Gone Forever

7.4K 479 2
                                    

-Liana's POV-

Aku tidak mengerti. John berubah menjadi dingin padaku. Jika aku melihat ke arahnya, ia langsung membuang muka. Awalnya aku pikir ia memang tidak melihatku. Namun hal itu terjadi berulang-ulang. Ia tidak lagi menegurku, atau pun menggodaku. Sejujurnya aku rindu ketika ia menggodaku.

Bahkan, saat aku kembali ke kemah pagi ini, aku melihatnya tengah memeluk Aubrey. Aku tahu Aubrey memang lebih tua dari kami. Usianya sepantaran dengan Dylan.

Jika dilihat, ia seperti kakak bagi kami. Namun tetap saja aku tidak suka melihatnya. Mungkin bukan salahnya Aubrey, tapi aku jadi membencinya sejak itu. Bisa di katakan.. Aku cemburu karenanya.

Dan sampai sekarang, John tidak menoleh sedikit pun padaku. Bahkan ia duduk menjauh dariku. Ia lebih memilih duduk bersama Aubrey.

Aku tidak suka ketika melihatnya bercanda dengan Aubrey. Aku sangat bingung sekarang. Mengapa ia tiba-tiba berubah? Seingatku tadi malam semuanya baik-baik saja. Bahkan ia bersikap manis padaku. Apa aku berbuat salah padanya ya? Tapi.. Salahku apa?

"Kau mendengarku?" Nick menyadarkanku.

"Ah iya. Apa yang kau bicarakan tadi?" Nick menatapku aneh.

"Sejak tadi kau terus-terusan melamun. Apa yang kau lamunkan?" tanyanya.

"Tidak ada. Aku.. Hanya tidak menyangka kita bisa selamat," ujarku berbohong.

"Ya, aku juga tidak menyangka. Dan sebentar lagi, kita akan sampai di London," ujar Nick ceria. Aku tersenyum kecil. Lagi-lagi aku melirik ke arah John yang tengah melihat ke luar jendela.

Disebelahnya, Aubrey tengah tertidur sambil menyenderkan kepalanya pada bahu John. Seharusnya aku yang ada di posisi itu! Seseorang, tolong beritahu aku apa kesalahanku pada John!

***

"Lily!" itu ibuku! Aku tidak menyangka ia akan datang menjemputku. Aku langsung menghampirinya dan memeluknya erat.

"Ya Tuhan. Ibu senang kau selamat. Ibu sangat terkejut ketika mendengar berita bahwa pesawat yang kau tumpangi hilang karena terjebak badai," ujar ibuku sambil menangis. Aku melepas pelukannya dan menangkupkan tanganku di wajah ibuku.

"Sudahlah, bu. Jangan menangis lagi. Aku sudah disini, kan?" ujarku mengelap air mata ibuku dengan ibu jariku. Ibuku tersenyum.

"Liana," panggil seseorang yang sangat kukenali suaranya. Aku menoleh.

"Ayah! Aku sangat merindukan ayah!" ujarku memeluk ayahku erat.

"Ayah juga sangat merindukan putri ayah. Apa putri ayah baik-baik saja?" aku mengangguk pelan dalam pelukan ayahku. Ya ampun. Aku selalu suka berada di pelukan ayahku. Rasanya hangat dan nyaman.

Ayahku mengelus rambutku lalu mengecup puncak kepalaku. "Maafkan ayah. Ini semua salah ayah karena telah memaksamu pergi."

Aku melepaskan pelukannya. "Sudahlah, Yah. Yang penting aku sudah disini sekarang," kataku menenangkannya. Ayahku tersenyum lalu mengecup keningku.

"Ehem!" aku menoleh lagi, dan kali ini mendapati sepupu laki-lakiku yang mengenakan kaos biru dengan celana jeansnya.

"Jimmy!" Aku memeluk sepupuku yang lebih tua dua tahun dariku itu.

"Syukurlah kau baik-baik saja. Kami mengkhawatirkanmu, Lil. Untung saja kau baik-baik saja," ujarnya sambil menepuk punggungku pelan.

Aku terkekeh pelan. "Aku punya sembilan nyawa, ingat? Sekarang sudah tersisa delapan," candaku. Ia tertawa kecil sambil mengacak pelan rambutku.

5 Days, and I'm in Love With You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang