14. Pagi Ini

198 29 4
                                    

Sinar mentari pagi mulai menyapa dunia. Wei Wuxian masih tidak bisa menghilangkan malas paginya. Meski kilau mentari sudah mengusik matanya, ia tetap tertidur tak menghiraukan mereka.

Wen Ning yang sudah bangun memiliki niat untuk membangunkan pemuda itu, tapi keberaniannya cukup ciut untuk menerima kemarahan kelinci itu.

Tok...tok..tok...

Suara ketukan pintu membuat Wen Ning bangkit. Ia berjalan untuk membukakan pintu. Sosok Lan Wangji di sana, berdiri tegak menatap Wen Ning dengan tatapan dinginnya.

"Wei Ying."

"Di... Dia masih tidur." Wen Ning gugup menghadapi Lan Wangji jika tak ada Wei Wuxian bersamanya.

"Keluar!"

Tanpa perintah dua kali, Wen Ning langsung saja berlari keluar kamar melewati Lan Wangji. Sepeninggal Wen Ning, Wangji masuk ke dalam kamar. Ia berjalan dengan anggun mendekati ranjang kekasih hatinya.

"Wei Ying, bangun!" Wangji mengusap lembut kepala pemuda yang masih tertidur itu.

"Sebentar lagi, Lan Zhan. Aku masih ngantuk. Semalam aku tak bisa tidur nyenyak." Wei Wuxian tak sadar dengan ucapannya sendiri yang mengungkap siapa dirinya.

Lan Wangji yang mendengar itu hanya tersenyum tipis. Ia memutuskan untuk membiarkan pemuda manis itu tetap di posisinya. Setelah memberi kecupan ringan di kening pemuda yang masih tertidur itu, Lan Wangji berjalan keluar.

Di luar ternyata teman-temannya dan para remaja ditambah Wen Ning sudah berkumpul. Duduk memutar di satu meja yang sama untuk menikmati sarapan pagi.

"Di mana dia?" tanya Jiang Cheng saat melihat Wangji berjalan seorang diri.

"Tidur."

Hanya satu kata, tapi dua sahabat baik dari Wei Wuxian sudah sangat paham akan hal itu.

"Kebiasaan lama masih belum hilang. Dasar pemalas emang."

Mereka menikmati makan pagi tanpa Wei Wuxian. Di tengah acara pagi itu, para pemimpin datang dan memanggil para remaja.

Para remaja pun bangkit untuk mengikuti mereka para pemimpin. Mereka dibawa ke satu ruangan yang mereka tidak tahu tempat apa.

"Besok kalian akan kami tugaskan untuk mengikuti para senior mencari beberapa simbol untuk membuka perpustakaan leluhur. Jadi, hari ini kami ingin kalian memilih pedang untuk senjata kalian melawan musuh," jelas Lan Xichen.

Para remaja saling tatap. Mereka bingung tentu saja. Selama ini mereka tidak pernah diajari cara menggunakan pedang. Lalu bagaimana sekarang mereka akan menggunakannya?

"Tapi, kami tidak pernah belajar tentang pedang. Bagaimana cara kami menggunakannya?" tanya Sizhui.

Para pemimpin tersenyum. Mereka saling tatap sejenak lalu membagikan pedang ke masing-masing remaja.

"Bawa itu ke hadapan senior kalian. Mereka yang akan mengajari kalian langsung!" perintah Nie Mingjue.

Meski masih bingung, mereka menurut. Mereka meninggalkan ruangan dan menghampiri tempat para senior berkumpul. Saat ini sudah ada Wei Wuxian di antara mereka.

Para senior menatap benda yang dibawa junior mereka. Jiang Cheng melambaikan tangan menyuruh salah satu dari mereka mendekat padanya.

Jingyi mendekat. Jiang Cheng langsung mengambil pedang milik Jingyi dan menariknya keluar dari sarungnya. Menatap sekilas, lalu mengembalikannya.

"Bukan pedang spiritual. Kukira mereka akan langsung memberi kalian barang bagus," komentar Jiang Cheng hanya didengar para remaja yang belum paham apapun.

Ancestral LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang