04. Tidak Sengaja

219 21 0
                                    


Happy Reading~


Arsell datang, menarik paksa Jian dari tubuh kakaknya. Wajahnya yang datar semakin menyeramkan saat matanya menatap Jian tajam. Membuat yang ditatap diam seketika.

Arsell jongkok begitu juga dengan Marcell. Mereka berdua memegang bahu Yasa, menyadarkan Yasa yang sedang menutup matanya.

"Kakak gak apa-apa?" tanya Marcell khawatir. Yasa tidak menjawab, tatapan matanya kosong, berbeda ketika perkenalan tadi membuat Jian dan Hafza bingung dan heran.

Arsell menghembuskan nafasnya perlahan. "Cell, bawa Kakak ke taman rumah sakit bareng Haru, nanti aku nyusul." Pinta Arsell.

"Mama gimana?"

"Biar aku yang jelasin ke Mama." Jawab Arsell yang langsung diangguki Marcell.

Marcell, dan Haru melakukan apa yang diperintahkan Arsell. Membawa Yasa ke taman rumah sakit. Arsell kembali duduk di tempatnya, menunggu Siella dan Zafran yang masih mengurus Julian.

Anak-anak Arshaka menatap Arsell yang terdiam datar. Arsell yang sedikit terusik menatap anak-anak Arshaka satu-persatu dengan alis yang menukik.

"Kenapa?" tanyanya dingin.

Jefran, Daffa, dan Yafi langsung menunduk, terlalu takut dengan suasana Lorong rumah sakit yang semakin dingin. Jaafran meneguk ludahnya kasar.

"A-anu. Tadi, kakak kamu kenapa?" tanya Jaafran hati-hati.

Arsell menatap Jaafran "Gak kenapa-napa,"

"Tapi-"

"Gak usah kepo sama keluarga orang. Pikirin aja adik kalian yang lagi sakit." Potong Arsell sambil menatap Jian datar.


ARSHAKA : 12 Stars


"Yah."

"Hm?" Zafran berdeham tanpa menoleh ke Hafza yang duduk di sebelah pengemudi dengan Julian di pangkuannya.

"Ayah kenal sama Tante Siella darimana?" tanya Hafza.

Zafran terdiam sejenak. "Ayah sama Tante Siella itu teman sejak sma." Jawabnya.

"Terus, kenapa Ayah nikah sama Tante itu?" tanya Jian ikut menimbrung.

Zafran kembali terdiam, ia hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan Jian. "Pernikahannya diadain bulan depan. Ayah mau kalian gak bikin kekacauan nanti." Ucapnya.


ARSHAKA : 12 Stars


"Mama."

"Iya, sayang." Jawab Siella sembari mengelus lembut rambut hitam milik si Bungsu yang berada di pangkuannya.

"Mama jadi nikah sama Om itu?" tanya Haru sambil mengubah posisinya menjadi menghadap perut rata sang Mama.

Siella tersenyum. "Jadi sayang, Mama sama Om Zafran udah sepakat ngadain pernikahannya bulan depan." Jawabnya.

"Harus banget?" tanya Marcell yang baru saja datang dari dapur bersama Arsell, mereka berdua mendudukkan dirinya di kanan dan kiri Siella.

"Iya. Kenapa? Haru, Arsell, sama Acell berubah pikiran?" tanya Siella balik.

Marcell dan Haru menggeleng bersamaan. "Enggak, Haru cuman takut sama laki-laki yang namanya Jian, Jian itu. Haru gak mau Kak Yasa makin parah." Adunya lalu memeluk perut rata milik sang Mama.

Siella tersenyum manis, kedua tangannya menggapai Arsell dan Marcell, meminta mereka berdua untuk mendekat padanya. "Dia kayak gitu buat ngelindungi adiknya. Memangnya, kalau Kak Yasa atau salah satu dari kalian diapa-apain sama orang asing, kalian gak marah?"

"Marah, Acell bakal tinju orang itu sampai babak belur kalau Kak Yasa kenapa-napa." Ungkap Marcell sambil mengepalkan tangan kanannya kuat-kuat.

Haru menampilkan wajahnya, menatap sang Mama dari bawah. "Haru juga! Haru bakal bikin orang itu masuk penjara kalau bikin Kak Yasa makin sakit!" Serunya ikut bersemangat.

Siella terkekeh kecil, mengelus surai milik kedua anak itu. Tatapannya beralih pada Arsell yang berada di sebelah kirinya. "Kalau Arsell?"

Arsell mengangguk pelan. "Arsell juga bakal ngelawan orang itu. Tapi, Kak Yasa saat itu gak sengaja, kenapa si Jian-Jian itu mukul Kakak?" tanyanya.

Siella tersenyum, mengelus surai milik Arsell. "Itu yang namanya rasa, sayang. Kita bakal ngelakuin apapun buat orang yang kita sayangi. Maupun nyawa taruhannya." Jelas Siella lembut.

Arsell mengangguk paham, menyenderkan kepalanya pada bahu sang Mama.


ARSHAKA : 12 Stars


"Ji."

Jian menoleh, menemukan Hafza yang datang dengan segelas susu putih hangat. Mereka berdua tengah berada di teras rumah, menikmati angin malam sebelum tidur. Sedangkan para penghuni Arshaka yang lain telah terlelap sesuai jadwal tidur yang dipasang Zafran.

"Kenapa?" tanya Jian sembari menyeruput kopi hangatnya.

"Kamu ingat apa kata anak yang namanya Acell itu?" tanya Hafza balik.

"Kak Yasa udah bilang kalau dia gak sengaja. Lagipula, kami berempat gak ada niatan buat ngehancurin pernikahan ini. Kalau pun batal, itu karena kamu, bukan kita."

Jian mengangguk. "Iya."

"Kamu ngerti apa maksudnya, kan?"

Jian kembali mengangguk, namun kemudian mendelik pada si Sulung. "Maksud Kakak, aku bakal ngerancanain sesuatu buat ngebatalin pernikahannya, gitu?" tuduhnya tidak terima.

Hafa menggeleng cepat. "Bukan, Kakak gak nuduh kamu kalau pun nanti pernikahannya batal. Kakak cuman mau bilang, jangan ngelakuin hal buruk lagi sama anak-anaknya Tante Siella."

Jian semakin menatap Hafza tidak suka. "Tapi Kak, kan dia duluan yang mulai. Dia yang ngeracunin Juju sampe parah kayak gitu." Ucapnya.

"Bukan ngeracunin Ji, tapi alergi. Dia kan gak tau kalau ternyata Juju punya alergi sama ikan, dia juga udah bilang gak sengaja." Balas Hafza.

Jian berdecak, kesal karena sang Kakak lebih membela anak itu dibanding dirinya. "Kakak bukannya ngebela dia, tapi, Kakak khawatir kamu bakal kenapa-napa."

Jian menatap bingung, meminta penjelasan lebih pada Hafza. "Coba kamu inget-inget kejadian tadi, gimana kalau akhirnya Acell sama kembarannya nyerang kamu balik karena kamu udah bikin kakaknya babak belur?" Terang Hafza selembut mungkin.

Jian terdiam. Benar apa yang dikatakan Hafza, kalau saat itu Marcell menyerangnya balik tidak hanya menahannya bagaimana? Kalau saat itu juga Arsell tidak hanya menyingkirkannya secara paksa dari tubuh Yasa bagaimana?

Hafza tersenyum menepuk bahu lebar sang Adik. "Udah, ayo tidur, gak baik di luar malam-malam." Ajak Hafza melangkah masuk lebih dulu, meninggalkan Jian yang masih merenungi ucapan sang Kakak.



Don't forget to vote, share, and comment!

ARSHAKA : 12 Stars || TREASURE - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang