yakin. Bahwa Sea memang ditakdirkan untuknya. Namun, apakah Sea ingin bersamanya?

Saat ini, akhirnya Jimmy bertemu lagi dengannya setelah kejadian yang menimpa mereka. Di cafe yang sepi, mereka duduk berdua dengan sebuah kopi dan teh.

Sedikit kaku sebenarnya, terutama untuk Sea. "Uh... Hia... Terima kasih ya untuk malam itu. Ini papa nitip sesuatu untukmu." Ucap Sea yang terkesan malu.

"Ah, Terima kasih juga. Terima kasih sudah percaya ke Hia." Balas Jimmy. Melihat Sea yang kikuk ia bertanya, "Kamu tidak apa - apa?"

Muka Sea langsung memerah dan dengan ragu - ragu, "Sejujurnya aku pengin bertanya... Apakah semua dokter Alpha..."

"Ya?"

"Apakah semuanya terlatih buat hadapin omega heat?" Tanyanya. Jimmy langsung tercengang mendengarnya, namun ia tutupi dengan seulas senyum.

"Kenapa kamu penasaran tentang ini?" Tanyanya balik dengan ketawa rendahnya.

"Aku penasaran. Soalnya kemarin Hia terlihat baik - baik saja saat bantu aku..." jawab Sea. Mukanya semakin merona untuk menahan rasa malu. "Tapi kalau Hia ga mau jawab juga gapapa kokkk."

Mau tidak mau, akhirnya Jimmy harus membuka lebar kondisinya kepada Sea. Jimmy tidak mau terjadi kesalahpahaman diantara mereka berdua. Terutama saat ia ingin melangkah lebih jauh kepada Sea.

"Sea, ada sesuatu yang harus kau tahu."

AT LAST (Jimmy Sea ABO AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang