Woni

99 4 0
                                    

Kadang kebenaran datang lewat hal tak terduga, hal yang kadang kita anggap mustahil
*
*




Woni masih setia duduk di bangku game milik Arya, sedangkan ke empat kecoak itu juga masih stay di kolong sofa, setelah beberapa waktu Woni terdiam akhirnya Woni membuka suara

"Lo tahu Ar? You're the person I envy the most, selama gua hidup. Gua selalu ngerasa there is but not, karena apa? Hanya karena gua anak di luar nikah"

Woni terdiam sebentar ia menelisik bingkai photo Arya, lalu melanjutkan kalimatnya lagi

"Lo terlalu beruntung, hidup lo terlalu enak. Papi selalu nurutin kemauan lo, even though you're a child who can only cause trouble, sedangkan gua, gua selalu di anggap sampah oleh papi. Padahal jelas-jelas gua lebih unggul dari lo"

Bisa Disa lihat bahu Woni yang bergetar dan suara nya yang mulai parau menandakan gadis itu sedang terisak. Sebenarnya saat mendengar kata-kata yang di lontarkan oleh Woni ada sedikit rasa sesak di dalam hati Disa, karena walau bagaimanapun Disa benar-benar gak habis pikir dengan jalan pikiran papi Arya

Woni itu nggak salah, bukankah dengan adanya Woni itu menandakan papi Arya itu melakukan kesalahan? Woni tidak pernah bisa menentukan akan lahir dari rahim siapa? Orang tuanya siapa?

"Meskipun begitu, I know, hidup lo juga seenak yang di liat, papi seeing mukulin lo, maka dari itu you don't need to feel grateful to me. Emm lo udah gak keliatan selama beberala hari dan gua bisa tebak itu karena apa?"

Senyuman smirk itu lagi, tapi kini sedikit berbeda, terlihat ada sedikit kebahagiaan di raut wajah Woni, lalu Woni mengambil kembali coklat yang tadi ia letakkan di kulkas Arya

"Gua rasa ini udah nggak perlu" Woni berjalan ke tong sampah berwarna silver lalu membuang coklat di tangannya

Sepeninggalnya Woni, kecurigaan Disa terhadap woni semakin membesar. Dia mengerutkan keningnya dan memandang bergantian pada Arya, Stereo dan Troy

Seperti nya ketiga kecoak jantan itu juga sepemikiran dengan Disa, seperti nya ada yang gak beres dengan Woni, seperti nya woni menyimpan rahasia dan misteri tersebut harus di selesaikan oleh 'detektif kecoak for'

********** *** *********

Woni balik ke kamar nya, kamar Woni bernuansa pink cerah dengan beberapa stiker berbentuk lensa kacamata berwarna putih

Kamar itu seperti keterbalikan dari sifat woni yang gelap, penuh misteri. Woni mengambil ponsel nya dan mengetikkan nama seseorang lalu melalukan panggilan telepon

Kamar woni bukanlah kamar biasa, ada sebuah tembok yang mungkin jika hanya di lihat sekilas hanyalah tembok biasa, namun di balik tembok itu banyak sekali rahasia woni yang tersembunyi

Woni biasa menghabiskan hari-hari nya di ruangan balik tembok itu, karena di sana lah ia bisa menadi dirinya sendiri. Tanpa perlu bersembunyi

Menjadi yang terbaik versi dirinya, dan melakukan hal-hal yang ia suka tanpa larangan dari papi nya. Hari ini pun woni akan bersiap masuk ke balik tembok itu lagi

Ia mengambil jas lab nya yang tergantung tak jauh dari baju-baju nya yang lain, Woni meletakkan telapak tangannya bagian kiri ke tembok itu seperti sedang memastikan kunci sidik jari

Dan ternyata benar, untuk menemukan ruangan di balik tembok itu hanyalah dengan sidik jari Woni. Mungkin karena itu juga belum ada orang yang tahu keberadaan ruangan itu

Di dalam ruangan itu penuh dengan hewan-hewan berbagai macam, ada tikus, kecoak, monyet, koala dan masih banyak lagi

Itu semua adalah hewan ciptaan nya sendiri. Hewan-hewan itu tadinya adalah manusia yang Woni ubah menjadi binatang. Woni bukanlah penyihir namun ia seorang ilmuwan

Bagaimana caranya membuat cairan yang bisa mengubah DNA manusia menjadi DNA binatang itu bukanlah hal yang mudah, namun Woni bisa melakukannya karena ia genius. Hanya saja kejeniusan nya belum bisa di hargai oleh papi

Sebenarnya Woni juga tidak sejenius itu, cairan yang ia buat belum sempurna seutuhnya. Namun sayang sudah banyak orang yang merasakan maha karya nya, padahal karya nya itu bekum selesai

Woni mengambil buku catatan kecil yang sudah tua, buku itu bersampul merah darah. Tapi tentu warna buku itu bukan dari darah, setiap kali ia selesai melakukan eksperimen, ia selalu menyempatkan diri untuk mencatatnya di dalam buku itu supaya woni tidak lupa dengan langkah-langkah eksperimen nya

Tapi di dalam buku tersebut bukan hanya ada catatan ekperimen melainkan ada juga sebuah foto yang sudah usang, sebuah foto yang menampilkan seorang gadis cantik yang sangat mirip dengan Woni

Itu adalah foto ibunya, meskipun Woni tak bisa tumbuh dewasa dengan ibu nya, namun setiap kali Woni melihat foto ibu. Woni selalu merasa tenang namun juga ada sedikit celah kerinduan di dalam hati Woni

Sebagai seorang anak tentu wajar jika merindukan kasih sayang orang tua, apalagi sosok seorang ibu. Sayang Woni tak seberuntung orang-orang

Mungkin karena terlalu hanyut dalam dunia nya woni sampai tidak sadar bahwa papi nya sudah masuk ke dalam kamar Woni, untung saja Woni orang cerdas ia sudah memasang alat pengingat, yang di mana akan bersuara seperti penanda kebakaran jika ada orang yang masuk tanpa seizin nya

Saat mendengar suara itu Woni langsung bergegas keluar dari ruangan itu dan melepaskan jas lab nya, untung papi sedang memasuki ruang gantinya, jadi saat woni keluar dari ruang lab papi tidak sempat melihat nya

Papi keluar dari ruang ganti Woni lalu melihat Woni yang sedang berdiri tegang di tembok dekat meja rias nya

"Kenapa Pih nyariin aku?" Woni bersandar di tembok yang tadi ia masuki

"Enggak, papi mau tanya. Kamu ngeliat Arya enggak? Udah beberapa hari ini dia nggak keliatan" papi memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana formalnya

Sebenarnya di dalam hati Woni terbersit sedikit kekesalan, pasti Arya apa-apa Arya

"Enggak Pih, kan aku nggak Deket sama Arya" woni menjawab seadanya

"Oh yaudah, inget hidup kamu harus seperti MATI"  awalnya dulu saat Woni mendengar perkataan ini ia bingung. Namun sekarang ia sudah mengerti akan arti dari kata-kata papi

Artinya ia tak boleh terlihat, tak boleh ada yang tahu keberadaan nya. Jadi lebih jelas jika di katakan mati. Woni hanya mengangguk menanggapi perkataan papi, lalu papi keluar dari kamarnya

Woni terduduk di lantai keramik berwarna putih gading itu, memegang dadanya yang terasa sesak. Sebenernya apa salah nya? Ia hanya ingin di akui apa sesusah itu mengakui nya sebagai anak nya

"Aaaaarrrgghh" woni berteriak sekencang mungkin melepaskan amarahnya, ia mengobrak Abrik semua benda di kamarnya

********* **** ***********
******************** ****

Yang sabar ya Won, ingat tuhan gak akan pernah ngasih ujian melebihi batas kemampuan hambanya

Sorry ya author nya sok agamis hehe

KECOAK BERGOYANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang