15. Ikut Kaki Melangkah

145 27 7
                                    

Wei Wuxian dan Wen Ning pamit pada para pemimpin. Setelahnya mereka berdua pergi meninggalkan kediaman Nie.

Keduanya berjalan dalam keheningan. Wei Wuxian menatap sekitar. Bernostalgia dengan kehidupan di masa lalunya. Dulu dirinya sering datang dan menginap di kediaman Nie. Entah itu hanya untuk bermain atau saat sedang bertugas.

Kembali ke wilayah yang dulu pernah dilalui selalu membawa ingatannya untuk mengenang persahabatan dan kisah cintanya. Sedih? Bukan, hanya sekarang bukan saatnya untuk kembali pada mereka.

Wei Wuxian baru menyadari jika raga yang saat ini ia tempati sangat berbeda dengan raganya di masa lalu. Dulu raganya kuat, bahkan tak melemah sedikitpun meski mempelajari banyak ilmu yang menguras tenaga dalam.

Lalu raganya yang sekarang, ia merasa lebih cepat lelah setelah melakukan aktivitas yang menggunakan tenaga dalam. Bahkan menggunakan tenaga biasa pun ia akan tetap merasa lelah.

Seperti saat mengajari Lan Sizhui menggunakan pedang. Sejujurnya ia sudah sangat merasa letih tadi, tapi ia berusaha bertahan agar tak mengecewakan mereka.

Sekarang ia ingin segera pergi untuk menemukan tempat yang bisa dijadikan tempat istirahat sementara. Wen Ning menunjuk sebuah rumah makan yang masih di wilayah Nie, tapi letaknya sudah jauh dari kediaman utama keluarga Nie.

Mereka masuk ke rumah makan itu dan memesan beberapa menu. Waktunya makan siang, jadi sekalian saja mereka istirahat di sana.

"Setelah ini kita akan ke mana, Tuan Muda?" tanya Wen Ning.

"Aku pun tak tahu. Ikut saja ke mana kaki ini ingin melangkah," jawab Wei Wuxian sembari menikmati makanannya.

"Tanpa tujuan?" Wen Ning menatap Wei Wuxian bingung.

Dengan entengnya Wei Wuxian mengangguk. "Takdir akan membawa kita pada tujuan hidup yang pasti. Seperti saat aku pergi dari wilayah kediaman Mo. Aku hanya mengikuti kaki ini melangkah yang pada akhirnya membawaku bertemu dengan kau dan lainnya."

"Tuan Muda, Anda percaya takdir?"

"Tadinya tak. Lalu saat aku menerima kehidupan kedua, aku baru sadar takdir yang membawaku kembali. Entah apa yang menungguku di masa depan nanti, aku hanya ingin melaluinya tanpa penyesalan."

Wen Ning mengangguk mengerti. Ia kembali memakan makannya sambil sesekali memperhatikan orang yang duduk di depannya.

"A-Ning, kau ingin balas dendam tentang masa lalumu?" tanya Wei Wuxian tiba-tiba.

Wen Ning terdiam sejenak sebelum menatap Wei Wuxian serius.

"Tadinya iya, tapi sekarang tidak."

Alis Wei Wuxian terangkat. Ia mengernyitkan kening heran.

"Kenapa?"

"Seperti kehidupan kedua yang Anda lalui sekarang, saya berpikir mungkin kembalinya saya saat ini pun memiliki tujuan takdir sendiri. Yang pasti balas dendam tak mungkin menjadi tujuan baik."

"Kau benar juga. Kehidupan ini hanya sementara. Tujuan pastinya adalah kematian. Nikmati saja prosesnya, baru lihat bagaimana hasilnya nanti."

Wen Ning mengangguk. Mereka melanjutkan makan sampai semua makanan habis. Setelahnya mereka memutuskan kembali berjalan.

Hari sudah petang. Mereka baru sampai di Tan Zhou. Tempat itu masih bagian dari Nie. Di sana ada sebuah tempat yang selalu ramai saat malam tiba. Sebuah pasar malam.

Wei Wuxian menarik tangan Wen Ning untuk memasuki area pasar malam. Suasana ramai dengan berbagai macam pedagang ada di sana. Kelap kelip lampion tak ketinggalan menambah kesan indah di malam hari yang cerah.

"A-Ning, ayo ke sana. Aku ingin lihat lampion!"

Mereka kembali berlari. Kali ini mereka mendekati seorang pedagang lampion. Wei Wuxian melihat-lihat lampion yang dijual di sana. Ada satu lampion yang menarik perhatiannya. Lampion dengan gambar kelinci.

"Anda mengingat tuan muda Lan?" Wen Ning bertanya karena Wei Wuxian yang terus menatap lampion itu.

Wei Wuxian menggeleng. "Kita cari penginapan dulu. Nanti aku masih ingin jalan-jalan setelah menyegarkan diri."

Mereka berdua pun pergi meninggalkan pasar malam menuju penginapan yang berada tak jauh dari pasar. Setelah memesan kamar, mereka segera masuk untuk membersihkan diri. Usai makan malam, mereka memutuskan keluar penginapan.

"Anda ingin ke mana?" tanya Wen Ning yang mengikuti langkah pemuda di depannya.

"Aku juga tak tahu. Hanya saja aku merasa ingin ke arah timur. Entah ada apa, rasanya sangat ingin ke sana."

Wei Wuxian mengatakan yang sebenarnya. Sejak selesai membersihkan diri perasaannya menjadi gelisah. Usai makan ia memutuskan untuk mengikuti kata hatinya yang ingin menuju timur.

Mereka baru saja sampai di wilayah Yueyang. Suasana di sana agak seram saat ini. Beberapa tubuh tak bernyawa bergeletakan di sepanjang jalan. Bau amis darah seakan sudah bercampur dengan Udara.

"Tuan Muda, apa kita harus masuk?" Wen Ning cukup khawatir mengingat tubuh orang yang bersamanya saat ini tak sekuat dulu.

"Entahlah. Menurutmu siapa yang melakukan pembantaian di wilayah tenang seperti ini?" Wei Wuxian masih mengamati keadaan mayat di depan mereka.

Dua orang beda usia itu mengenali luka di tubuh setiap mayat. Luka yang disebabkan mayat hidup. Dua orang itu saling tatap.

"Masuk dan lihat keadaan di dalam. Kirim sinyal padaku saat kau butuh bantuan! Aku akan menunggu di sini, tubuhku masih lemah."

Tanpa perintah dua kali, Wen Ning segera melesat memasuki wilayah Yueyang. Semakin ke dalam, dapat ia lihat banyaknya mayat hidup yang terus menyerang warga di sana. Di antara orang-orang yang diserang mayat hidup, ada beberapa orang yang dikenalinya.

"Para remaja dan teman-teman Tuan Muda Wei?"

Wen Ning segera berbalik untuk memberi kabar yang menurutnya penting ini pada Wei Wuxian. Sampai di tempat pemuda itu, Wen Ning langsung saja mengatakan apa yang baru saja dilihatnya.

"Para remaja juga Tuan Muda Lan dan lainnya di dalam melawan ratusan mayat hidup yang dikendalikan Wen Chao dan Xue Yang."

Wei Wuxian seketika melotot setelah mendengar ucapan Wen Ning. Ia memejamkan mata untuk menenangkan hatinya yang sebenarnya merasa khawatir.

"Mungkin ini saatnya aku bertemu dengan orang yang sudah pernah mengambil nyawaku. Ayo!"

Mereka pun melesat memasuki wilayah Yueyang. Mereka akan membantu teman-temannya juga membalas dendam, mungkin..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc.

Ancestral LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang