10. Menuju Qinghe

159 31 2
                                    

Mereka mulai berjalan menuju Qinghe. Jaraknya lumayan jauh dari gunung Dafan. Para remaja berjalan paling depan. Jiang Cheng dan Nie Huaisang di belakang mereka untuk mengawasi sekaligus melindungi.

Bagaimanapun mereka kan senior yang harus bertanggung jawab pada juniornya. Di belakangnya lagi, Lan Wangji berjalan di samping Wei Wuxian yang berjalan dengan dibantu Wen Ning.

"Sakit?" tanya Lan Wangji.

Untungnya Wei Wuxian bukan sehari dua hari kenal pemuda dingin itu.

"Sedikit," jawab Wei Wuxian apa adanya.

Darah memang sudah berhenti keluar dari lukanya, tapi rasa sakitnya masih terasa. Jika dulu, mungkin Wei Wuxian sudah bermanja pada Lan Wangji. Sekarang? Dia kan bukan Wei Ying.

"Tuan Muda, mau istirahat dulu?" tawar Wen Ning yang merasa kasihan.

Wei Wuxian menggeleng. "Sudah hampir siang. Kalo istirahat dulu nanti sampe Qinghe bisa tengah malam."

Wei Wuxian benar. Jaraknya memang masih cukup jauh. Ia tak ingin menghambat perjalanan. Kasihan juga para remaja. Mereka kan belum istirahat dengan benar sejak masuk goa untuk melawan mayat hidup.

Lan Wangji menarik tangan Wei Wuxian hingga pemuda itu menoleh untuk menatapnya.

Tanpa kata, Lan Wangji langsung menarik Wei Wuxian untuk digendongnya di punggung. Karena terkejut, refleks tangan Wei Wuxian langsung melingkar di leher Lan Wangji.

"Lan Zhan!" pekik Wei Wuxian tanpa sadar.

Mendengar nama yang diucapkan Wei Wuxian membuat pemuda Lan itu menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang sangat tipis.

"Diam!" seru Lan Wangji yang langsung berjalan setelah memastikan Wei Wuxian sudah nyaman di punggungnya.

Mereka yang berjalan di depan menoleh saat mendengar sedikit suara ribut di belakang mereka. Dan seketika pandangan mereka semua langsung melotot saat melihat posisi Wei Wuxian yang terlihat nyaman di gendongan Lan Wangji.

"Senior Lan, biasanya pendiam, sekali gerak bisa langsung menghebohkan!" seru Jingyi dengan mata berbinar melihat seniornya.

"Kalian baru lihat yang seperti ini sudah heboh. Belum aja kalian lihat lebih dari ini yang bisa dilakukan Lan Wangji," ujar Jiang Cheng dengan saling lempar senyum pada Nie Huaisang.

Nie Huaisang berjalan mendekati mereka yang di belakang untuk mengajak Wen Ning. Ia yang selalu mendukung Lan Wangji bersama Wei Wuxian pastinya tak ingin moment mereka terganggu oleh hal apapun atau siapapun kan.

"Wen Ning, ayo jalan di depan bersama yang lain. Ada yang ingin kami tanyakan," ajaknya sambil menatap dua sejoli dengan pandangan menggoda.

Wen Ning hanya bisa menurut saat tangannya ditarik begitu saja oleh Nie Huaisang. Wei Wuxian sudah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Lan Wangji. Ia malu dilihat mereka, apalagi yang belum pernah melihat kemesraannya dulu.

Di depan, Wen Ning sudah diapit Jiang Cheng dan Nie Huaisang. Para pemuda mengikuti mereka dibelakangnya.

"Wen Ning, apa yang terjadi padamu sepuluh tahun terakhir?" Jiang Cheng mulai bertanya dan lain ikut mendengarkan.

"Jujur, aku tak ingat semua. Hanya beberapa hal saja, itu pun masih samar," jawab Wen Ning apa adanya.

Ia memang sejak menjadi boneka manusia yang dikendalikan, beberapa kali mengalami kesadaran. jadi sedikit-sedikit ia sadar dengan apa yang terjadi padanya meski dalam pengaruh pengendalian.

"Tak apa, ceritakan saja semampumu! Jangan terlalu dipaksa juga," ujar Nie Huaisang.

Wen Ning mengangguk. "Sejak aku berpisah dari kakakku dan tuan muda Wei kala itu, aku dibawa ke sebuah ruangan yang gelap. Di sana tidak ada siapa-siapa, aku hanya seorang diri."

Ancestral LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang