Chapter 2

532 63 0
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca!

Happy reading guys!




☆࿐ཽ༵༆༒ 🥀🥀🥀 ༒༆࿐ཽ༵☆

.

.

.


'Dimana?'

Dingin, sunyi... Itulah yang di rasakan Asher. Ah, dia ingat sekarang.

'Aku sudah mati....'

Haruskah Asher bahagia? Karna akhirnya dia terbebas dari tugas mafia yang membelenggunya. Asher menatap sekeliling, sangat gelap, dia memeluk lututnya sendiri.

'Apakah aku masuk neraka?'

Asher termenung, air matanya kembali mengalir. Dia terisak pilu, meratapi benang kemalangan yang mengikat takdirnya. Sungguh menyedihkan, terlahir tanpa kasih sayang seorang ibu, diabaikan oleh ayah dan keluarga besarnya, tidak diakui orang disekitarnya, dan saat dia sudah mendapatkan tempat untuk berpijak dia malah dikhianati oleh orang yang dia percaya. sakit, sakit sekali, Sangat menyakitkan, tapi dia tidak bisa....

"Aku tidak bisa membencinya...."

"Aku tidak bisa.."

Air mata terus mengalir deras, benar apa yang dikatakan Frank. Dia lemah, dia bahkan tidak bisa membenci orang yang sudah membunuhnya. Asher merasakan hangat pada pucuk kepalanya, dia menoleh. Sebuah cahaya kuning keputih berbicara padanya.

"Sungguh anak yang begitu baik, aku akan memberimu sebuah kesempatan."

Cahaya menyilaukan terlihat, Asher menyipitkan matanya. Kepalanya terasa sedikit pusing.

"Ingatlah nak, tidak masalah bagimu untuk menjadi sedikit serakah."

Tubuhnya tersentak, Asher meraup oksigen dengan rakus. Dia menatap sekeliling yang begitu asing, tubuhnya tengah duduk diatas sebuah lingkaran merah yang menakutkan.

'Sebuah altar?'

Asher meringis kala merasakan rasa sakit yang tajam dari arah pinggangnya, dia menunduk untuk memeriksa. Sebuah lobang bekas tusukan belati tercetak dengan apik disana, lengkap dengan darah segar yang masih mengalir.

Dengan linglung Asher mendongak, dia membelalakkan matanya. Seorang pembunuh bertopeng dengan pakaian serba hitam berdiri di depannya, di tangan pembunuh itu ada sebuah pisau tajam yang diayunkan menuju ke wajahnya.

Asher segera berguling ke samping, untung dia punya reflek yang bagus. segera dia berlari menuju pintu keluar sambil menahan rasa sakit, menakutkan sekali tiba-tiba ada orang asing ingin menancapkan pisau di kepalamu. Pembunuh itu ikut mengejar dengan kecepatan yang tak normal, dalam sekejap mata dia sudah berada di depan Asher.

'Sialan!'

Asher mengambil sebuah pedang anggar Foil yang terpanjang di dinding, dia melakukan berlawanan. Orang itu membelalakkan matanya saat melihat gaya bertarung Asher. Melihat celah Asher segera menusukan ujung pedang anggar ke bola mata pembunuh itu.

THE SAVIOR PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang