inara

345 12 0
                                    

Seorang perempuan berjalan mengendap endap memasuki rumah miliknya, sedikit melirik kanan dan kiri berjaga jaga kalo kalo ada orang yang masih berjaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang perempuan berjalan mengendap endap memasuki rumah miliknya, sedikit melirik kanan dan kiri berjaga jaga kalo kalo ada orang yang masih berjaga.

"Ekhem"

Tapi sepertinya usahanya sia sia, percuma dari tadi dia berjalan pelan pelan seperti maling kalo akhirnya bakal ketahuan sama saudara nya.

Mampus...!

"Eh hehehe mas Akbar! Belum tidur mas?" Tanya perempuan itu sambil memainkan ujung jaketnya.

Inara Adeeva aghnia, itu nama perempuannya.

"Darimana? Kok baru jam segini pulang nya?" Gus Akbar bertanya dingin. Dia juga menatap tajam Inara.

"Dari...em dari luar" kikuk Inara. Bahkan sedari tadi dia menunduk tidak berani menatap gua Akbar.

"Kamu tau kan kalo kamu itu perempuan?"

Inara mengangguk pelan.

"Terus kenapa perempuan keluar malam? Itu tidak baik inara"

Inara mengangguk pelan, lagi.

"Sana pergi ke kamar, tidur! Besok baru jelasin alasan kamu pulang larut gini"

Inara mengangguk sambil bernafas lega.

Gapapa lah kena omel bentar, yang penting dia masih bebas dikemudian hari.

Gus akbar cuman bisa bernafas sabar, dia udah cape sama tabiat adek nya yang tidak bisa diubah.




















Paginya, seperti ucapan Gus akbar semalam, kini Inara betul betul di evaluasi bahkan ada ayah dan bunda nya juga.

"Ini ada apa mas?" Tanya bunda Fahira, beliau tidak tau apa apa.

Ayah abdan yang duduk di samping Gus akbar menatap anak anak nya satu persatu, lalu bertanya. "Ada masalah mas?"

Gus Akbar menarik nafas nya perlahan. Baru menceritakan kejadian semalam, Inara tidak berani menyela ucapan Gus akbar.

Ayah abdan menghela nafas berat, dia menatap Inara minta penjelasan langsung. "Benar begitu?" Tanya nya.

Inara mengangguk patah patah.

Bunda Fahira cuman bisa elus dada aja, dia juga heran ini anaknya ngikutin siapa sih, perasaan sifat Inara gak ada yang sama dengan orang tuanya.

"Jelaskan" pinta ayah Abdan tegas.

Inara membulatkan matanya, dia gak berani menceritakan alasan dibalik semuanya. Belum waktunya orang tua nya mengetahui apa aja perbuatan selama Inara di luar rumah.

"Ina cuman keasikan aja kok yah, makanya gak ingat waktu"

Ayah abdan masih belum puas sama jawaban Inara yang menurut nya ada sedikit yang disembunyikan dari dirinya.

INTHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang