"Gue boleh bantu?" ulang cowok itu sekali lagi saat Riri tidak memberikan respon.
"Hah?" Riri mengerjap beberapa kali, baru tersadar dengan apa yang sudah terjadi, "Kalau lo mau, silakan."
"Oke." Cowok itu mengangguk singkat, tangannya perlahan menuntun Riri agar melepaskan stang motornya.
"Motor lo sendiri gimana?" tanya Riri saat cowok itu fokus dengan motornya yang mogok.
"Gue bantu engkol aja sampai bisa jalan sendiri."
Riri diam, dia hanya mengangguk saja sambil berusaha menyeka mukanya yang basah. Sekarang, dinginnya hujan juga semakin terasa.
"Lo gak bawa payung? Atau setidaknya, jas hujan?" tanya Guntur sambil berdecih pelan karena motor itu lagi-lagi menolak untuk dihidupkan.
Riri menggeleng, "Lupa," jawabannya singkat lalu kembali diam.
Ini ... situasi canggung yang membingungkan.
Guntur menghela napas, kakinya pegal, tapi, motor ini juga belum bisa juga dihidupkan. Mentah-mentah menolak semua usahanya.
Cowok itu mengumpat dalam hati. Menyumpahi yang menjual, menyumpahi yang beli.
Kenapa barang rongsok masih dibeli, sih?
Namun, setelah melihat sosok yang membeli, Guntur berusaha bersabar lagi. Gadis cantik yang terlihat lembut, ke mana setidaknya ayah atau kakak yang harusnya membimbingnya saat membeli motor?
Guntur
KAMU SEDANG MEMBACA
November Rain
Teen Fiction"Bahkan hujan sederas apa pun akan reda pula pada akhirnya." Setelah mamanya meninggal, Riri merasa dunianya hancur. Bertepatan pula dengan itu, November datang dengan hujannya yang deras, memerangkap Riri dalam genangan. Mamanya meninggal, sahabat...