LEVEL 2. MISSION

9 1 0
                                    

kemerdekaan adalah nasi dimakan jadi tai

--Wiji Thukul

***

Sekumpulan orang berkumpul ramai di tengah aula sekolah. Bukan. Bukan karena untuk mendengar kepala sekolah berpidato, tetapi untuk menyaksikan bersama kedua murid dengan prestasi luar biasa dihukum di saat reputasinya tengah naik. Ya, siapa yang tidak mengenal Rinnai? Semua orang tahu dia. Dan orang lain juga tak perlu alasan mengapa memosisikan Galih setara dengan gadis itu.

Suara orang-orang saling bersorak. Ada sebagian yang memberi semangat, ada pula yang tidak rela keduanya harus menerima hukuman keji dengan memakan ulat pohon hidup-hidup. Semasa hidup, Galih tidak pernah berurusan dengan ulat, apalagi memakannya. Memangnya makanan macam apa itu?

"Hukuman ini belum seberapa, Gal! Bisa dibilang ini hukuman paling ringan di sini. Dan gue udah terbiasa." Rinnai dengan lihai memainkan jemarinya mengapit ulat-ulat itu, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Sesekali ia tertawa karena ekspresi Galih sudah kesetanan. "Sorry, Gal. Di luar kendali gue."

Dengan terpaksa dan tangan gemetar, Galih mengambil ulat yang ada di nampan. Wajahnya berubah pucat, perutnya tiba-tiba mual bukan main, sementara tubuhnya merinding geli. Galih tidak akan menyalahkan Rinnai karena gagalnya aksi untuk melarikan diri. Karena benar kata Rinnai, itu semua di luar kendalinya. Dan Galih pun tidak menyangka rencana sepicik itu mampu tembus ke telinga penjaga gerbang.

< i n s i d i o u s     s c h o o l >

Insidious SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang