Bab 3

16 2 3
                                        

Azalean sudah dipindahkan ke ruang kamar VIP, untuk menjaga privasi Suga, Andreas sudah membayar biaya rumah sakit, sesuai titah Suga. Azalean sudah bangun sedari tadi. Meski sudah malam, ia tetap terjaga untuk menikmati suasana yang berbeda dari hidupnya.

Meski terkapar di kamar rumah sakit, ada Suga yang lagi-lagi membuatnya bertahan hidup. Tanpa disadari, lelaki itu telah menjadi semangat bagi Azalean untuk bertahan selama ini. Bentuk rasa syukur di atas rasa sakit yang menghantamnya.

"Kamu belum tidur?" Tanya Suga terbangun, dia tidur di sofa membiarkan Azalean istirahat di bangkarnya.

Mata sipitnya melihat jam dinding, masih pukul 2 dini hari. Matanya beralih pada sofa lainnya, Andreas terbaring lelap disana.

"Aku tidak bisa tidur." Jawab Azalean. Bagaimana mungkin ia melewatkan malam ini hanya dengan tidur. Sedang ada yang lebih indah dari mimpi yaitu Suga.

Suga bangkit, berjalan kearah gadis itu. Wajahnya menyiratkan keseriusan.

"Apa kamu tahu kalau kamu sakit tumor otak?" Suga mulai bicara setelah seperkian menit terdiam melihat gadis terbaring tak berniat untuk operasi.

Azalean mengangguk.

"Kenapa tidak mau operasi?" Tanya Suga.

"Aku tinggal dilingkungan yang sangat biasa, orang tuaku terlilit hutang, aku pun tidak bisa kuliah terkendala biaya jadi aku harus kerja untuk bantu orang tua melunasinya." Jelas Azalean jujur.

"Kalau aku yang membiayai operasinya, apa kamu mau?" Tawar Suga.

Azalean menggeleng.

"Kenapa?"

"Ada saatnya kita terluka dan bahagia secara bersama. Sebelum berangkat aku bertengkar dengan kedua orang tuaku, mereka berpikir aku egois karena memakai uang untuk kesenanganku sendiri. Disisi lain aku bahagia bisa berada disini ditemani oleh seseorang yang bukan lagi sebagai idol, melainkan malaikat. Aku ingin mempertahankan kenangan ini di memori-ku. Jika aku operasi, kemungkinan besar memoriku akan terhapus, aku tidak lagi menjadi Azalean yang mencintai Suga, hanya cangkang kosong yang memulai hidup lagi tanpa tujuan."

"Kenapa bisa begitu?"

"Tumor yang tumbuh di kepala dekat dengan saraf yang menghubungkan dengan kenangan. Jika operasi nanti, kemungkinan besar akan amnesia dan tidak tahu kapan bisa kembali ingatan itu. Aku hanya ingin mempertahankanmu." Azalean meraih tangan Suga tanpa sungkan.
"Kamu disini sudah suatu keajaiban. Bagaimana bisa aku melepaskanmu?" Pipi Azalean basah.

Suga menangkup wajah Azalean.

"Jika tidak denganmu, aku tidak akan dengan siapapun." Kata Azalean mencium telapak tangan Suga.

Mata sayu Suga pun menetes.

"Jika aku minta kamu operasi. Apa kamu mau?" Tanya Suga.

Gadis itu menunduk terdiam.

Suga mengangkat dagunya. Andreas terbangun dan menyaksikan kejadian romantis yang tidak pernah ia lihat dari sang artis.

"Aku bahkan tidak bisa mengingat semua army yang ada didunia ini, kita impas. Nanti kamu akan lupa denganku, tapi aku janji akan selalu berusaha mengingatkan bahwa Idol, mmm bukan, aku adalah malaikatmu. Aku akan selalu muncul di beranda sosial mediamu sampai akhirnya kamu jatuh cinta lagi seperti saat ini."

Azalean menepis pelan tangan lelaki itu. "Jangan beri janji yang tak bisa kamu tepati. Aku anggap semua kata-katamu hanya delusi saja."

Lagi ia menyentuh dagu Azalean.

"Aku janji." Suga bersungguh-sungguh. "aku sudah daftarin kamu buat operasi 2 hari lagi. Semua biaya sudah aku urus."

Azalean merangkul Suga. Andreas  membungkam mulut saking terkejutnya. Suga pun awalnya terkejut tapi dia langsung membalas pelukan itu dengan tepukan lembut.

You're not IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang