CHAPTER 2

7.3K 22 0
                                    

AKU mengedipkan mata pada Paul ketika aku sudah berdiri di ambang pintu. Secara resmi aku keluar dari ruangannya dengan membawa sebuah kesepakatan bahwa aku menerima tawarannya. Ajuan yang tidak bisa ditolak karena aku membutuhkannya, tetapi juga sedikit menggiurkan.

Aku menggumam. Pria seksi. Kupikir tidak akan ada kesulitan berarti melayani pria yang memiliki tubuh serta pesona yang sedikit lebih seksi. Aku akan menghadapinya—tetapi beberapa detik selanjutnya kepalaku menggeleng. Tidak.... Cassilas Susnjar adalah wujud dari keseksian dan kekuatan yang nyata. Daya pikatnya nyaris berlebihan.

Dengan sedikit gugup aku melangkah keluar dari basis Ways Life dan tersenyum pada resepsionis yang berdiri memberikanku senyum sewaktu diriku melintasi mejanya. Tidak ada waktu lagi untuk memikirkan ulang tentang tawaran pekerjaan itu. Lagipula aku sudah mencoretkan tanda-tanganku di kertas perjanjian dan akan ada banyak harga yang harus kutebus dengan uang. Aku mencoba menendang pikiran nakal yang mencoba mengetuk benakku sementara menukarnya dengan menu-menu yang akan kubuat siang ini sebelum jam sekolah adikku berakhir dan mereka tiba di rumah.

Aku masuk ke dalam lift dengan tenang. Akan tetapi ketika bilik kecil yang kutumpangi baru saja mendarat di lantai dasar, aku berhadapan langsung dengan sosok berkekuatan besar itu. Aku mendadak goyah, terkejut, nyaris takjub. Debaran jantungku berpacu sementara bagian dalam diriku menangis diserbu perasaan mendamba.

Pria itu bergerak dan menyadarkanku bahwa sosoknya benar-benar nyata, mataku tidak dapat berkedip. Pancaran energi yang berkelebat bersama aromanya yang menggiurkan—kupikir itu adalah ramuan paling mutakhir sebagai alat membius wanita. Seluruh tubuhku berdenyut dan tersiksa.

Saraf-sarafku menegang dan merasa canggung bahwa sebelumnya aku tidak pernah diterpa gairah membara seperti ini. Bibirku kering dan mataku pedih. Serta membutuhkan waktu yang lama bagiku untuk menyeret alam sadarku kembali ke daratan sehingga aku bisa mengayunkan kaki ke depan.

Sepasang mataku masih rakus dan panas menyaksikan dirinya. Membayangkan keindahan luar biasa di balik setelan tiga potong yang dia kenakan seketika membuat otakku mendidih. Tubuh keras, jangkung, dada yang luas, bahu kokoh, selangkangan seksi serta desakan tertahan yang bersembunyi di balik tubuhnya adalah yang sempurna. Aku menggeleng dan meneguk liur mencoba melepaskannya.

Namun mulut penuh dan menawan itu melengkung dengan penuh sinyal-sinyal ajakan percintaan yang dahsyat. Kupikir aku akan gila seandainya bibir kasar itu menempel di tubuhku. Menyerahku tubuhku untuk menerima kecupan-kecupan liar dari bibirnya sudah pasti akan membuatku mati dan sampai menuju surga.

Astaga, tubuhku bahkan bisa merasakan betapa besar kenikmatan yang kuterima apabila mulut indah itu menyentuh kewanitaanku dan meniupnya. Menyuguhkan belaian lembut sementara juga berusaha melesatkan sentakkan dengan lidahnya yang ahli. Keparat, aku merinding.

Hati kecilku meneriakkan kalau aku membenci ini. Aku tidak pernah suka merasa ditaklukan. Terlebih dengan cara seperti ini dan secepat ini—tetapi Demi Tuhan, diriku tidak bisa mengelak kalau aku menyukai perasaan dikendalikan oleh dirinya.

Aku ingin dia meleburkanku dan segera membopong tubuhku ke tempat mana pun di mana dia ingin meniduriku. Dengan tersisa sedikit napas yang bergemuruh di dada, aku pun melangkah.

Melintasi dirinya adalah kegiatan yang mengerikan di muka bumi. Betapa tersiksanya diriku ketika harus melawan serbuan feromon yang menguar dari tubuhnya. Mr. Multimiliuner ini benar-benar lezat dan menggiurkan. Dengan cepat aku bahkan merasa sedih, respon naluriah atas diriku yang ketakutan dan waswas membayangkan diriku tidak bisa berhadapan dengan dirinya kembali.

Tubuhku berhasil keluar dari bilik dan candu akan dirinya membuatku memberanikan diri untuk berbalik.

Menyaksikan bagaimana Cassilas Susnjar memutar tubuh dengan anggun serta mengintip bagian belakang lehernya yang keras dan kasar berhasil membuatku tersedu melihat penampakan paling indah di planet bumi.

Ketika wajahnya kembali menyerbuku, aku tidak bisa berhenti untuk tidak menatapnya. Persetan dengan hormat dan rasa malu. Aku tidak peduli.

Aku pun terkesiap ketika Mr. Multimiliuner itu bergerak indah dan jantan. Satu tangannya terulur menekan tombol pada lift, diiringi dengan suaranya yang memecah langit hatiku seperti kilat pada malam hari. "Apakah kau baik-baik saja?" Mengejutkan.

Suara halus dengan nada serak itu menggema di telinga. Aku mungkin bisa saja mencapai orgasme apabila mendengar beberapa patah kata lagi dari suaranya.

Seandainya aku berada di kamar dan memiliki Mr. Susnjar di sana, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menerjangnya dan merobek pakaian di tubuhnnya sehingga kancing-kancingnya berhamburan di lantai.

Apakah aku sebelumnya pernah bersumpah tentang dirinya? Aku bersumpah bahwa aku ingin menengadah dan melihat wajahnya mengeras. Aku ingin menatap raut puasnya ketika aku memberikan kepuasaan yang mendalam untuknya. Aku ingin mendengar geraman liarnya. Aku ingin hancur-lebur akibat desakannya. Aku ingin menjerit melawan tekadnya. Aku ingin menangis karena pemberiannya. Aku ingin menggeliat dan mencapai puncak untuknya. Aku ingin merinding dan gemetar nikmat ketika Mr. Multimiliuner yang keras dan luar biasa itu menumpahkan gairah cintanya yang deras ke dalam tubuhku paling dalam sehingga aku nyaris mati merasakan alirannya.

Aku mengerjap dan membuyarkan lamunan. Paru-paruku bekerja dengan sulit seolah udaraku dihisap habis oleh dirinya. Kusadari bahwa detik ini aku sudah terperosok jauh ke dalam pusaran kekuatannya, tetapi aku berdusta hanya karena aku tidak sanggup untuk melawan energi yang besar. Aku mendesis. "Ya, aku baik-baik saja."

Mulut penuhnya memberengut muram dan kurasakan dia sedang memeriksa diriku. Pipiku memanas menebak pendapatnya tentang diriku tetapi kemudian dia melepaskan diri.

Pintu yang disepuh aluminium itu telah tertutup serentak dengan diriku yang mengembuskan napas dengan kelegaan yang besar. Seakan tali yang mengikat di dadaku telah melonggar. Aku melangkah dengan tak seimbang menuju tembok dan menyandarkan punggung di sana. Aku merogoh isi tas dan mengirimkan pesan melalui smartphone-ku.

"Dia di sini dan terkutuklah kau, Paul Anderson putra dari tuan Michael Anderson."

Aku mengumpat karena kagum akan ketangkasan Paul dalam menghitung waktu. Dia mengusirku dari kantornya sehingga aku bisa menikmati pertemuan mahadahsyat antara diriku dan calon atasanku yang seksi. Aku bisa membayangkan bagaimana Paul tersenyum geli menerima isi pesanku saat ini.

Tentu saja aku akan mencekik pria berkulit pucat itu ketika aku memiliki kesempatan. Aku tidak akan membiarkan sahabat terbaikku itu bergembira di atas penyiksaan yang dilatari dengan rencananya.

Aku tidak menerima balasan pesan melainkan panggilan masuk. "Keparat." umpatku tanpa basa-basi.

Tawaan Paul terdengar sehingga ketenangan perlahan menjalari diriku. "Seandainya aku bisa melihat reaksimu tadi itu, mungkin itu lebih baik untuk kebahagiaanku seumur hidup. Tetapi ya, aku ingin memberikan privasi pada kalian."

Napasku masih panas. "Omong-kosong. Kau dan dirinya keparat. Aku tidak pernah menemui sosok jantan dengan pesona seks yang memanggil-manggil gairah dalam diriku."

Paul berceletuk. "Dia akan menidurimu, baby girl." Peringatan Paul membuatku gemetar.

"Dia sudah meniduri banyak wanita dan sudah pasti lebih seksi daripada diriku. Uang dan jumlah feromonnya bekerja dengan sangat baik. Tentu saja." Aku membalas Paul, menggigit-gigit bibirku sendiri membayangkannya.

Suara Paul terdengar lebih rendah dan berbisik. "Kau yang terakhir."

Telepon terputus dan aku memandang layar ponselku. Ini benar-benar mengerikan. Aku akan terperangkap di dalam kandang singa yang siap menerkam. Oh astaga, masalah baru menyapaku kembali.

*****

THIRSTY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang