06. Sahabat Lama

159 34 1
                                    

Wei Wuxian sampai di luar goa. Benar-benar luar goa karena mereka sudah bisa melihat sinar matahari di sana. Tunggu dulu, matahari?

Bukankah dirinya masuk ke dalam goa saat senja baru tiba? Oh, ternyata mereka menghabiskan waktu semalaman untuk melawan mayat hidup, Dewi Penari, dan menyelematkan Wen Ning.

Saat baru sampai di luar, langkah Wie Wuxian berhenti mendadak setelah pendengarannya menangkap sebuah suara yang sangat dikenalinya memanggil namanya.

"Wei Ying?"

Dengan gerakan kaku ia mendongak. Memastikan suara itu bukan milik seseorang yang sangat ia rindukan tapi tak siap ia temui.

Mata abu itu bertatapan dengan mata emas yang sangat ia rindukan.

"Lan Zhan," gumam Wei Wuxian yang hanya didengar dirinya dan Wen Ning di sampingnya.

Para pemuda yang seusianya dengannya berlari kecil mendekati tempat Wei Wuxian. Refleks ia mundur saat mereka semakin dekat. Hal itu membuat tiga pemuda yang baru datang itu menatap Wei Wuxian dengan heran.

"Wei Wuxian, kau tak ingin memeluk kami? Apa kau sudah melupakan kami?" teriak Jiang Cheng ngegas.

Wei Wuxian benar-benar belum siap bertemu tiga pemuda itu. Bukan karena ia membencinya, hanya saja ia tak siap dengan pertanyaan yang mungkin akan mereka tanyakan. Dirinya saja belum mengerti kenapa ia bisa hidup lagi setelah sepuluh tahun, bagaimana ia bisa bercerita.

"Maaf, Tuan muda, Anda salah orang," lirih Wei Wuxian tanpa menatap para sahabatnya.

Hal itu tentu saja mengejutkan ketiganya. Mereka sangat yakin sejak pertama melihatnya tadi. Penampilan Wei Wuxian tidak ada yang berubah. Semua sama persis dengan sepuluh tahun yang lalu.

"Tidak mungkin. Kau Wei Wuxian. Apa yang salah dengan itu?"

Jiang Cheng yang sudah dari kecil tinggal dan tumbuh bersama Wei Wuxian tentu saja tak mudah diperdaya. Dirinya sangat yakin jika orang yang berdiri di depannya saat ini adalah saudara angkatnya.

"Saudara Wei, apa saat ini kau sedang ingin bermain dengan kami? Tidakkah kau merindukan kami? Kami sudah berkeliling untuk mencarimu selama sepuluh tahun ini," ujar Nie Huaisang dengan jujur.

Mereka bertiga memang selalu melakukan perjalanan untuk perburuan juga untuk mencari keberadaan Wei Wuxian. Kenapa mereka tak percaya jika sahabat bar-barnya itu sudah meninggal?

Mari kita tengok kembali kejadian sepuluh tahun yang lalu.

Saat Xue Yang menusukkan Jiangzia ke jantung Wei Wuxian dan menendang tubuh itu hingga jatuh ke dasar jurang, mereka bertiga langsung turun ke dasar jurang untuk menemukan jasad sahabat tersayangnya itu.

Sampai di dasar jurang, mereka tidak bisa menemukan tubuh sang sahabat. Mereka bertiga justru bertemu sosok putih, dari ujung rambut hingga ujung kaki semua putih. Sosok itu mengatakan jika jiwa sahabat mereka belum saatnya pulang ke nirwana.

Mereka bertiga kaget dan juga bingung. Apa maksud sosok itu?

"Jiwanya akan menempati tubuh baru sepuluh tahun kemudian. Dia akan tetap menjadi sahabat kalian, karena dia masih memiliki takdir di dunia ini. Takdir yang harus dia lakukan untuk dunia ini."

"Lalu, kemana jiwanya sekarang?"

"Pergi, berkelana. Kalian tak akan bisa menemukannya sebelum sepuluh tahun terlewat."

Jadi tidak salah jika ketiga pemuda itu langsung mengenali Wei Wuxian.

"Aku bukan...."

"Senior Mo!" seru Jingyi yang memotong kalimat Wei Wuxian.

Ancestral LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang