BAB EMPAT

123 52 6
                                    


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.






~Happy Reading~







Terik mentari kilau menyapa di muka bumi ini, langit yang biru dihiasi dengan awan-awan putih membuat pemandangan yang sangat menakjubkan. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang tak tertandingi kemampuannya.

Haziqa merasakan peluh keringat dan keterikan sang mentari yang menerpa langsung wajahnya, rasa kantuknya mendadak hilang dan mulai dengan perlahan-lahan membuka matanya.

Pandangan awal yang ia rasakan hanyalah keburaman, Haziqa sangat panik segera ia bangun dari posisi awalnya dan mengusap pelan wajah nya yang gusar.

Haziqa mengalihkan pandangannya ke sekitar, bola matanya bergerak kesana kemari untuk melihat dengan jelas tempat ia berada saat ini. Haziqa mengerutkan kedua dahinya saat menyaksikan apa yang ia lihat saat ini.

Lagi-lagi Haziqa mengusap matanya seakan-akan tak percaya menyaksikan hal ini semua.

“Gue ada dimana ini?” lirih Haziqa sembari berusaha untuk bangkit duduknya.

Ia menoleh ke belakang ternyata terdapat sebuah kursi yang terbuat dari batu dan tepat di belakang nya terdapat sebuah pohon rindang yang dapat menutupi sebagian dari sinar matahari.

Meskipun sinar matahari tersebut masih dapat tembus dari sela-sela daunnya yang rindang.

“Ya allah, gue ada dimana ini? Bunda, Ayah, Dafa dimana? Perasaan gue tadi di mobil deh?” ucap Haziqa sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Haziqa segera merogoh kantong gamis nya untuk mencari keberadaan ponselnya, saat ponsel sudah berada tepat di genggamannya.

Haziqa segera menekan tombol power untuk menghidupkan ponselnya, namun sial ponsel Haziqa kehabisan baterai.
Haziqa berdecak kesal dan semakin ditambah frustrasi,bagaimana ia harus kembali atau untuk menelpon Bunda, Ayah, atau Dafa.

Sungguh menyebalkan, tak ada hal lain yang dapat Haziqa lakukan selain memutuskan untuk berjalan. Semoga saja ia dapat menemukan bantuan.

Selama perjalanan untuk sedikit menjauh dari tempat asalnya, Haziqa mengamati sekitar yang tampak begitu asri. Tempat itu memiliki banyak space yang unik dengan ciri khas nya sendiri, di sebelah kanan terdapat taman-taman yang di lindungi dengan pohon pohon rindang.

Di bagian tengah dari tempat tersebut terdapat halaman yang sangat luas, apakah ini sebuah lapangan? Oh tidak, ini jauh dari kata lapangan. Tempatnya begitu bersih  dan ramai pengunjung yang datang dengan pakaian formal. Ini tak nampak seperti lapangan. 

Dan juga di sekitaran lapangan tersebut terdapat beberapa bangunan putih yang bentuk nya terlihat seperti, BENTENG.

Haziqa sangat takjub dengan semua hal yang ia lihat saat ini


Iqaa...”  panggil seseorang dengan nada lemah lembut.


Haziqa terpaku dan terdiam di tempat yang sama, enggan ia untuk menolehkan tubuhnya ke belakang sedikitpun.

Ia tidak mengenal orang yang di panggil orang itu, jadi Haziqa tak memperdulikannya dan lanjut berjalan lagi.

Orang itu menarik nafas dalam seperti ancang-ancang untuk mengatakan sesuatu, “Haziqa Noushafarina.” lirih orang itu.


Haziqa terkejut saat mendengar ucapan itu, bagaimana mungkin orang itu tahu nama lengkapnya. Haziqa masih lagi-lagi terdiam, namun kali ini ia memberanikan diri untuk menolehkan kepalanya.

Dari kejauhan terdapat sosok lelaki yang sudah menyunggingkan senyuman manisnya ke arah Haziqa. Haziqa mengerutkan dahinya sambil menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk, seakan mengisyaratkan apakah ia yang di maksud oleh lelaki itu.

Dengan mantap lelaki menganggukkan kepalanya dan berjalan mendekat Haziqa. Melihat lelaki itu yang berjalan mendekat ke arah Haziqa, ia reflek melangkah mundur beberapa langkah.

Namun sayangnya, langkah lelaki itu lebih cepat dari pada dirinya. Kini, lelaki itu sudah berada tepat di depan Haziqa.

Kenapa sayang? Iqaa darimana? “ tanya lelaki itu dan hendak mengusap kepala Haziqa.

Dengan cepat Haziqa menepis tangan lelaki itu. Sungguh lancang sekali lelaki itu mengusap kepalanya, bagaimana jika Bunda atau Ayah melihat. Pasti Haziqa akan diceramahin habis-habisan.
Tetapi, sebentar...... sayang?

Siapa lo?Kenapa lo manggil gue dengan embelan kata sayang hah? “ pekik Haziqa dengan mata melotot sembari berkacak pinggang.

Lelaki itu bukannya takut melihat Haziqa, ia malah terkekeh geli melihat raut wajah Haziqa yang begitu menggemaskan saat marah.

Iqaa lucu juga ya. Iya kamu, ya habiibatii  Haziqa Noushafarina binti Heidy Latif, istriku sayang, humairahku, dan calon ibu dari anak-anak ku.” tutur lelaki itu penuh lemah lembut dan sembari menampilkan senyum manisnya itu.


Deg....

Tubuh Haziqa mendadak merinding mendengarkan penuturan lelaki itu.








“Haziqa... Bangun, kita udah sampe di Pelabuhan Merak. Turun dulu dari mobil.” pekik seseorang yang suaranya sungguh sangat melengking di telinganya.

Haziqa membuka keduanya matanya dengan cepat, keringat dingin telah membasahi tubuhnya. Jantung Haziqa masih berdegup kencang, ia masih tak paham dengan semua hal yang ia rasakan saat ini.

Haziqa di mobil? Ternyata tadi hanyalah mimpi. Sungguh nyawa Haziqa masih setengah sadar saat ini namun ia masih memaksakan dirinya untuk keluar dari mobil. Daripada mendengarkan ceramahan Bundanya itu.

Setelah semuanya selesai, kapal yang di tumpangi oleh Haziqa pun telah berjalan menjauhi Pelabuhan Merak untuk menyeberangi perairan Selat Sunda.

Kini kapal telah berada di tengah tengah perairan, di bagian kanan kirinya hanya terlihat air saja. Tak ada lagi pulau pulau yang terlihat. Karena sangat merasa bosan, Haziqa memutuskan untuk keluar saja dari kabin kapal menuju pelataran di pinggir kapal.

Haziqa memandangi langit dan perairan yang hampir menyatu itu, sorot matanya nampak sangat menikmati keindahan pemandangan itu.

Namun, lagi dan lagi pikiran nya di kacaukan mengenai mimpinya tadi. Haziqa sangat bingung dengan mimpi nya itu, ia mengusap wajah nya yang gusar seakan-akan masih tak percaya dengan semua yang ia alami tadi.

Siapa sih cowok itu? Berani-beraninya masuk ke mimpi gue ga izin dulu. Terus juga apa, manggil gue Iqaa? Panggilan macam apa itu. Tapi begonya, kok gue ga nanya yah nama dia siapa? Oh ayolah, gue aja ga inget lagi wajah dia gimana. “ batin Haziqa sambil mengutuk dirinya beberapa kali.


“Kakkk... “










.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Segini dulu ya gaissss.
Sekian terima vote.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

~Minggu,25 Februari 2024

Di Bawah Langit Ampera (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang