Bab 1

52 4 3
                                    

Kerumanan orang-orang berdesak-desakan untuk masuk ke auditorium VIP untuk bertemu sang Idol yang baru kembali setelah 2 tahun wamil. Setiap laki-laki Korea Selatan berumur 21 tahun diwajibkan untuk melaksanakan pelatihan Militer.

Rasa rindu yang entah bagaimana tumbuh di lubuk hati membuat mereka antusias untuk bertemu, belum tentu juga sang Idol tahu mereka. Entah mengapa rasa rindu yang bersarang membuatku melangkah lebih dalam ke kerumunan yang tak bisa diatur, padahal sudah jelas mereka punya nomor bangku sesuai tiket yang dibeli, tetap saja mereka tidak ingin melewatkan secuil waktu yang terlewatkan didalam sana.

Sebenarnya aku benci dalam keadaan ramai, tapi inginku lebih tinggi dari pendirianku. Aku ingin menuntaskan rasa rindu ini sebelum akhirnya aku berangkat ke tempat yang sangat sangat jauh. Berharap nanti ditempat baru, aku bisa melihat sosok malaikat seperti Idol yang aku kagumi di muka bumi ini.

"SUGAAAAA!!!"
"MIN YOOOONNGGGIII!!"
Teriakan begitu nyaring menusuk gendang telinga. Rasanya tuli sesaat.

Aku melihat ke arah panggung, tidak ada seseorang yang dipanggil, hanya video dilayar menunjukkan siluet tubuh seseorang dengan rambut pendeknya. Akhirnya bisa masuk dan duduk dibangku sesuai nomor urut. 3 baris dari depan. Sangat dekat menurutku dan sangat menguras dompet. Selama 3 bulan aku menyimpan uang hanya untuk datang keacara Temu Kangen Suga perform setelah keluar wamil.

Para penggemar dan aku yakin bahwa ia sudah menyiapkan banyak lagu-lagu disana, dia genius, apa-apa yang terlintas dipikirannya atau apa yang ada dihadapan bisa dijadikan lagu yang menarik. Maka dari itu aku merasa sangat bahagia bisa mendengar lagu-lagu Suga secara langsung untuk pertama dan terakhirnya.

Aku tidak tahu apakah ada waktu untuk menggagumi sosok yang selama ini menguasai ruang dan waktuku selama ini. Bahkan jika sampai bertahan dititik ini, itu karena Suga. Aku anggap dia bukan Idol, karena dia malaikat.

Sinematik yang ditampilkan di layar sangat mempesona setelah serangkaian adegan menunjukkan siluet dan beberap bagian wajah Suga, membuat penasaran para penggemar dan bertanya-tanya bagaimana penampilan lelaki itu. Jujur saja, aku tidak terlalu suka lelaki berambut pendek seperti potongan polisi atau militer, aku lebih suka Suga berambut panjang, bukan tanpa sebab, Suga terlihat cubby jika rambut panjang. Aku tidak memiliki waktu menunggu rambut Suga panjang seperti harapanku.

Untuk bertahan dari kerumunan yang menggila saja membuatku hampir pingsan. Aku bertahan sekuat mungkin menunggu sosok yang selama ini merengkuh rasa rindu.

Sorak semakin kencang, orang-orang berdiri menyambut kehadiran sosok yang sedari tadi ditunggu. Banyak yang menangis dan teriak memanggil namanya, tidak lupa slogan yang selama ini melekat.

"Min Yoongi! Will You Marrie Me?" Teriak para wanita. Sangat berharap di notice sang idol.

Lelaki berkulit putih pucat itu menebar senyum ringan, menyapa para penggemar sambil melambaikan tangan lalu membungkuk memberi hormat. Dia sangat tahu betul bagaimana memperlakukan para penggemar. Tak heran banyak orang yang masih menggandrungi grup kpop BTS. Setiap penggemar memiliki halunya masing-masing, yang biasa dibilang Bias. Walau Namjoon pernah bilang tolong cintai kami bertujuh, intinya sih begitu, aku tahu maksud dari ucapannya, sebab jika hanya mencintai salah satu dari mereka akan banyak perpecahan antar Army yang pasti mengunggulkan biasnya dan menjelekkan anggota yang lain. Ah! Aku paling benci jika ada yang begini.

Aku mencintai mereka tapi aku lebih mencintai Suga.

Acara berjalan sangat tertib, disela-sela Suga melebarkan senyuman yang selama ini menjadi obat bagiku untuk bertahan hidup. Dia membawakan beberapa lagu termasuk Amigdala, shadow, haegeum dan ada lagu baru yang akan direales. Semua menikmati suara Suga yang menurutku dalam dan menusuk tepat dijantungku.

Aku merasa bangga bisa berasa di auditorium ini, satu ruangan dengan Suga. Menikmati setiap sudut parasnya yang menawan, merasakan aura positif yang tersebar melalui senyuman. Pandangannya melihat kepenjuru, tak berharap lebih hanya berharap aku ada. Itu saja.

Saat menyanyikan lagu terakhir dan mendekat ke arahku, para wanita disekitarku mulai histeris, menyodorkan hp didepan Suga, berharap Suga mengambilnya dan melakukan fancams seperti di konser konser sebelumnya.

Aku merasa sesak , kepala terasa berputar-putar, kuulurkan tangan, bukan bermaksud untuk meraih tangan lelaki itu, melainkan untuk meraih tangan siapa saja untuk berpegangan. Saat tangan kami hanya bersentuhan, aku pun tumbang.

*****
Beberapa jam sebelumnya....

"Kamu mau kemana sih? Jangan bilang kalau kamu mau ke konser Suga?" Mama bertanya dengan nada tinggi.

"Iya aku mau nonton. Aku sudah beli tiketnya." Jawabku menyiapkan beberapa barang untuk dibawa.

Papa meraih lenganku dan melepaskan satu tamparan di pipi.
"Apa kamu gila?! Ha!? Kita sudah susah begini, kamu mikirin tentang konser? Sudah berapa banyak uang yang kamu curi dari kami."

Aku memegang bekas tamparan Papa, berusaha kuat, rupanya air mata tidak bisa bertahan. Ada butiran membasahi pipi.

"Aku kerja lembur. Aku enggak pakai uang Mama Papa untuk kesenanganku sendiri." Jawabku bergetar. Sudah kumasukkan semua barang penting didalam tas ransel dan bersiap untuk pergi.

"Tenang saja, setelah ini aku enggak minta apa-apa lagi dari kalian, pun kalian tidak repot mengurusi hidupku. Dalam waktu dekat jika aku menginginkan sesuatu aku akan minta sama Tuhan sendiri." Jawabku, melenggangkan kaki keluar rumah.

"Azalean tunggu!!" Teriak orang tua yang kuhiraukan. Memantapkan langkah untuk pergi.

Jarak antara Rumah ke Seoul butuh waktu 2 jam. Aku harus sampai 1 jam sebelum acara. Tidak ingin melewatkan apa-apa saja yang ada disana. Dari keramaian di area parkir, sampai tenda-tenda yang menjual makanan serta 5, bahkan ada Army yang membagikan makanan, cemilan dan barang-barang kpop seperti kipas, notebox, photocard, bahkan bagi-bagi album. Aku menolak barang-barang tersebut, sopan mengatakan "Maaf, aku tidak berhak untuk memilikinya. Sebab aku sendiri tidak punya banyak waktu."

Seakan ada sesuatu yang naik ke ulu hati, aku terbangun dengan air mata, langsung turun dari bangkar dan berlari mencari toilet, ada sesuatu yang harus dimuntahkan.

Akhirnya bisa menemukan toilet dan langsung muntah darah. Masih terlalu dini untuk berpulang. Aku masih belum puas memandangi Suga. Belum puas memotret wajahnya yang menawan, belum puas sebab ekspetasiku terlalu tinggi, bisa ngobrol bareng, bercanda lalu berpelukan tanda perpisahan.

"Sadarlah Aza! Kamu tidak punya waktu untuk hidup setelah ini? Bahkan disisa waktumu menjadi pecundang. Lagi pula kamu siapa? Kamu bukan siapa-siapa sampai meminta belas kasihan Suga." Aku bicara didepan cermin berukuran besar dekat westafel. Wajahku semakin pucat dan kacau.

"Kamu ngapain disini?" Seorang lelaki muncul di bilik toilet.

Mata terbelalak, bersiap teriak tapi tangan dinginnya membungkam. Terdengar ada seseorang yang masuk, lelaki itu mendorong tubuhku yang lemah ke dalam salah satu bilik toilet, tidak lupa menguncinya.

Di posisi terpojok dengan mulut terbungkam membuat pikiranku kacau. Tapi aku pasrah. Sebab yang melakukan itu adalah Suga, Min Yoongi.

*****

Siapa yang kangen sama karya2 aku.
Sebenarnya aku punya 2 karya novel dan ini ongoing jadi yang ke 3 ini aku update ke wattpad biar nanti bisa ikutan wattys.🤭

Ini aku update seminggu sekali, kalau lagi pengen bisa seminggu dua kali. Pokoknya aku udah tulis tangan di buku jadi  tinggal salin ajah.

Terima kasih sudah setia menunggu karya2 baru dari. Jangan bosan2 baca dan jgn sebel karena typo aku.😁😁

Update setiap hari kamis/sabtu. Pokoknya follow dulu biar gk ketinggalan.

Btw ini, ini masih Suga yah, tapi ceweknya aku gk tahu visual siapa, jadi anggap ajah AZALEAN adalah kalian.

Love saranghae Borahae💜💜💜

You're not IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang