-*⁠.⁠✧06 - Little Angel✧.*-

30.6K 2.2K 13
                                    

06 - Little Angel

Bel pulang berbunyi nyaring. Sylvester dengan hati yang amat gembira-karena mendapatkan nilai sempurna dalam ulangan-memasukkan semua buku pelajaran yang usai di gunakan. Ia menggendong ransel, melangkah keluar kala kelas mulai sepi.

Sylvester melangkah dengan senang seraya bersenandung kecil menuju gerbang sekolah, tapi semua itu sirna ketika tiga orang siswa menghadang dirinya sambil memasang air muka menyeringai.

"Heh! Kau cupu!" sarkas satu siswa di antaranya. Ia hanya memakai kemeja dengan semua kancing terbuka, terlihat kaos hitam yang ia kenakan.

Sylvester menatap tidak minat ketiga siswa yang pasti sedang masa pubertas, dirinya bungkam menunggu tindakan ketiga siswa itu. Salah seorang yang memakai Hoodie menggeram kesal. Ia melangkah maju hendak melayangkan sebuah pukulan telak.

'Grep

Zavier menahan kepalan tangan yang melayang itu. Ia menatap tajam dan dingin, "Maksudmu apa-apaan ingin memukuli adikku?"

Suaranya rendah serta datar. Aura dominan memancar kuat darinya. Sylvester yang di belakangnya mengerjap. Zavier sangat berbeda layaknya tadi pagi, dimana wajah ramah dan menyebalkannya?

Sylvester menggeleng untuk menyadarkan dirinya dari lamunan. Kedua netra birunya melotot kala Zavier ingin melayangkan lagi pukulan pada siswa terakhir. Kedua siswa lainnya sudah terkapar di atas tanah, wajahnya babak belur karena di pukul tadi selama Sylvester melamun.

"K-kak Vier!" Sylvester berseru dengan memanggil panggilan untuk Zavier. Si empu yang di panggil tiba-tiba berhenti, kepalan tangan di udara membeku tanpa adanya niat lagi.

Zavier berbalik setelah ia melepas cengkraman nya pada kerah siswa tadi, "Hm? Ada apa my lil brother?"

Sylvester langsung berhenti melangkah. Ia melotot lucu ke arah Zavier.

'Kok berubah?'

Batinnya kala air muka Zavier kembali lagi menjadi ekspresi menyebalkan tadi pagi. Padahal dirinya hanya memanggil 'Kak Vier' tapi sang empu secepat kilat berubah.

"Enggak... Cuma mau tanya. Itu siswa masih hidup?"

Zavier tidak menjawab, pemuda itu malah mendekat lalu merangkul akrab Sylvester setelah menepuk tiga kali puncuk surai nya lembut.

"Cuma sekarat," jawabnya setelah seperkian detik. Sylvester mencebik, ia melepas rangkulan dan mendongak guna menatap Zavier.

"Orang sekarat kok di biarin,"gerutunya lirih, "Lagipula, apa-apaan panggilan 'my lil brother' tadi? Terdengar sangat menggelikan."

"Because... kau adalah adikku," ujar bangga Zavier. Hidungnya kembang-kempis karena fakta yang dirinya buat.

"Cih."

'Apa-apaan semua orang? Memaksakan kehendak mereka sendiri kepada diriku, menyebalkan rasanya.'

Tapi... tunggu-ini ada di mana?

"Loh? Kok ada di sini?" Sylvester mengkerutkan keningnya. Kepalanya ia tengokkan ke kanan kiri, lalu beralih menatap kursi pengemudi. Zavier duduk dengan senyum menyebalkan di sana.

"Kenapa?" tanya Zavier berlagak tidak tahu apa-apa. Sylvester menyipitkan netranya, ia melirik nyalang Zavier.

"Ini penculikan namanya!"

"Ya nggaklah. Kamu-nya iya-iya aja kok," tungkas Zavier dan mulai fokus pada jalanan. Mobil mulai keluar dari kawasan sekolah dengan kecepatan sedang dan aman.

"Itu karena aku tidak sadar." Sylvester mengkerutkan keningnya. Ia bersedekap tangan seraya memandang pemandangan luar jendela mobil, merajuk ceritanya.

"Tidak sadar artinya iya."

Sylvester hanya berdecih. Pemandangan di luar mobil lebih menarik daripada wajah menyebalkan serta tingkah Zavier. Zavier memelankan laju mobil, ia hendak berbicara.

"Kakak sudah memberi tahu Eleander."

Sylvester mengalihkan pandanganya dan menoleh ke arah Zavier, "Kak Lea?"

"Pft, kak Lea." Zavier terkekeh geli. Sylvester tersenyum tipis, ia mengerucutkan bibirnya.

"Balesan dari aku."

Kak Lea, nama pembalasan dendam karena dirinya di panggil sangat feminim oleh Eleander.

-*.✧Sylvester✧.*-

Mobil yang dinaiki Zavier dan Sylvester telah sampai di sebuah mansion yang dominan berwarna hitam putih.

Ditengahnya air mancur, bunga, dan lampu berada. Indah memang walau terkesan suram.

"My dear, kau sudah pulang."

Seorang wanita cantik turun dari tangga layaknya seorang ratu. Ia mengenakan dress biru sederhana, surai nya tergerai panjang nan indah.

Sylvester membulatkan netra. Hal yang pertama kali dirinya lihat kala kakinya pertama kali menginjak dalam mansion adalah sosok wanita cantik itu, terlihat elegan dan sangat cantik.

"Yes mom, i'm home." Zavier terlihat tersenyum kepada wanita itu.

Sang wanita memasang air muka terkejut. Bagaimana tidak, putra keduanya yang selama dua tahun ini tidak pernah sama sekali menampilkan senyum setulus itu. Perasaan senang membuat dirinya juga ikut menarik lengkungan bibirnya.

"Siapa namamu little angel?" tanyanya setelah mengalihkan pandanganya ke arah Sylvester, ia menangkup kedua tangan Sylvester. Kedua netranya menampilkan tatapan keibuan.

"Namanya Sylvester mom, Sylvester." Bukan Sylvester yang menjawab, tapi Zavier. Ia masih dengan senyum tipisnya. Sylvester menyadari, air muka Zavier terlihat teduh.

"Sylvester? Nama yang bagus."

Sylvester tersenyum simpul. "Terima kasih aunty."

"Nope, mommy okay?" Sang wanita menaruh jari telunjuknya di bibir Sylvester, kode bahwa dirinya tidak ingin di bantah.

"Heum, mommy." Sylvester mengangguk patuh. Wanita dihadapannya ini benar-benar tidak ingin dibantah-mirip dengan putranya pasti, yaitu Zavier.

Sang wanita tersenyum lebar, seakan dirinya adalah seorang ibu yang baru pertama kali mendengar nama panggilan dari anaknya.

"Good boy." Ia mengelusi puncuk surai Sylvester. Sylvester sendiri hanya merasa sedikit kaku, perasaan asing menyelimuti dirinya saat ini.

"Nama mommy Violetta Rodrigo, mommy dari Zavier. Senang bertemu denganmu, Syl."

Sudut bibir Sylvester agak berkedut sekarang, nama panggilan feminim itu terdengar dirinya lagi. Violetta masih memasang senyum.

"Lebih baik kalian berdua membersihkan diri sekarang."

Zavier mengangguk atas titah sang ibu, ia hendak menarik pelan lengan Sylvester, "Mandi di kamar kak Vier."

"Bajunya gimana?"

"Nanti mommy siapkan."

Sylvester berterimakasih lagi. Dirinya jadi merasa merepotkan orang lain. Zavier menggandeng telapak tangan kanan Sylvester, pemuda itu menuntun Sylvester untuk pergi ke kamarnya.

"Setelah itu langsung makan malam ya...!" seru Violetta kala keduanya jauh beberapa langkah.

Violetta pun beranjak pergi dari sana guna mempersiapkan makan malam.

✿✿✿Bersambung....

Hm.... (⁠⌐⁠■⁠-⁠■⁠)

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang