"hari-hari pundung"
.
.
.
.
."Kak Oline, ga cape apa pundung terus? Aku dari tadi dikacangin dipikir aku kacang panjang apa?" Cibir Erine.
Iya, sedari tadi mereka terduduk berdua di bangku panjang yang berada di taman sekolah. Oline tak berbicara apapun pada Erine, dirinya hanya berdiam dan menatap lurus ke depan nya membuat Erine semakin lama semakin bosan. Ia sudah banyak sekali bertanya pada Oline, kembarannya. berharap pertanyaan konyol nya bisa membuat Oline tertawa dan ingin berbicara padanya. Namun tak ada satupun pertanyaan Erine yang ditanggapi oleh Oline yang masih sentiasa menutup rapat mulutnya. Keheningan itu hanya membuat mereka mendengar suara angin sepoi-sepoi yang menerpa mereka berdua saja.
"Jangan pundung lah kak, kenapa sih?" Erine masih sentiasa memunculkan topik pembicaraan agar Oline ingin berbicara dengan dirinya.
Namun upaya Erine nihil, Oline masih tak mau membuka suaranya membuat Erine menggerutu kesal.
Tak terasa bel masuk kelas pun berbunyi.
"Rin, pulang nya gua yang ke kelas lo. Jangan keluar kelas sebelum gua dateng" Oline pun berbicara.
"Iya iya Liin, gue gaakan kemana-mana" jawab Erine membuat Oline mengangguk kecil
Mereka berdua pun kembali ke kelas mereka masing-masing.
~~~~
Di kelas dengan suara riuh murid-murid yang sedang melakukan kegiatan mereka masing-masing, seorang siswi tengah terpaku disana. Nampaknya ia lebih banyak berfikir dari pada berbicara? Fikiran nya selalu tak bisa berpaling dari satu orang yaitu kembaran nya sendiri.
Ia fikir, apa ini saat nya untuk tidak mengekang kembarannya lagi dengan segala ketakutan dalam benaknya untuk membebaskan Erine? Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk lebih percaya dengan Erine yang menurutnya sudah bukan anak kecil lagi, iyalah umur mereka sama! Namun Oline selalu menganggap kembarannya itu sebagai adik kecilnya yang akan selalu menjadi anak kecil dimata Oline.
Kriingg!!!
Bel yang sudah ditunggu-tunggu semua murid akhirnya berbunyi, dengan cekatan mereka semua membereskan barang-barang mereka untuk segera bergegas pulang termasuk Oline.
Sesuai permintaan Oline tadi, Erine tak langsung beranjak dari tempat duduknya dikelas. Ia benar-benar masih dengan posisi yang sama sembari menunggu Oline untuk ke kelasnya.
"Erine" panggil Oline yang berdiri diambang pintu kelasnya.
Erine menoleh kearah nya lalu ia beranjak dari duduk nya menghampiri Oline.
"Ayo balik!" Seru Erine yang tak sabar untuk bertemu dengan mommy kesayangan nya itu.
Mereka pun berjalan menuju gerbang sekolah bersama. Sangat terlihat perbedaan dari mereka yaitu Erine yang masih terlihat seperti anak TK dan pembawaan Oline yang dewasa dan tentunya cool, membuat siapapun tak pernah mengira mereka kembar namun kakak beradik yang sekiranya berbeda 3-4 tahun? Sungguh aneh tapi nyata. Erine yang lebih banyak berbicara dari pada berfikir dan Oline yang lebih banyak berfikir dari pada berbicara membuat sifat keduanya sangat bertolak belakang layaknya es dan secangkir air hangat. Namun, sikap mereka yang bertolak belakang tak membuat mereka menjadi bermusuhan, melainkan mereka sangat menyayangi satu sama lain.
Hari ini mereka dijemput oleh mang Tatang supir pribadi keluarga mereka berdua yang sudah menunggu tepat di depan gerbang sekolah.
"Eh non, mau langsung pulang atau-" ucap mang Tatang yang terpotong
"Langsung pulang aja mang" potong Oline membuat mang Tatang mengangguk kikuk. Erine pun menegur sikap kembaran nya ini yang menurutnya kurang sopan pada orang yang lebih tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan hangat Oline.
Teen Fiction"peluk gue selalu ya, Lin." -E "peluk gua, selamanya akan milik lo, Erine." -O