Andreas pulang ke apartemen tidak jauh dari gedung tempat kerjanya, hari ini terasa melelahkan, ada emosi lain yang menyeretnya dalam kegelisahaan, berharap pagi datang lebih cepat untuk melihat keadaan Azalean, gadis yang mengalihkan perhatian Suga. Berharap jika ketemu nanti, gadis itu bisa mengingatnya.
Kasihan Suga, dia belum pernah menyentuh cinta selama ini, tidak berpacaran adalah bentuk profesional kerjanya. Takut mengecewakan penggemarnya. Padahal dari segi umum, setiap orang berhak jatuh cinta, berhak mencari pasangan termasuk sang artis. Mungkin selama ini Suga masih tertarik dengan musik-musiknya, kini Suga tertarik dengan yang lainnya.
Saat membuka pintu, ada aroma ramen yang menyambut. Andreas segera masuk ke dalam dan melihat ada seseorang di dapur.
"Kamu mau ramen?" Tanyanya. Seorang wanita berusia 30 tahun menikmati ramen yang baru saja di masaknya.
"Kenapa kamu kesini?" Tanya Andreas.
"Aku masak ramen." Jawabnya masih asyik makan mie yang masih ngepul.
"Kamu kan, punya rumah sendiri." Andreas mendekat dan berhenti di sebrang meja makan.
"Disana sunyi. Aku betah jika disini." Wanita itu mengabaikan ekspresi Andreas yang terganggu dengan kehadiran wanita itu.
"Pergilah setelah ini!" Titahnya. Lelaki itu melempar tasnya ke sofa, ia pun masuk ke dalam kamar.
Wanita itu berhenti makan, terdengar suara sesenggukan. "Kenapa panas sekali mie-nya?" Ia mengeluh soal air mata yang jatuh tanpa permisi.
Andreas mengabaikan wanita bernama Yora, dia adalah seorang anak dari CEO, pernah dekat dan menjalin hubungan 2 tahun tapi sayangnya terhenti dijalan sebab sang ayah tidak merestui putrinya berpacaran bahkan menikah dengan orang-orang seperti Andreas.
Meski mapan tetap saja setiap orang tua memiliki kriteria pasangan terbaik bagi anaknya.Andreas diperas kejiwaannya, pikirannya selama pacaran dengan Yora, hingga akhirnya menyerah dan menurutnya itu terbaik.
"Apa kamu sudah selesai? Kalau sudah cepet pergi!" Suaranya tegas mengusir Yora.
"Kenapa kamu jadi sekasar ini?"
"Bukankah dari awal sudah tahu bahwa ini tidak akan berhasil, kenapa selalu memaksakan kehendak seperti anak kecil."
Yora membanting tangan ke meja. Mengambil tasnya dan bersiap pergi.
"Bukankah kehendak ini juga kamu inginkan, kita saling menginginkan pagi tapi kenapa tidak bisa menikmatinya." Yora pergi.
Andreas merunduk. Ia melihat ada ramen yang dibuatkan Yora untuknya. Lalu ia terduduk dan makan ramen itu bercampur dengan air mata.
Banyak pertimbangan yang akhirnya menyerah pada hubungan yang sudah tidak sehat ini, sudah melukai hati dan harga diri. Dia tidak mau karena masalah ini karir Suga akan terganggu.
*****
Pagi harinya, Suga dan Andreas bersiap untuk ke rumah sakit, kata Dokter Jang, Azalean pulang lusa, jadi hari ini memastikan gadis itu baik-baik saja sebelum kembali ke Busan.
Andreas menganga melihat penampilan Suga yang terlihat aneh dan sangat mencolok.
Memakai topi penutup kepala seperti sedang panen madu."Apa? Jelek ya?" Suga mengambil topi lain yang lebih fantastis. Topi jaman joseon. Dia terlihat seperti artis yang sedang memerankan adegan perang.
Andreas menepuk jidatnya, dia tidak menyangka persiapan Suga sangat konyol.
"Ada apa? Ada apa? Jika aku memakai topi yang biasa pasti orang-orang tahu itu aku."
Andreas menggeleng-gelengkan kepala, dia sudah membawakan baju yang bisa sembunyikan identitas.
"Percuma kamu topi segede gaban jika bajumu saja masih stylist kayak gitu. Nih!" Andreas memberikan baju dan menyuruh Suga mengganti bajunya hanya dengan tatapan.
Suga masuk kamar, tak lama ia keluar memakai kaos oblong, celana olah raga, sandal slop, jaket olah raga seperti bapak-bapak.
"Kamu benar-benar." Suga hanya menggelengkan kepala, meski dia ingin menyembunyikan identitansya tapi sebiasa ini memakai baju, jika dia mengenalkan diri sebagai artis pada Azalean, mana percaya dia sama dirinya yang berpenampilan seperti bapak-bapak.
Andreas hanya tertawa.
"Ayo berangkat!"
Andreas berjalan dulu, mengabaikan ocehan Suga yang cocok seperti bapak, lebih kearah Kakek-kakek.
*****
Sesampainya di rumah sakit, tak disangka penghuni kamar itu sudah pulang, orang tua Azalean memutuskan pulang paksa untuk mengurus keperluan di rumah, mereka tidak bisa meninggalkan putrinya di rumah sakit, mereka meminta surat rujukan yang dekat dengan rumah. Terlalu lelah untuk Azalean bolak balik ke Seoul Busan untuk ceck up. Dokter Jang menjelaskan itu, rasanya sendi sendi Suga hilang, lemas dan rasanya runtuh seketika.Andreas hanya melihat Suga yang terdiam, dia berusaha kuat tapi tak bisa dipungkiri bahwa dia benar-benar sudah jatuh cinta. Betapa menyedihkannya menjadi seorang artis yang tak bisa leluasa mencintai, sedangkan dia bisa mencintai tapi banyak rintangan.
*****
Setelah dari rumah sakit, Suga dan Andreas kembali ke rutinitas, banyak jadwal yang mesti dilakukan saat ini, berharap bisa menghilangkan kegalauan Suga.
Sayangnya tidak, dia yang biasa pendiam dan fokus pada kerjaan, kini lebih dari diam, murung dan sesekali mendapati meneteskan air mata.Didepan laptop Suga, duduk 10 menit sudah berhasil menciptakan sebuah lagu menyedihkan. Luka yang tercabik-cabik dan tiada yang tahu. Hanya andreas yang tahu soal ini. Bahkan saat Andreas mendengarkan musik dan baca liriknya, dirinya ikut terluka. Sesakit ini mengenal cinta. Jika tidak ada cinta, dunia rasanya hampa. Hanya hitam dan putih.
Setiap melalukan sesi interview, Suga menebar senyum dan sering napas panjang untuk menciptakan senyum agar terlihat murni, padahal hatinya sedang sakit. Napas panjang berusaha untuk keluarkan sesak di dada.
Seusai interview, ada member datang, ia peka terhadap ekspresi wajah Suga beberapa hari ini yang terlihat kacau, terlebih para member menerima beberapa lagu yang menyedihkan untuk dinyanyikan bersama maupun solo. Tak ada lagu yang beat.
"Apa kamu baik-baik saja?" Tertua Seokjin duduk disebalah Suga yang sedang bermain laptopnya.
"Iya." Jawab singkat Suga.
"Aku rasa kamu tidak baik, kamu lebih sering menyendiri." Seokjin sadar perubahan Suga.
Lelaki itu melepas headphone, melihat Seokjin, matanya memerah seketika dan saat itu ia tumpahkan air matanya, tertunduk diatas meja.
"Aku tidak tahu masalahmu, tapi kamu sudah berjuang sejauh ini, aku yakin suatu saat nanti kamu akan dapatkan apa yang kamu impikan." Seokjin menepuk punggung Suga.
Baru kali ini Suga terlihat rapuh.
"Kemarilah! Biar Hyung peluk." Seokjin menawarakan.
Memang, pelukan adalah satu-satu opsi menuju kepuasan dalam tangis, dan temukan ketenangan. Suga memeluk Seokjin dan menangis sejadi-jadinya, tak beri alasan apapun mengapa. Sebagai kakak hanya bisa diam dan menenangkan.
"Tenang saja, hyung tidak akan mengatakan ini pada siapapun." Ucap Seokjin, Suga semakin meninggikan tangisnya. Suga tidak ragu untuk menangis kencang karena ruangan itu kedap suara jadi ia bisa nangis sepeusanya.
*****
Hayukkkk merapattt guys.
Gk bosen2 loh aku ingetin.
Jangan lupa tekan love, komen dan shareUPDATE SEKALIAN 2 YA,
SOALNYA KAMIS KEMARIN BELUM SEMPET UPDATE

KAMU SEDANG MEMBACA
You're not Idol
MaceraMencintai itu bisa dengan siapa saja, lumrah jika seorang Suga digandrungu banyak orang dan berharap jadi milik seperti aku. Sebelum kematian datang lebih cepat, aku usahakan untuk bertemu dia untuk pertama dan terakhir kalinya tapi Tuhan bekehendak...