07. Menang

186 21 1
                                    


Happy Reading~



"Assalamualaikum! Kami pulang!" teriak Haru. Si Bungsu Zanuar itu masuk diikuti anggota kelompoknya.

Mereka berempat duduk bersama di sofa keluarga. Haru mengambil alih remote TV dari Jian, menganti saluran menjadi kartun.

"Es cream darimana?" tanya Jian.

"Dikasih abangnya Janu, temennya Haru." Jawab Haru tanpa menatap Jian.

Jian mengangguk, ikut menonton tayangan yang sudah diganti Haru. Hafza datang, membawa piring berisikan beberapa buah apel dan pisau. Hafza duduk di karpet, di sebelah Juan yang tengah tertidur.

"Yang di atas belum turun?" tanya Hafza pada Jian. Jian menggeleng tanpa menatap Hafza.

Brakk.

Suara jatuh dari arah tangga menghentikan pergerakan Jian dan Hafza. "Siapa yang jatuh?" tanya Hafza panik.

Jaafran menampakkan dirinya sambil memegang pinggangnya, lelaki itu berjalan cepat dengan bertatih-tatih. Kabur dari kejaran seseorang.

"JAAFRAN SIALAN!" teriak Arsell dari arah tangga. Lelaki kurus itu mengejar Jaafran sambil membawa gitar kecil lama miliknya yang ia angkat tinggi untuk memukul Jaafran jika sudah tertangkap.

Jaafran dengan cepat bersembunyi di balik tubuh Hafza, meminta perlindungan dari kakak tertuanya. Hafza meletakkan pisau dan apelnya, bersiap menghalangi Arsell untuk menyerang adik tengilnya.

Jian berdiri menghadang Arsell agar tidak menghampiri Jaafran. Yafi dan Marcell baru saja turun dengan nafas mereka yang tersegal-segal. Padahal rumah Zanuar tidak seluas rumah milik Arshaka, dan jarak kamar kembar Zanuar tidak sejauh itu dari tangga.

Berarti memang sekuat itu tenaga Arsell jika sedang marah, sampai-sampai Marsell orang terkuat di Zanuar kewalahan.

"S-sell, tenangin diri kamu." Ucap Jian mencoba menenangkan Arsell.

Telinga Arsell seperti tertutup, pandangan Arsell hanya tertuju pada Jaafran, melayangkan kilatan tajam yang membuat Jaafran ciut.

TV yang dinyalakan Haru tidak lagi menarik bagi anak-anak termuda, sekarang fokus mereka ada pada Kakak-Abang tertua. Terutama Jefran, Haru, dan Julian, mereka bertiga sangat fokus menonton. Marcell dan Yafi sudah tidak lagi memedulikan Arsell dan Jaafran, mereka berdua sedang berada di dapur, asik minum dan makan sembari bercengkrama.

Juan sendiri? Lelaki pemalas itu masih asik tertidur, tidak merasa terganggu dengan teriakkan Jian dan Hafza, terlalu nyenyak berada di alam mimpi. Sedangkan Yasa belum kelihatan batang hidungnya sedari-tadi.

Arsell semakin memberontak membuat Jian semakin menguatkan pegangannya pada Arsell.

"SINI! JANGAN JADI PENGECUT!" teriak Arsell murka.

Jaafran semakin menyembunyikan dirinya di tubuh Hafza, tangannya yang bergetar semakin menggenggam erat baju milik sang Kakak.

"HEH! Kenapa?!" Yasa datang dari kamarnya. Melihat dari penampilan pemuda itu yang berantakan menandakan si Sulung Zanuar baru saja bangun tidur.

Yasa berjalan ke arah Arsell, Sulung Zanuar itu ikut menahan Arsell.

"Sell, sadar, kamu kenapa?" tanya Yasa bingung sekaligus khawatir. Jarang sekali Arsell mengeluarkan emosinya sampai sebesar ini, bahkan saat adiknya ini kesal pada Jian masih bisa ditahan sebaik mungkin.

ARSHAKA : 12 Stars || TREASURE - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang