Epilog

7.7K 451 3
                                    

-Author's POV-

Liana berkali-kali menghembuskan nafasnya di depan cermin. Jarinya saling bertaut satu sama lain. Berkali-kali, penata rias memperbaiki riasannya yang sedikit luntur karena keringat.

Bagaimana tidak? Ini hari pernikahannya. Mungkin ini hal paling menegangkan dalam hidupnya. Ya, termasuk saat Mr. Stevenson memeriksa skripsinya.

"Kau gugup?" tanya Sasha.

"Tidak. Hanya tegang." Sasha menyentil kening Liana.

"Sama, bodoh!" bibir Liana mengerucut.

"Ini semua gara-gara John! Bisa-bisanya ia mempercepat waktu pernikahannya. Dan yang lain, malah menyetujui usulannya. Huh!" Liana merutuki John.

"Bukankah seharusnya kau senang kalau di percepat?" Sasha memakaikan kerudung pengantin untuknya.

"Aku memang senang, tapi kalau dipercepat seperti itu? Aku bahkan belum menyiapkan mental." ujar Liana lesu.

"Sudahlah. Santai saja."

"Mudah bagimu mengatakannya. Jika kau yang mengalaminya, aku tidak yakin kau akan berkata 'santai saja'." rutuk Liana. Sasha terkekeh.

"Aku masih tidak menyangka. Seorang John Willburn yang dikenal sebagai pria tanpa ekspresi akan menikah dengan seorang Liliana Anderson." goda Sasha. Pipi Liana bersemu merah.

"Memangnya kenapa?" Liana menatap Sasha dari pantulan cermin.

"Ya.. Seingatku dulu, yang mengejar-ngejarnya itu aku. Tapi, lihat sekarang. Yang menikah dengannya malah kau. Selamat, Liana. Kaulah yang menjadi istri seorang pria yang paling di incar seluruh wanita di London." Sasha tertawa. Liana juga ikut tertawa.

Tiba-tiba seseorang mengenakan gaun putih selutut dengan renda yang berkilauan emas masuk ke dalam, mengejutkan mereka.

"Huu.. Calon kakak ipar cantik sekali. Haha! Ternyata John berhasil. Ini pasti karena aku yang mendoakannya. Kalau begitu, aku juga berdoa supaya aku bisa menikah dengan Harry Styles." oceh Nicole dangan mata tertutup dan kedua tangannya seperti orang yang sedang berdoa. Liana menggeleng kecil sambil tersenyum geli. Sementara Sasha menatapnya datar.

"Tidak semudah itu, nona. Harry Styles itu milikku." Sasha bersedekap dan mengangkat dagunya. Nicole mengikuti gayanya Sasha membuat Liana memutar mata.

"Oh, benarkah? Maaf, tapi kau harus find another one, cause he belongs to me. Na na na na, oh yeah." Nicole menyanyikan lirik dari salah satu lagu One Direction.

"Mereka mulai lagi." gumam Liana menggeleng pelan.

Ayah Liana muncul dari balik pintu yang tidak ditutup rapat.

"Sudah siap?"

"Sebenarnya, tidak ayah." gugup Liana.

"Ya sudah. Kalau begitu aku saja yang akan menggantikannya, paman." goda Sasha.

"Apa?! Tidak! Aku sudah siap ayah." ujar Liana sambil berdiri dan membawa buket bunga lily di depan meja rias. Semua yang melihatnya terkekeh.

"Wah, gaunmu pas sekali di tubuhmu. Kau terlihat sangat cocok mengenakannya." puji Nicole. Liana tersenyum malu-malu.

"Kau tidak sulit berjalan?" tanya Sasha sambil membimbing Liana berjalan menuju ayahnya. Liana menggeleng pelan.

"Untungnya, gaun yang dipilihkan John untukku adalah gaun model A-Line. Jadi aku tidak terlalu sulit bergerak. Dia tahu kalau aku tidak suka yang terlalu mewah dan berlebihan. Ahh.. Padahal aku tidak pernah mengatakan apapun. Tapi dia tahu seperti apa mauku." Liana memuji John.

5 Days, and I'm in Love With You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang