"Papa?"
Tubuh Oniel seketika mematung mendengar suara itu. Ia menoleh, Ribka memasang wajah melasnya di hadapan Oniel membuat Oline ingin muntah saat itu juga.
"Sok asik!" Celetukan Oline lagi-lagi berhasil membuat Ribka naik pitam, namun Ribka menahan dirinya untuk marah kepada Oline di depan Oniel.
Oniel berdehem seolah ingi memecah suasana.
"Siapa ya? Kenapa kamu panggil saya papa?"
Ribka menyipitkan matanya, melihat sosok wanita cantik berpakaian dress putih yang nampak sangat cocok di badan nya. Sosok itu semula jauh, dan tak jelas rupanya, namun ia berjalan semakin dekat kearah Ribka membuatnya bisa melihat dengan jelas sosok wanita tersebut.
"Mama?" Batin Ribka terkejut.
Perhatian nya kembali pada Oniel, ia menatap lekat pria itu.
"Anda sama sekali tak mengingat saya rupanya?" Ucap Ribka dengan senyumnya yang menyeringai.
Oline mengernyit, dirinya mencoba memahami maksud Ribka.
"Mas?" Sela Indah yang baru saja datang.
Oniel menoleh kearahnya, dan sedikit menampilkan senyuman padanya.
"Mama?"
Damn..
Indah terdiam, tatapan nya kosong ketika mendengar Ribka memanggilnya dengan sebutan mama.
"Maksud lo apa hah? manggil orang tua gue dengan sebutan yang lo jelas-jelas nggak punya hak sama sekali untuk panggil mereka dengan sebutan itu!" Oline membentak tak terima.
Manusia yang terlihat seperti psikopat itu tertawa, apa yang lucu?
"Bocil ingusan, kalau nggak tau apa-apa nggak usah bicara. Keep silent" jari telunjuk Ribka tepat berada di bibir Oline, membuatnya langsung menghempas kasar tangan Ribka.
Perhatian Oline berpindah kepada Indah dan Oniel yang menatap Ribka dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Orang tua lo, adalah orang tua gue juga" beber Ribka.
"Hah? Maksud lo apaan?"
Ribka berbalik menatap sepasang suami istri itu.
"Ribby Pramuditya Atmajaya, anak dari seorang pengusaha ternama yang dinyatakan hilang dan meninggal empat belas tahun yang lalu, you remember it?" Tanya gadis itu.
"Kaget? Memang itu kenyataan nya."
Ah, Oline bak tertimpa baru besar. Hatinya seakan ditusuk oleh pisau berulang kali.
"Oline Indah Senjaya, lo harus tenang. Tunggu penjelasan dari mommy dan papa dulu." Batin gadis itu menenangkan dirinya sendiri.
Sontak Oline menatap kearah kedua orang tua nya seolah meminta penjelasan.
"Lin.." lirih Indah.
"Tolong jelasin, apa maksudnya mom, pah?" Pintanya.
Oniel menghela nafas panjang. Ia menyadari, putri nya ini bukanlah anak kecil lagi yang mudah di bohongi. Ia rasa, mungkin ini saatnya.
"Dia .... Dia kakak kamu, anak papa."
Deg!
Oline mengadahkan kepalanya, berusaha menahan air mata yang akan terjatuh, sakit rasanya. Namun ia teringat akan Erine, jikalau dirinya saja rapuh, siapa yang akan menguatkan dan menjadi sayap pelindung bagi kembaran nya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan hangat Oline.
Teen Fiction"peluk gue selalu ya, Lin." -E "peluk gua, selamanya akan milik lo, Erine." -O