CASSILAS berbalik menghadapku. Masih dalam balutan setelannya yang berpotongan bagus dan mahal. Dasinya disimpul sempurna dan sehitam rambutnya. Ketika dia mengancingkan jasnya, itu menunjukkan mansetnya yang perak serta jam tangannya yang sangat mahal. "Bagaimana menurutmu? Apakah kau nyaman dengan tempat kau akan bekerja."Aku menarik napas dalam-dalam sampai dadaku mengembang. Butuh banyak energi yang akan kuhabiskan hanya dengan mengamati Cassilas di depanku. Itu adalah pekerjaan paling berat daripada pekerjaan yang akan kulakukan nanti di rumah ini.
Aku tersenyum kepadanya. "Tempat yang indah. Aku tidak mungkin merasa tidak nyaman berada di sini. Aku bisa menatap kebun belakang sementara aku sedang memasak." Tentu saja. Dia mempunyai dapur yang didambakan oleh semua wanita di dunia.
Cassilas ikut tersenyum. Senyumnya melembutkan kesan tajam yang terpancar dari wajahnya. "Carilah panorama yang kausuka di rumah ini."
Samar-samar aku mengangguk padanya dan bertanya. "Apakah di sini hanya ada aku sendiri?"
"Aku tinggal di sini, Miranda." gumamnya, masih bergeming menampilkan tubuhnya yang kuat dan ramping.
Aku mendesah dan cepat-cepat mengoreksi pertanyaanku. "Maksudku, ketika Anda pergi, apakah aku hanya seorang diri di rumah ini?"
Kepala Cassilas terangguk. "Iya. Apakah kau kesepian?"
Aku menggigit bibir dan merasa pusing. Tatapan Cassilas yang panas dan sensual membuatku terpesona. Seolah-olah itu adalah isyarat ajakan bercinta darinya. "Tidak. Aku hanya bingung harus bekerja untuk siapa setelah melakukan semua tugasku. Aku mengira anggota keluarga Anda juga menetap di sini."
Cassilas mengeluarkan geraman rendah. "Tidak ada anggota keluargaku. Tapi aku memang sedang mencari anggota keluarga baru untuk rumah ini."
Aku tidak ingin banyak berpikir. Aku tidak mau memikirkan kekuasaannya untuk mendapatkan anggota keluarga baru di rumahnya. Pipiku saja sudah memanas membayangkan kalau dia bermaksud ingin menjadikanku sebagai anggota keluarganya. Sebagai istrinya. Oh... ya ampun. Itu tidak mungkin.
Bahuku terangkat gelisah. Sadar kalau aku sudah mulai sangat lemah berduaan dengannya, aku berpikir untuk segera pulang. "Kalau begitu baiklah. Sebelum Anda berangkat dan aku pulang, apakah aku bisa melakukan sesuatu?"
Cassilas menarik napas tajam sementara debaran jantungku berpacu menunggu perintahnya. Aku berharap kalau aku tidak berakhir di ranjang bahkan di hari sebelum aku bekerja. Dia melangkah mendekat dan nyaris menempelkan tubuhnya ke tubuhku. Dia menunduk dan menatap mataku. "Aku hanya ingin kau nantinya betah berada di sini. Kalau kau merasa kesepian, kau bisa membawa siapa pun ke rumah ini untuk menemanimu. Siapa pun, Miranda."
Napasku tertahan di tenggorokanku. "Apakah kau yakin, Tuan?"
Dia menyurukkan wajah ke wajahku. Aku menutup mataku dan meremas erat bajuku. Aku menarik napas dan benar-benar menghirup aroma tubuhnya yang menggoda. Tajam dan maskulin. Untuk sesaat, aku berharap bisa merasakan mulutnya menyapu mulutku. Memberikan kenikmatan yang bisa diberikannya lewat mulut sesensual itu.
Tetapi mulutnya menempel di sisi wajahku dan berbisik. "Mungkin aku tidak yakin, tapi aku percaya padamu, Miranda."
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
THIRSTY MAID
Romance21+ SEXY ADULT ROMANCE. Dengan sadar aku baru saja menerima untuk bekerja di kediaman multimiliuner yang tampan dan berbahaya sebagai pelayan. Aku tidak berharap dan berpikir untuk juga melayaninya di ranjang, tetapi berhadapan dengan pria yang menj...